Oleh: David Dewantoro (22969) 20 tahun yang lalu
Jaman dulu untuk mengukur berapa setingan diafragma dalam pemotretan dengan menggunakan flash kita bisa menggunakan : 1. GN flash tsb2. Lightmeter3. Polaroid film (bukan kamera Polaroid )Dengan adanya perubahan jaman dengan campur tangan digital didunia fotografi apakah camdig/DSLR dapat berfungsi menggantikan Flashmeter karena langsung dapat terlihat hasilnya seperti Polaroid?atau dengan kata lain apakah Flashmeter tidak lagi diperlukan apabila kita memakai DSLR? Mari kita bahas bersamaTabik....
Oleh: Albertus Widi Nugroho (5805) 20 tahun yang lalu
Masih perlu! Saya masih mengandalkan flashmeter kalo lagi motret dengan beberapa lampu di studio, meski sudah pake kamera digital. Lebih amanlah...
Oleh: D. Setiadi (81319) 20 tahun yang lalu
Kayaknya kalo pro masih percaya sama flashmeter deh oom...Oom sendiri gimana? ;;)Kok diposting di forum Pojok Pemula sich? :-?
Om D.S, emangnya ada pojok Pro? :DMaafkan aku bila salah kamar, tolong pindahin dong :DBegini lho saya tambahkan...menurut apa yang saya baca dibuku fotografi , pengukuran cahaya yang paling akurat adalah dengan menggunakan polaroid film, ini sudah terbukti karena hasil dari pada penge-set-an diafragma yang pas akan langsung terlihat pada polaroid film, sedangkan sifat kamera digital yang langsung bisa terlihat serupa dengan Polaroid bukan? jadi.....
Oleh: Ilias Irawan (57864) 20 tahun yang lalu
Hmmm menarik diskusinya juga yang ini :D Saya pikir fungsi kamera digital juga bisa menggantikan posisi flashmeter + polaroid. Tentunya kamera digital yg bukan otomatis, ada manual settingnya buat speed dan diafragma. Kembali ke Mas David sendiri, mungkin sudah coba beberapa kali hasil test flashmeter + polaraoid VS camdig? Hasilnya? Kalo ternyata hasilnya hampir sama berarti camdig bisa menggantikan fungsi kedua item itu. Tentunya dari sisi biaya camdig akan jauh lebih murah. Tahun 1995/96 aja harga 1 box polaroid fuji udah Rp.90.000-an engga tahu sekarang udah berapa ratus ribu. Sudah kebayang kalo dalam sebulan polaroid bisa habis 20-30 box mending pakai camdig hehehehe.... Itu pendapat saya..... rekan2 FN lainnya?? Tabik juga :D
Thanks untuk sambutannya mas Ilias IrawanUrutan pengambilan foto dengan studio lighting itu biasanya adalah pertama-tama kita mencoba mengukur kekuatan sinar dengan flashmeter, setelah dapat F/numbernya baru kita coba dengan polaroid untuk mengecek lighting sekaligus komposisi benda yang akan difoto.. Bisa kebayang berapa box film polaroid yang diperlukan untuk melakukan hal itudengan adanya kamdi /DSLR maka lebih mudah dan hemat lagi bukan Jadi.....
Oleh: Widarto Rachbini (24647) 20 tahun yang lalu
kalo saya merasa tidak perlu pake flashmeter, selain harganya mahal, fungsinya sebagian atau seluruhnya sudah tergantikan oleh camdig. begitu kisanak!!! :)
Oleh: Gerry Soetanto (1352) 20 tahun yang lalu
yah, setidaknya dgn dslr kita jadi tidak perlu berpikir terlalu numerik. lebih bebas ber-trial dan error- ria. mengenai "pengukuran cahaya paling akurat adalah dengan menggunakan polaroid film", maksudnya mungkin percuma bagus secara numerik/ teori, tapi kurang pas bila hasilnya dilihat oleh mata. di jaman pra- digital, polaroid merupakan solusi yang paling mendekati hasilnya (preview). di masa depan, rasanya peran lightmeter dan flashmeter tetap akan diperlukan, khususnya di kalangan sineas. mungkin bukan lagi untuk kalibrasi tone subyek, tapi untuk memastikan apakah shadow dan highlight pada scene masih masuk kedalam latitude range dari sensor kamera.
Oleh: Arbain Rambey (103716) 20 tahun yang lalu
Pengalaman saya (bersama Andi Lubis di Medan beberapa tahun lalu, juga masukan dari Kristupa), pengukuran flashmeter tidak selalu bisa diterapkan kalau kita pakai kamera digital. Cenderung over sampai satu stop malah. Kalau saya motret pakai kamera digital, saya lihat hasilnya langsung untuk menentukan setelan yang tepat...
Oleh: Judhi Prasetyo. (38908) 20 tahun yang lalu
Saya sih result oriented aja, kalau nampak under ya tambahin, kalau over ya kurangin. Kebanyakan gadget malah bingung :D
Oleh: Ucok P. Harahap (40158) 20 tahun yang lalu
Setuju ma Bang ARB. Nah... kalau udah tau perbedaanya berapa stop, flash meter bisa dikalibrasi agar cocok dengan metering DSLR Dalam pemotretan dengan cahaya buatan kayanya sih masih terpakai. Berguna untuk mengukur perbedaan kontras antara satu sumber cahaya dengan sumber cahaya lainnya. Ujung-ujungnya sih ngelirik LCD juga. Kalau LCD salah, koreksi di PS.
Oleh: Harlim (146795) 20 tahun yang lalu
Yg terbaik menurut saya DSLR terpasang lensa yg hendak digunakan. Ini suatu percobaan yg pernah saya lakukan utk pembuktian sesuatu. Metoda sangat mudah gunakan lensa dgn focal length yg sama dgn beberapa merek yg berbeda bahkan kalo perlu dgn Merek yg sama Misalnya canon,sigma,tamron, dll dgn focal length yg sama Bisa juga canon dgn Focal length yg di set sama , fix vs zoom , L vs Non L , Ef vs Efs mount dll Lalu metering pada suatu bidang POLOS (boleh warna apa saja) , harus Indoor tertutup (Agar tidak ada factor X) dan tidak ada yg lalu lalang , Jarak lensa ke bidang tersebut harus sama, Tripod, Dslr di set Ke A/Av pada f5.6 dan f8 Catat pada hasil metering setiap lensa pada f5.6 dan f8 Lalu ukur juga dgn Flashmeter/Lightmeter , lihat angka nya Anda akan melihat suatu perbedaan yg cukup besar 1 s/d 4 speed stop.
Pak Harlim : Ngukurnya pakai spot atau average ? Trus flash / spot meternya berapa derajat akurasinya, apakah sudah sama dengan akurasi metering kamera ?
Saya menggunakan Average maupun Spot saat itu masih gunakan Eos 3 dan yg terakhir 300D ini , No flashing , hanya cahaya yg ruang yg ada , Utk meyakinkan saya, saya harus melakukan beberapa pengukuran pada bidang pada semua sudut yg saya katakan polos apakah semua sisinya hasilnya sama dg lensa tersebut setelah sama maka bidang tersebut boleh digunakan sebagai alat patokan. Mengenai Dslr selalu over 1 stop dibanding Lightmeter itu harus kita lihat jenis Lensanya , coatingnya dll sedangkan pada Dslr harus kita pertimbangkan jenis sensor . Utk lebih pasti sebaik kita masing2 melakukan percobaan, bisa saja saya salah. Lightmeter yg saya punya Low end sekonic 308B. Perihal akurasi ligthmeter dan Dslr saya tidak pernah hafal ataupun ingat , saya hanya gunakan metoda yg mudah , tembok di lapisi suatu kertas kira2 ukuran A2 dgn cahaya yg harus betul2 rata , oleh sebab itu sebelum melakukannya saya harus mengukur ke 4 sudut dan tengah dg satu lensa , angkanya di hasilkan pada f5.6 harus sama begitu juga dgn angka pada f8. Dan sekali lagi maaf angka2 tersebut belum bisa saya share, saya tidak yakin dgn pengetahuan saya , dimana bidang sama dg cahaya dan warna tetapi bukan fotografi. Fotografipun tidak pernah formal hanya trial dan error.
Maaaf MAs david saya bahas theradnya sedikit menyimpang tetapi tetap berhubungan dgn metering. Gambar dibawah ini salah satu contoh metering di canon. Ada seorang teman minta dimodifiikasi agar metering bisa tepat utk IR Film , tentu resikonya utk film normal dia harus gunakan Filter Hot Mirror hanya utk metering .
Lalu kita lihat sensor metering Lightmeter sekonic 308B , juga terdapat hot mirror dan UV coating .
Hot mirror tidak ada satupun punya standart yg sama , sedangkan (IR) cahaya gelombang pengganggu yg satu ini ada dimana-mana . Begitu juga dgn coating lensa tidak ada yg sama, ada pembuat yg sangat anti dgn long wavelength ini (IR) dan adapula yg menbebaskannya selama tidak terjadi long exposure. bukan berarti tidak di coating agar tidak terjadi PF,CA,Moire, dll tetapi dilapisi secukupnya. (teori ini saya masih belum yakin hanya berdasarkan beberapa bacaan saja yg belum tentu benar) ini perlu dilakukan pemakaian lensa antar mount misalnya C dgn N , N dgn C , O dgn C, C dgn O dll Dgn antar mount itu lakukan uji coba dgn IR indoor maka akan terlihat apa penyebabnya coating ,type sensor, type hot mirrornya atau ada factor X lagi. Agar tidak pusing mikirin hal ginian mending shot lihat Lcd kalo over atau under yg tinggal adjust lagi settingnya. ;))
asyiik... sepaham :)
Oleh: Indi Soemardjan (7483) 20 tahun yang lalu
pake perasaan aja deh....
Oleh: Bernardo Halim, jeber (19660) 20 tahun yang lalu
8-} buset....menarik..
Oleh: Yadi Yasin (116383) 20 tahun yang lalu
malah bingung :-?
Oleh: david hermandy (3403) 20 tahun yang lalu
Mas David, rasanya prinsipnya sama aja dengan film, kita harus nyoba dulu EI sensor kamera digital. Apa sama atau tidak dengan flash meter, seperti kasus Velvia yang EI-nya ISO 40
Oleh: Dono Retardi (2667) 20 tahun yang lalu
mas arbain, selama ini saya tetep pake flash meter kalo motret dgn digital, tapi hasilnya selalu akurat banget, apa flash meter saya yang ngaco ya? saya selalu menggunakan flash meter untuk pemotretan yg memerlukan akurasi tinggi, kalo nggak sih bisa dikira-kira dari preview image yg dihasilkan.
Oleh: Trisnadi Sutrisno (4225) 20 tahun yang lalu
Saya masih pakai flashmeter, karena sudah terbiasa dengan itu.
Wah hujan pengetahuannya luar biasa... sampai bongkar kamera dan lightmeter segala... Terimakasih untuk semuanya yang jikalau saya sebutkan satu-satu takut kepanjangan dan ada yang terlupakanJadi kesimpulannya : Bila Kita ingin memulai bisnis foto studio dengan modal yang pas-pasan, Flashmeter nggak diperlukan Bila ingin mendapatkan foto dengan pengaturan lighting yang menggunakan perbedaan ratio antara mainlight dan fill..dll, supaya lebih akurat maka Flashmeter masih diperlukan (kalau trial dan error akan makan banyak waktu)dan yang terakhir jika fungsi dari kamera DSLR bisa menggantikan atau menyamai fungsi dari Flashmeter maka dibuku pelajaran fotografi mesti ditambahkan bahwasanya alat untuk mengukur flash yang paling akurat selain Polaroid adalah Digital kamera dengan kemampuan seting pencahayaan manualGitu loh Bernando...nggak usah bingung melintirin mata segala :)) :)) Ada yang bersedia menambahkan ?
Oleh: Sebastian Lesmana (10095) 20 tahun yang lalu
wah mantep saran2nya kl saya bukan cuma muterin kepala tapi dah geleng2 kepala tuk semuanya thx saya jadi ngerti dikit2 lagi hehehe