Oleh: Benny Nur Susanto (9404) 19 tahun yang lalu
Dari sekian banyak forum disini, forum Buta Warna ini yang paling menarik untuk saya baca (dan save). Saat ini saya telah memiliki bbrp rol film b/w yang rencananya akan saya proses sendiri berdasarkan panduan yg saya miliki (buku 'wiraswasta cuci cetak hitam-putih' & eBook). Perkembangan kamera digital demikian pesat, bebrapa model kamera DSLR telah memiliki fasilitas B/W. Pertanyaan saya : 1. apakah Mode B/W pada kamera digital terutama dari model DSLR dapat menggantikan/setara dengan hasil yg didapatkan dari B/W (35mm) proses konvensional ? 2. adakah perbedaan antara B/W hasil output kamera dan B/W hasil olah digital dari PC ? Mohon urun pendapatnya, terima kasih
Oleh: Syaefullah Kamal (36528) 19 tahun yang lalu
setuju bw konvensional ngak bisa dikalahin
Oleh: Tri Laksmana (7503) 19 tahun yang lalu
Bedanya apa? Yang saya tahu emulsi punya rentang kontras 6 s/d 7 stop, dan itu bisa kita main-mainin lagi dengan mengganti-ganti waktu developingnya dan menggunakan kertas multigrade. Nah kalau digital gimana? Bukannya itu nantinya bisa dimainin pakai "level" dan sebangsanya di photoshop, yang fungsinya kurang lebih sama?
Oleh: Arbain Rambey (103716) 19 tahun yang lalu
Kalau mau buat BW dari digital, sebaiknya motret pakai warna lalu dibuat BW dengan software. Mengapa ? Ada banyak macam BW dari sebuah film warna yang sama. Terlalu panjang untuk ditulis di sini. Tapi coba buka sebuah foto warna pakai Photoshop. Lalu tekan Ctrl 1, ctrl 2, ctrl 3. Ada tiga macam BW kan ? Sesungguhnya, ada belasan kemungkinan BW dari satu foto warna. Itu sebabnya jangan pasrah di BWkan oleh si kamera....
Oleh: Kristupa W Saragih (176444) 19 tahun yang lalu
1. Bisa. Karena BW konvensional lama kelamaan akan terbatas oleh semakin langkanya enlarger, chemical dan operator yang bisa mencetak BW. Sementara BW digital lebih mudah dibuat, dan tak terbatas pada rentang beda kontras (dynamic range). Pada film BW rentang beda kontras maksimal hanya 7-8 stop saja, dan ketika dicetak ke kertas harus "berkompromi" hingga mampu menoleransi beda kontras 5 stop saja. Sedangkan BW digital punya kerapatan gradasi mulai dari 0 hingga 255, alias beda kontrasnya bisa memuat 256 step. Luar biasa. Apalagi, kontras dalam BW digital bisa dirubah pada daerah-daerah tertentu saja menggunakan masking. 2. Pertanyaannya agak bias,"adakah perbedaan antara B/W hasil output kamera dan B/W hasil olah digital dari PC ?" Bukankah foto yang diolah digital itu juga hasil output dari kamera?
Mas Kris, kalau secara estetika gimana? Apakah lebih baik? Tentu saja ini sih persoalan rasa dan sensitifitas aja, hehehehe... Logikanya ya seharusnya BW digital bisa lebih bagus dong ya karena secara teknis begitu banyak pilihan tone yang bisa kita eksploitasi (ada 256 step), belum lagi nanti permainan di "kamar gelap" digitalnya...
Oleh: Mira TJ (4738) 19 tahun yang lalu
Ada beberapa proses alternative printing yg hingga saat ini belum bisa tergantikan oleh proses digital. Kebetulan guru moto ku suka sekali bereksperimen di kamar gelap. Beberapa penemuan beliau belum ada padanannya di digital editing. Sayang aku ngga bisa pasang di sini contohnya. Bukunya uda ngga tau kmn :D:D:D
Wah menarik juga Mbak Mira. Kemarin saya coba2 main solarisasi ternyata kata kamal udah ada tombolnya di photoshop, hehehehe... Masih ada ya rupanya teknik yang belum ada di oldig?
Pagi ini saya punya sebuah senyuman gembira, karena tadi malam saya telah 'agak berhasil' men-develop 1 rol film b/w. 1 rol digunting jd dua bagian, hasilnya under dan normal. Terima kasih untuk semua FNers untuk panduan dan link b/w yg sangat berguna. Kata salah seorang pendekar b/w FN "bau developer dan fixer yang tak dapat digantikan pada proses olah digital" telah saya alami tadi malam. Ternyata "memasak di dapur b/w tradisional" benar2 bikin deg-deg-an dan kudu sabar yaa....?!! he he he ~~~~~back to topic Saya kok lebih setuju dengan pemikiran bung Kristupa. Terlepas dari masalah sulitnya mencari bahan kimia developer dll (di kota Malang saya blm nemu toko yg jual D76 dan photoflo - saya develop pakai minigrain dan tanpa wetting agent :-) ) Di layar monitor saya rasa akan sulit membedakan sebuah foto hasil dari digital atau tradisional (krn sama2 sdg 'mode digital' yaa??) Pertanyaan saya ; #subyek foto yang sama, dipotret dengan setting yang sama secara digital dan manual. #hasil kamera manual dicetak sebagus mungkin #hasil kamera digital dicetak sesuai dengan hasil cetak manual # dua hasil cetak diatas dalam satu ukuran yg sama ditutup/dilapisi kaca Bisa nggak mata anda membedakan mana yg digital mana yg manual?? (hidung dan jari anda tidak berfungsi karena terhalang kaca) (Topik ini saya lontarkan karena saya melihat betapa pesatnya "dunia instant" dan betapa "fanatiknya dunia tradisional". Walaulah akhirnya tetap tidak dapat saling menggantikan tapi setidaknya topik seperti ini dapat menjadi jembatan diantara dunia instant dan tradisional) buat mbak Mira: ssttt... awas jgn sampai ketahuan programmernya software Oldig lho, ntar jgn2 akhir tahun ini sdh dibuatin tombolnya.. !
Hahahaha... saya juga ngalamin tuh, memang yang membedakan analog dari oldig salah satunya adalah perasaan saat mengolah foto, itu benar-benar tak tergantikan. Bau developer dan fixer, licinnya tangan kena developer, kuku yang menguning karena kena fixer, tangan yang bau fixer, memang buat beberapa orang sangat mengganggu, tapi bagi beberapa orang rasanya sangat enak. Begitu juga dengan perasaan deg-degan menunggu foto kita nongol di kertas foto, dan selanjutnya perasaan senang karena foto kita ternyata sudah pas waktu penyinarannya, atau perasaan kecewa saat melihat foto kita tidak bertambah gelap atau kecewa melihat foto terlalu gelap (kadang2 frustrating tapi selalu menjadi cambuk untuk kembali menyinari kertas), semuanya adalah perasaan yang tak tergantikan oleh kerja di "kamar gelap" digital yang terang dan bebas cairan kimia.
Saya kurang setuju juga kalau disebut olah digital adalah budaya instant, karena semuanya juga ada prosesnya yang menguras pikiran dan kreativitas. Olah digital juga sama pusingnya, duduk di depan komputer ngotrek2 kontras, level, masking, dan sebangsanya. Dulu sewaktu muncul kamera 35mm pertama, Leica, semua fotografer (yang pada waktu itu terbiasa pakai kamera large format) pada complain akan muncul budaya instan karena mudahnya mengambil foto lantaran kamera itu begitu mudah dibawa kemana-mana. Nyatanya, kamera 35mm bisa juga tuh menghasilkan gambar2 yang bagus dan definitif, misalnya foto2 perangnya Robert Capa atau foto2 jalanannya Henri Cartier-Bresson atau Garry Winogrand, semuanya kan bagus2 aja dan diambil dengan 35mm. Setiap fotografer punya caranya masing2, mau pakai digital atau analog sama aja lah, yang penting kan fotografernya bukan alatnya.
kemarin sempat browsing di salah satu situs indonesia, ada karya foto B/W hasil dari DSLR yang sudah tanpa hot mirror (photografernya jagoan oprek hot mirror), wah ternyata hasilnya bagus tuh (menurut saya). Wah bung Tri, anda beruntung sudah sempat mencetak foto. Saya masih baca2 tentang jenis2 kertas dan enlarger, tapi ada rencana kursus praktek kilat pd tukang cetak foto di-gerobag pinggir jalan.
Wah asik dong, saya jadi penasaran tuh nyetaknya gimana. Kalau gak salah sih nyetaknya pakai petromaks, dan fixer-nya pakai asam cuka. Makanya hasilnya seringkali gak bagus dan kalau udah seminggu suka jadi kuning kayak luntur. Tapi tetap aja keren. Dalam kondisi seperti itu bisa bikin usaha cuci-cetak foto, bertahan di tengah-tengah modernisasi lab-lab professional. Kurang hebat apa coba. Kalau sudah selesai kursus kilat, kasih tau caranya di sini ya, hehehe...
jgn kuatir bung Tri, tapi sharingnya mungkin ntar aku buka topik baru aja "sharing first timer : cuci dan cetak ", kalo sharing disini ntar melenceng dari judul. Sebenernya aku pengen denger komentar dari pemilik DSLR yang mampu hasilkan B/W langsung dari cameranya, tapi kalau mereka dulunya nggak suka experimen B/W susah juga ya membandingkannya. Sedangkan saya, baru melek fotografi di era digital, trus kagum pd b/w konvensional yg fanatik, jadi kulontarkan topik spt ini.
Oleh: david hermandy (3403) 19 tahun yang lalu
Jawabannya bisa Ya, bisa Tidak. Kalo saya akan bertanya : bisakah digital mendapatkan rentang kontras hingga 10 stop Pengguna digital pasti akan menyerah, tapi yang bisa menggunakan kameranya dengan maksimal pasti menjawab bisa, dengan menggunakan teknik masking, sandwich dari beberapa frame dengan exposure yang berbeda-beda. Pengguna film BW juga pasti terheran-heran tidak percaya jika negatif BW bisa mempunyai rentang kontras hingga 10 stop, hal ini tidak mustahil jika negatif diproses dengan Pyro developer atau menggunakan teknik two bath developer atau yang paling sederhana dengan teknik water bath developer. Hasil cetakan digital, bisakah sebagus hasil cetak BW konvensional? jawaban saya bisa saja tergantung bagaimana prosesnya. Jika file digital hanya diconvert dengan mengganti color mode menjadi grayscale kemudian di cetak di minilab, tentunnya tidak mungkin bisa menandingi cetakan BW dari negatif yang dicetak dengan fiber base paper dan selenium toner... Saya sendiri lebih cenderung untuk memaksimalkan alat yang saya gunakan timbang mencari kelemahan alat lain. Mungkin link ini bisa membantu ini dan ini :)
Kalau soal memaksimalkan peralatan, Ansel Adams jagonya. Foto2 Ansel seringkali bisa menampilkan tone dari Zona 0 hingga 10, semua ada. Dalam The Negative dan Examples: The Making of 40 Photographs, Ansel seringkali menggunakan water bath developer atau developing N+2 untuk menaikkan rentang kontras negatifnya. Teknik cetaknya juganya ada tersendiri. Hasilnya, ya seperti yang sudah sering kita lihat, adalah foto lansekap yang grandeur, mampu menampilkan kebesaran alam, dan memiliki rentang tone yang lengkap. Pada intinya Ansel menekankan kontrol. Fotografer harus punya kontrol penuh terhadap pekerjaannya, mulai dari previsualisasi, pencucian, hingga pencetakan. Ansel selalu menganjurkan untuk menghindari otomasi, baik otomasi alat maupun proses negatif (bagi Ansel, menyerahkan klise untuk dicuci dan dicetak orang lain adalah suatu bentuk otomasi). Nah, sebenarnya pada zaman digital ini fotografer dimungkinkan untuk mengontrol penuh hasil karyanya. Kamera digital bisa disetting manual. Hasilnya bisa dikotrek sendiri pakai photoshop, persis seperti kita mencuci dan mencetak sendiri di kamar gelap. Dengan fasilitas seperti ini harusnya foto digital juga punya derajat kontrol yang sama dengan foto dari negatif. Tinggal gimana gagasan di belakangnya saja.
Terima kasih untuk diskusi yg hangat. Hari ini ada sebuah foto yg menjadi pilihan editor yang berjudul "TOWER BRIDGE" oleh "Kollin Akbar", foto tersebut menggunakan modus BW dari kamera digital. Untuk ukuran penglihatan saya, foto tersebut indah sekali, tapi entah menurut pandangan para BW mania yg telah terbiasa melihat rentang kontras dan estetika yang dihasilkan oleh film BW. Disisi lain dengan film T-MAx, foto "Light House, Lengkuas Island" oleh "Dian Rosita, Tita" juga benar2 memikat. Wah ternyata faktor penguasaan terhadap alat dan rasa, sangat berperan sehingga kedua2nya mampu menghasilkan karya yang indah. Di forum B/W ini saya pernah melihat foto "kompor dg ceret yg sedang mengeluarkan uap" yg menjelaskan tentang kontras 10 stop, sayang sekali tidak ada foto digital sebagai pembandingnya untuk kita diskusikan disini. aniwey.. saya senang sekali berada di forum ini walaupun saat ini saya baru berumur 7 rol film b/w dan mengalami kuku kuning. he he he...
Oleh: Hartono Wijaya T. (34931) 19 tahun yang lalu
Saya pikir untuk semua jenis film, baik color -/+ maupun BW +/- semuanya sudah akan tinggal kenangan saja, secara komersial sudah tidak ada artinya lagi, kecuali untuk hobby2 saja, misalnya yang masih ingin mencium aroma dari developer atau masih ingin menerawang warna2 slide yg aduhai di depan lampu. Untuk sekarang saja, sudah hampir tidak ada yang bisa dihasilkan oleh film tidak bisa dihasilkan oleh sistem digital, apalagi untuk masa2 yang akan datang, mengingat perkembangan sistem foto digital baik software maupun hardware yang luar biasa. Saya membayangkan mgkn bbrp tahun kemudian akan ada sensor yang mampu menangkap cahaya seperti mata kita (atau lebih dahsyat lagi), misalnya punya resolusi >100MegaPixel, bisa menangkap cahaya dengan rentang -10 sampai +10 stop, atau kalau bisa diciptakan setiap pixelnya bisa merekam jarak obyek dan kamera untuk membuat citra 3D yang asli. Kebayangkan WHAT YOU SEE IS WHAT YOU GET, or better.....
Oleh: Haryanto R (6495) 19 tahun yang lalu
menurut pendapat saya, beda sama sekali, di BW film dg base film yg merupakan silver halida yg di konvert setelah di bakar oleh intensitas lighting di eksposure dirubah di proses developing menjadi silver metalik, dan dicetak dg kertas yg juga merupakan silver metalik akan menghasilkan taste yg berbeda dg hitam atau abu2 yg dihasilkan oleh tinta inkjet atau tinta campuran di mesin2 fuji atau kodak menurut saya masing2 ada keunggulan dan taste yg beda dan non comparable diserahkan masing2 keselera pemirsa atau penikmat foto kalo ga percaya coba de jejerin cetakannya
Oleh: Rama Adit (280) 18 tahun yang lalu
saya kangen dengan foto B/W konvensional di fn
Oleh: Tri Laksmana (7503) 18 tahun yang lalu
Pakai saja advanced search dan cari dengan string merk2 film BW, misalnya ilford atau kodak t-max. Banyak kok anggota2 FN yang secara periodik mengupload foto2 BW yang menggunakan film BW.
Oleh: Angel Zhou (4026) 18 tahun yang lalu
menurut saya sih bisa saja. Dengan bantuan photoshop, rasanya semua teknik konvensional bisa diterapkan.
Oleh: Firama Latuheru (285) 18 tahun yang lalu
Menarik sekali diskusinya...mengingat dunia fotografi adalah dunia kreativitas yang dinamis..B/W Photography versi Analog: oke..B/W Photography versi Digital: oke..sama-sama membutuhkan kreativitas...Analog: Kreativitas di dark room (dogging, dll) dan jika kemudian ingin di-scan dan diolah di photosop...Digital: Kreativitas di photoshop...pokoknya sama oke deh:)
Oleh: Budi Setiawan (1038) 18 tahun yang lalu
Hm.. saya lebih suka permainan saat developing maupun printing b/w konvensional. Apalagi waktu abis wet agent, sambil penasaran jadi ga yah? bagus ga yah?! Kuku juga kayak abis makan makanan padang :D
Oleh: Iwing Dwi Purwandi (1852) 18 tahun yang lalu
ya semua tergantung pada kita kalu kita bisa memaksinalkan perlengkapan kita pasti hasilnyapun akan amat memuaskan juga pada kepuasan akan hasil yang kita dapatkan. konvensional ataupun digital sama2memerlukan suatu keahlian yang tidak semua orang dapat menguasainya. kadang orang yang pandai dalam olah film konvensional belum tentu jago dalam olah digital, demikian pula sebaliknya. tapi tidak menutup kemungkinan ada seseorang yang menguasai kedua metode dalam dunia fotografi tersebut. jadi itu semua tergantung kita dalam memaksimalkan alat tersebut
Oleh: Eko Panunggal Gunara (2760) 18 tahun yang lalu
Wah keren tenan diskusinya. Saya masih tergolong pemula nih di fotografi dan lagi belajar BW. Mohon tuntunannya...