Pameran foto yang kini sedang berlangsung di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) sungguh ciamik. Saya baru sempet nengok di hari keempat setelah pameran dibuka pada Sabtu (30/11/2019) lalu.
Pameran Seni Foto "Dragonfly: Pengetahuan & Citra" menyuguhkan sejumlah foto capung (dragonfly) karya Wahyu Sigit Rahadi. Mantan guru SMA Dempo, Malang, ini sudah sekitar 10 tahun menggeluti perihal capung, termasuk fotografinya. Ia juga dikenal sebagai pendiri komunitas penggemar/pemerhati capung: Indonesia Dragonfly Society (IDS). Makanya, ia lebih dikenal dengan julukan Wahyu Ids.
Memasuki ruang pameran BBY, kita disuguhi foto-foto capung aneka warna dengan latar yang berwarna-warni pula di sekeliling dinding ruangan. Di bagian tengahnya terdapat semacam seni instalasi dari serat bambu (kalau gak salah... hehehe) yang menggambarkan capung-capung beterbangan.
Foto-foto capung itu diambil di habitatnya pada beberapa wilayah di Indonesia. Kita bisa membayangkan bagaimana upaya dan energi yang dikerahkan dab Wahyu Ids ketika melakukan pemotretan. Tentu saja tidak sekadar teknik memotret mumpuni yang dibutuhkan.
Sebagai kurator dalam pameran tersebut, Dr Edial Rusli, pengajar fotografi di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, mengemukakan bahwa selain keterampilan fotografi, proses penciptaan karya foto memerlukan berbagai hal dari ketekunan, kesabaran hingga pengetahuan berkait kehidupan capung.
Selain harus membuahkan hasil foto nan indah, Wahyu Ids harus juga mampu menampilkan "kunci identifikasi capung". Untuk yang disebut terakhir ini, kita bisa melihat keterangan nama/jenis dari setiap capung pada setiap bingkai foto yang dipamerkan. Kemampuan yang dimiliki sang fotografer itu, menurut Edial, membutuhkan "energi yang tidak setiap orang punya."
Jadi, selain menampilkan hasil jepretan nan estetis, pameran ini juga menyodorkan pengetahuan berharga bagi publik, terutama pengetahuan tentang capung di tanah air.
Di samping foto, ada penjelasan ihwal capung. Kekayaan jenis capung di Indonesia mencapai 15% dari 5.680 jenis capung di dunia, makanya negeri kita menduduki peringkat kedua setelah Brazil sebagai negara megabiodiversity terbesar. Secara garis besar bisa ditunjukkan bahwa Indonesia punya 433 jenis capung (Anisoptera/Dragonfly) dan 692 jenis capung jarum (Zygoptera/Damselfly).
Pameran sepertinya juga ingin menunjukkan betapa pentingnya keberadaan capung. Capung punya peran dan manfaat dalam ekosistem, dan tentunya bermanfaat bagi manusia.
Sebuah keterangan di pameran menyebutkan, "Keberadaan capung dalam sebuah ekosistem, secara umum menunjukkan bahwa ekosistem tersebut masih sehat. Kebutuhan capung akan air dan kemampuan terbang untuk mencari makan, merupakan indikasi bahwa kualitas air dan daratan dalam sebuah kawasan masih terjaga dengan baik."
Melalui pamerannya pula, Wahyu Ids sepertinya juga ingin mengingatkan bahwa meskipun Indonesia kaya ragam capung, jumlah penelitinya belum banyak, bahkan masih bisa dihitung dengan jari. Buku, jurnal ilmiah dan sebagainya berkait capung Indonesia yang tersebar di dunia masih banyak yang bikinan orang asing.
Nah, bagi Anda yang belum berkunjung ke pameran nan ciamik ini, masih ada waktu kok... pameran berlangsung sampai 8 Desember 2019.
Salam capung Indonesia! 😊
3 tahun yang lalu Reply