Muka
Galeri
Galeri
Foto Terbaru
Menurut Negara
Menurut Provinsi (Indonesia)
Menurut Kamera
Menurut Lensa
Foto Pilihan Editor
Daftar Kategori
Abstrak
Arsitektur
Budaya
Olah Digital
Fashion
Humor
Interior
Jurnalistik
Komersial
Landscape
Lubang Jarum
Makro
Manusia
Model
Nature
Olahraga
Panggung
Pedesaan
Perkotaan
Pets
Potret
Satwa
Snapshot
Still Life
Stock Photo
Transportasi
Wisata
Lain-lain
Bawah Air
Pernikahan
Forum
Forum
Topik Terbaru
Artificial Intelligence
Photography
Bincang Bebas
Pengumuman
Fotografi Umum
Konsep dan Tema
Olah Digital
Fotografi Hitam-Putih dan
Teknik Kamar Gelap
Abstrak & Still Life
Eksperimen & Special
Effect
Infra Red
Jurnalistik & Olah Raga
Landscape, Nature & Satwa
Makro
Manusia (Portrait & Human
Interest)
Model, Fashion & Wedding
Strobist
Street Photography,
Perkotaan, Arsitektur
Underwater
Lomba Foto
Seminar/Workshop/Pameran
Hunting
Kumpul FN & Ucapan
Liputan Acara
Canon
Nikon
Olympus
Fujifilm
Sony
Merk Lain
Asesoris Fotografi
Studio Lighting
Printer & Scanner
Artikel
Artikel Terbaru
Seputar Fotografer.net
FN Video
Berita Fotografi
Portfolio dan Photo Story
Teknik Fotografi
Opini dan Editorial
Exposure: Be Inspired
Exposure: Photo Essay
Exposure: My Project
Exposure: Traveling
Exposure: Perangkat Foto
dan Olah Foto
Cari:
Galeri
Forum
Artikel
Register
Login
Home
Artikel
Opini dan Editorial
National Geographic: Through The Lens
National Geographic: Through The Lens
Tanggal: Kamis, 20 Nov 2003 02:28 PM
Oleh:
Sandhi Irawan
0
Bayangkan, jika Anda diberi "tugas mulia" ini: Menyeleksi dan memilih 250 foto dari lebih 10 juta foto. Ini berarti, Anda hanya memilih satu(!) foto dari sekitar 40.000 foto yang kualitasnya rata-rata relatif bagus. Berani dan siapkah Anda?
Setidaknya, itulah sekilas gambaran dari foto-foto yang dimuat dalam Through The Lens, buku foto (terbaru) terbitan National Geographic Society (NGS) ini. Dan siapakah orang yang diberi wewenang mengerjakan hal itu? Tak lain dan tak bukan adalah, Leah Bendavid-Val.
Editor Buku Senior ini bukanlah orang asing di kalangan NGS. Banyak buku yang dikerjakannya untuk NGS, seperti The Photographs (1994), Then and Now (1998), The Milestones (1999), dan lain-lain. Lalu, bagaimana kriteria ia memilih foto-foto tersebut? Saya kutip sebagian jawabannya: "Craft matters,... I select photographs that are affecting, that I'm moved by in some way... Then I consider the balance of the book as a whole —place and time, subject and photographer, must all be represented fairly, in a balanced way..."
Foto-foto yang dimuat diklasifikasikan berdasarkan geografis tempat atau benua (termasuk kutub), lautan dan pulau-pulau kecil (isles) serta luar angkasa. Dengan tebal lebih dari 500 halaman, buku ini banyak menyajikan foto-foto tampil hampir dua halaman penuh, baik berwarna maupun hitam putih. Yang menarik, buku ini akan diterbitkan juga dalam 20 bahasa —sayang tidak ada Bahasa Indonesia.
Tertua
Dari arsip foto National Geographic sekitar 10,5 juta itu, foto tertua yang dimuat bertahun 1906. Sebuah foto hitam putih karya Gardiner F. Williams yang menggambarkan trolley gantung yang sedang mengangkut para pekerja tambang berlian di Afrika Selatan (hal 232).
Meski tidak dapat dihindari, ada beberapa foto yang juga pernah dimuat di edisi sebelumnya. Artinya, terjadi pengulangan pemuatan foto. Sebagai contoh, foto beberapa buah pear di sisi jendela karya fotografer Sam Abell (hal 38-39) dan foto seorang anak kecil yang sedang menunggang kerbau dengan tanduknya yang panjang dan melingkar hasil bidikan Ernest B. Schoedsack (hal 196-197), pernah dimuat di The Art of Photography at National Geographic terbitan tahun 1994. Namun, ada juga beberapa foto yang belum pernah dipublikasikan, dimuat di sini.
Sayangnya, ini yang ditunggu-tunggu, tidak ada satu pun foto yang dimuat karya fotografer asal Indonesia (kapan ya?). Yang ada adalah dua foto mengenai Indonesia yang dibuat pada tahun 1927 dan 1989. Pertama, foto hitam putih dua wanita Bali sedang mandi di tempat pemandian terbuka (di sungai?) dengan mengenakan kain dan bagian dada terbuka (hal 152). Yang kedua, foto suasana kesibukan pagi hari di sebuah pasar di kota Malang, Jawa Timur (hal 128-129).
Selain itu, bagi peminat data teknis, buku ini juga hampa data teknis. Hanya ada keterangan foto dan tahun pembuatannya. Ditambah juga sedikit catatan atau keterangan bagi fotografer yang fotonya dimuat, kendati disebutkan pula ada dua buah foto yang dicetak dari imaji digital (hal 14-15, 462). Jadi, singkatnya: "Biar Foto yang (ber)Bicara". Bukan begitu?
Koleksi wajib
Sempurnakah buku ini dari segi kualitas terutama penampilan foto-foto di dalamnya? Ternyata tidak. Dari beberapa pembaca di sebuah situs belanja, buku ini juga menuai kritik. Salah satunya berpendapat bahwa foto-foto yang dimuat tidak asli. Artinya, editor memotong atau mengkrop foto aslinya. Jadi, foto tidak tampil utuh seluruhnya.
Padahal kita tahu, bila seorang fotografer memotret, ia mempunyai maksud tertentu untuk memasukkan elemen atau objek tertentu ke dalam bingkai atau komposisi fotonya. Tiap fotografer tentu memiliki gaya sendiri. Tetapi, di buku ini, seluruh foto kelihatan tampil dengan gaya "seragam".
Di samping itu, dari segi masalah teknis, beberapa foto tampil kelihatan tidak "hidup" warnanya karena hanya bagian tertentu saja dari gambar yang diperbesar (dikrop). Sehingga cetakan foto terkesan seperti tidak matang dan "keruh", istilahnya muddy print.
Namun, terlepas dari sedikit kekurangan tersebut yang mungkin susah kita lihat dan rasakan, buku ini wajib dimiliki dan dikoleksi. Tentu saja bagi Anda yang masih ingin menambah wawasan dan memperoleh "pencerahan" dari foto-foto koleksi NG ini. Selamat membaca...
Komentar
Error Found
×
×
Login
Email address/Username:
Password:
Ingat saya