Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh: Ambonic (641)    19 tahun yang lalu

  0 

Saya teringat salah seorang mahasiswa dari Jerman yang meneliti dunia jurnalistik, namanya Thomas Hanitszch. Baru-baru ini di Freedom Institute yang diketuai Rizal Malarangeng, dia mengatakan sebaiknya liberalisasi jurnalisme mulai di hilangkan. Kenapa? menurutnya itu berhubungan dengan ideologi jurnalistik.

Sebab menurutnya jurnalistik khususnya di Indonesia, masih belum jelas apakah sebuah profesi atau bukan. Jika dibilang ya, tapi belum menyentuh 'public spare' seperti profesi lainnya seperti dokter, tentara dan pengacara. Jika dibilang belum, ternyata banyak politisi dan ekonom bahkan masyarakat umum yang mengambil keputusan berdasarkan pemberitaan media massa. Menurutnya apakah ada profesi yang cocok untuk dunia pers ini.

Banyak yang diulasnya tapi yang menurut saya menarik adalah liberalisasi pers. Bukan saja di Indonesia menurutnya di Jerman juga begitu. Artinya mereka yang bekerja di pers memiliki latar belakang non pers alias kuliah di jurusan non jurnalistik. Dia bilang sekitar 50% pekerja jurnalis Jerman dari latar belakang non jurnalis. Sementara 22% dari ilmu komunikasi massa, lalu sekitar 15% dari ilmu jurnalistik dan sisanya jurnalis freelancer.

Jika dikaitkan dengan fotografi apakah perlu liberalisme pers? apakah seorang fotografer pers harus dari jurusan fotografi juga? Who Knows..

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh:  Arbain Rambey (103716)    19 tahun yang lalu

 0 

Di KOMPAS, tak ada satu pun fotografer yang berasal dari sekolah fotografi .....Demikian pula di bagian tulis. Keahlian seorang wartawan umumnya justru bukan dari bidang studinya sendiri....

Kesimpulannya: jurnalistik adalah panggilan jiwa, bukan profesi. Orang jadi wartawan sebaiknya bukan karena cari pekerjaan, melainkan karena memang ingin jadi wartawan. Kalau orang mau kaya, jangan jadi wartawan sebab akan jadi pangacau saja. Tapi, seorang calon wartawan sebaiknya bersekolah di luar bidang jurnalistik agar punya ilmu tambahan di luar kerjaannya...

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh:  Aryono Huboyo DJATI (127032)    19 tahun yang lalu

 0 

Arbain cakep dehhhhh ih,..... ("arb" ~>Kalau orang mau kaya, jangan jadi wartawan sebab akan jadi pangacau saja. Tapi, seorang calon wartawan sebaiknya bersekolah di luar bidang jurnalistik agar punya ilmu tambahan di luar kerjaannya...
ajarin pake LEICA donk,......

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh:  Muhammad Iqbal (75368)    19 tahun yang lalu

 0 

Yups..ane setuju....
Posisi Kewartawanan seseorang merupakan panggilan nuraninya.
Sehingga, bagi saya seorang wartawan tidak mesti harus berasal dari bangku kuliah komunikasi, jurnalistik, atau yang sejenisnya...

Apa jadinya media kita jika orang2 yang berprofesi wartawan hanya mengenal dunia komunikasi, tanpa mengerti hukum, teknik, atau lainnya.

Menurut Saya, yang harus di ubah adalah paradigma berpikir kebanyakan masyarakat. Paradigma berpikir, kalau bukan bekerja sesuai dengan apa yang di pelajari di kuliah, tuh anak gak sukses...salah besar coyy... :D

Bagi saya, dunia kewartawanan adalah profesi yang universal, lintas disiplin ilmu.

Untuk fotografi, karena ini lebih bermain dengan teknik, tentu diperlukan kecakapan, tapi kecakapan fotografi tidak hanya dimiliki oleh lulusan fotografi saja...contohnya ya FN ini... :D.

Intinya....semua ilmu tidak hanya didapatkan di sebuah lembaga yang khusus mempelajari hal itu. Belajarlah dari alam, maka engkau akan mendapatkan lebih.

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh: Ambonic (641)    19 tahun yang lalu

 0 

Artinya setidaknya untuk fotografer ngga cuma asal njepret aja kan.. perlu dasar ilmunya. Mungkin untuk fotografer setidaknya 'liberalisasi' itu perlu kali ya...

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh:  Syahrani A Rahim, SAR (24824)    19 tahun yang lalu

 0 

public spare or public sphere? :-S

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh:  Anton Muhajir (3754)    19 tahun yang lalu

 0 

Masalahnya di Indonesia, kuliah hanya formalitas. :)) -"Sekolah hanya perlu untuk titel, entah didapat atau mukjizat," gitu kata Bang Iwan.

Intinya: jadi wartawan ga harus lulusan ilmu jurnalistik.

Sepakat Bang Arbain!

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh:  Irvien Vedria (41379)    19 tahun yang lalu

 0 

kita belajar bukan untuk sebuah gelar, tapi untuk hidup kan? :D

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh:  Eka Alam Sari (9096)    19 tahun yang lalu

 0 

Soal liberalisasi jurnalisme saya no comment deh. Tapi soal apakah jurnalis harus punya latar belakang ilmu jurnalistik, saya cenderung berpendapat sebaiknya jurnalis memiliki keahlian lain di luar ilmu komunikasi massa.Ini akan membuat berita yang disampaikan ke masyarakat makin bermutu. Juga kalau mewawancarai narasumber dan membuat berita mengenai hal khusus (bukan spot news), tidak akan gelagapan.
Contohnya, alangkah baiknya jika seorang jurnalis IT, mencintai dan memiliki pengetahuan luas di bidang IT. Seorang jurnalis ekonomi sebaiknya memiliki keahlian mengenai perekonomian. Seorang jurnalis anak (Misal yang kerja di majalah Bobo, Nakita), sebaiknya mencintai dunia anak, kalau perlu bisa ngarang cerpen dan berbagai aktivitas yang bisa mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Seorang jurnalis otomotif (Seperti Ukirsari, Andi Okta dkk - member FN yang kerja di Otomotif grup, ya menyukai dunia otomotif. Dan banyak lagi.
Kalau soal fotografer jurnalis jika memiliki latar belakang di luar fotografi, saya yakin juga akan makin memperkaya fotonya. Entah dulunya berasal dari bidang teknik, psikologi, atau seni. Bang Arbain Rambey, Yuniadhi Agung adalah contoh-contoh fotografer jurnalis yang bukan keluaran sekolah fotografi, tapi karyanya cemerlang. Juga siapa ya saya lupa, pernah ada di pixel KOmpas, seorang yang punya keahlian manjat tebing menghasilkan foto-foto luar biasa tentang pekerja di gedung tinggi. Jadi ingat kamerawan TVRI, yang dulu anak pecinta alam, Wanadri. Pokoknya perlu deh punya ilmu lain di luar bidang pekerjaan kita. Bahkan seorang Darwis Triadi pun dahulunya sekolah pilot dulu deh baru fotografi. Ditambah menyukai keindahan wanita, jadilah ia mengembangkan itu hingga jadi seperti sekarang.
Pekerjaan apa pun sebaiknya berdasarkan panggilan hati dan benar-benar mencintai dunianya itu. Mari kita berkarya, mulai dari diri sendiri. Do our best :)

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh:  Akbar Nugroho (8290)    19 tahun yang lalu

 0 

senior saya bang jeffry Ariesta (Antara) dari kimia larinya fotografer dan fotonya dasyat2 banget

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh: Ambonic (641)    19 tahun yang lalu

 0 

Public S.... saya juga tidak tahu pengejaannya tapi maksud Thomas Hanitszch intinya profesi dimana publik bergantung pada 'dia'. Misalnya dokter, semua orang yang sakit sangat bergantung pada keahlian sang dokter. Atau tentara dimana semua orang bergantung pada kinerja mereka dalam pengamanan dan sebagainya.

Nah jurnalis itu menurutnya berada di dua kaki, karena jika dibilang semua orang bergantung pada profesi sang jurnalis, kenyataannya yang menjadi jurnalis bukan orang yang berlatar belakang ilmu jurnalistik. Sebaliknya jika dibilang tidak ternyata banyak keputusan yang diambil berdasarkan pemberitaan.

Disitulah mungkin letak idealisme sang Thomas atau yang ingin dimaksudkannya. Oke, mungkin bukan dihapus ya.. tapi antara idealisme dan liberalisasi jurnalisme bisa dipadukan. Artinya tetap liberalisasi eksis namun ideologi jurnalisme juga ada. Maka setiap surat kabar/kantor berita tetap menerima orang 'luar' ilmu jurnalistik masuk, tapi harus disekolahkan dulu untuk diberi dasar jurnalistik..ya minimal satu semester baru turun ke lapangan. Resikonya, ya perusahaan akan keluar biaya lagi sih..

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh:  Alfred Pasifico Ginting (9513)    19 tahun yang lalu

 0 

kalau dibilang: kalau orang mau kaya jangan jadi wartawan, jd pembenaran bagi industri media utk menggaji wartawannya seenaknya hehe. jadi wartawan benar tidak berarti sama dengan menjadi wartawan yg miskin selamanya.
saya belajar jurnalistik, saya jg yakin untuk menjadi jurnalis adalah panggilan hati nurani (toh, pekerjaan lain jg begitu). tp yg paling penting bakat, semangat juang dan kemauan mempelajari segala hal, sisanya urusan tuhan.

kembali ke pertanyaan awal, mnrt saya jurnalis adalah profesi. kl asumsinya, apakah jurnalis menyentuh 'public space'? jelas jurnalis melayani hak masyarakat untuk mendapat informasi. mgk tidak face to face dengan masyarakat (kayak dokter). seperti juga hak masyarakat untuk sehat, ada juga hak masyarakat untuk tahu dan menguasai informasi. sayangnya dlm dunia akademik komunikasi massa di dunia tidak ada sumpah profesi jurnalis (seperti sumpah dokter).

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh: Tomi Haryadi (255)    19 tahun yang lalu

 0 

Bukannya tiap kantor berita memberi pelatihan dulu untuk wartawannya sebelum turun ke lapangan..

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh: Ambonic (641)    19 tahun yang lalu

 0 

Ya.. di kantor saya juga ada pelatihan singkat selama 2 minggu di LP3Y Jogjakarta.. tapi suingkaaat benerr..

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh:  Benny Hamonangan (13171)    18 tahun yang lalu

 0 

Pers Indonesia menganut sistem Demokrasi Pers dan melarang adanya liberal pers. Amerika memiliki menganut Liberal Pers, sehingga pers di sana berkuasa dan merupakan kekuatan ke-4 setelah Legislatif, Yudikatif, dan Eksekutif. Idealis pers sangatlah dibutuhkan namun itu semua tidaklah terealisasikan dikarenakan nyawa wartwan berada diujung ketika mencoba membongkar kebusukan para pemegang kekuasaan dan sistem hukum yg lemah. ini adalah dilema pers di INDONESIA!!!!

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh: Ambonic (641)    18 tahun yang lalu

 0 

Oh.. ya aku ingat syarat sebuah negara di Indonesia diantaranya, Rakyat, Wilayah dan Pemerintahan. Kalo di Amerika ditambah lagi Pers. Aku setuju dengan bung Benny, artinya di Indonesia resiko wartawan hampir sama dengan di Philipine..

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh: Eka An Aqimuddin (202)    18 tahun yang lalu

 0 

Jangan terlalu banyak berharap pada media. INGAT: TIDAK ADA YANG BEBAS NILAI. mau di liberalisasi, anarki, demokrasi, public sphere. Media itu hanya menangkap realitas kedua, pd saat menyampaikan realitas kepada publik maka pada saat itu pula bias-bias nilai dan kepentingan timbul. Saya sepakat jika fotografer tidak harus dr lulusan jurnalistik, hal ini harus dilihat sebagai hubungan yang saling menguntungkan antara bidang ilmu. Saya kira ilmu jurnalistik sangat2 diperlukan sebagai "teknik atau alat" sedangkan ilmu lainya sebagai "isi". Saya kira kenapa dunia pers kita sulit berkembang, karena para jurnalis kita kurang mengetahui atau pura2 tidak mau tahu terhadap sebuah teknis jurnalisme yang baik benar. Misalnya tentang perlunya berita yg seimbang, cross check sumber berita dll. Semua media punya ideologi masing-masing, tapi tuan-besar-nya tetap satu, KAPITALISME. itu yg sulit dilawan oleh Pers dimanapun.

Salam

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh:  Benny Hamonangan (13171)    18 tahun yang lalu

 0 

Eka...maksudnya ilmu jurnalistik sebagai teknik ato alat ap? ilmu jurnalistik dpt dibagi 3 yaitu sebagai seni, karya dan ilmu. Ilmu adalah jurnalistik mengajarkan teori2 pers, penulisan berita dll. Karya adalah segala sesuatu bentuk yang dihasilkan oleh wartawan yang dipublikasikan lewat media massa.Seni adalah bagaimana wartawan mencari, mendapatkan dan mengolah berita menjadi sebuah produk media massa! jd maaksud teknik ato alat ap dan ilmu lain seb isi ap?
pura2 tidak tahu mungkin itu balik lg kepada pribadi wartawan tsb tp apakah anda pernah coba kerja jd "wartawan"? media massa merupakan sebuah industri jd hal yg wajar ketika media massa memikirkan "profit" untuk kelangsungan hidupnya,bukan?

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh: Eka An Aqimuddin (202)    18 tahun yang lalu

 0 

Mas benny maksud saya ilmu jurnalistik itu sebagai alat adalah, sebagai ilmu yg anda sebutkan yaitu mengajarkan kaidah/ aturan2 ttg pers. Nah...dlm setiap media kan punya bagian2 berita, seperti ekonomi,internasional, politik dll. Disinalah saya kira bisa bertemu antara berbagai macam jenis ilmu lain dgn jurnalistik. Dan keahliaan dr tiap2 ilmu itu yg memiliki kompetensi untuk "mengisi" bagian2 berita itu. Itulah pengertian saya bahwa ilmu lain sebagai isi....
Saya tidak menafikan media harus mencari profit, saya hanya menangkap dr pr pembaca/penonton bahwa apa yg ada di media itu adalah sesuatu yg nyata/objektif tanpa ada distorsi sama sekali. Padahal masyarakat kita tidak pernah diajari ttg analisa isi berita, ideologi di balik masing2 media dll. Nah jika hal ini terus diberlakukan oleh para pemilik media, maka selama itu pula media digunakan oleh pihak yg berkuasa untuk membodohi dan mengakali rakyat. Saya kira masih ada cara lain untuk mencari keuntungan bukan?

Salam.

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh: Andi Hasyim (873)    18 tahun yang lalu

 0 

bagaimana kalau bukan wartawan tapi ngerecokin kerjaan wartawan, itu namanya wartawan boderex..... 86 ... Dan !!!

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh: Ambonic (641)    18 tahun yang lalu

 0 

Jurnalistik menurut Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerbitan Yogyakarta (LP3Y) adalah profesi terbuka dari 5 profesi yang ada, dimana semua orang bisa masuk disitu.. bedahalnya dengan dokter, tentara, akuntan dan pengacara dimana harus menekuni bidang itu sebelum berprofesi disitu..

tapi kasian juga mereka yang kuliah ilmu jurnalistik.. pas lagi nyari kerja malah diserobot sama jurusan lain seperti dari IPB, ITB dan lainnya, sehingga nambahin saingan .. malah seorang guru BP di salah satu SMA Negeri di Jakarta mengatakan mereka yang menyerobot dengan istilah 'melacurkan diri'.. walau kurang bijak.. tapi apapun itu.. sepertinya lebih bagus kalau setiap kantor berita memberi pelatihan dasar jurnalis bagi mereka yang berlatar belakang ilmu non jurnalistik.. ya ngga?

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh:  Fehmiu Roffy Tavare (16427)    18 tahun yang lalu

 0 

Saya cuma lulusan Hukum. Pemain band Underground dan suka bikin film indie. Saya juga masih sering shooting manten kok.
Kadang saya bikin puisi ringan trus dijilid jadi bacaan umum. Kadang sesekali bikin cerpen dan skenario film. Kadang juga terima bikin 'maket' untuk anak-anak arsitek bersama teman-teman saya. Saya pernah buka sablonan baju, stiker, spanduk dll.

Sekarang saya bekerja di sebuah media cetak. Kata orang sih, jadi wartawan. Nyari-nyari berita untuk diberitakan.Awalnya saya freelance untuk beberapa media 'kecil' dan daerah. Berbekal itu, saya melamar pekerjaan dimana-mana (perusahaan non-media) dan tidak diterima satu pun. Alasannya, referensi anda jurnalistik, bagaimana mau kerja di perusahaan sebagai HRD atau bagian Personalia?

Akhirnya, saya jadi- kata orang sih- wartawan. Mungkin jalan saya sudah seperti itu. Jadi tukang cari berita...
So, saya baru belajar dari temen-temen wartawan waktu jadi wartawan.Sesekali ikut workshop jurnalistik-karena gak punya duit untuk sekolah jurnalistik-buat bekal saya. Lebih banyak baca tulisan di koran atau foto-foto hasil jepretan temen-temen di media.
Jadi, ilmu bisa dicari. Tapi kemauan untuk terjun di bidang jurnalistik harus ada. Siapa pun dia, bisa jadi seorang jurnalis tanpa harus memandang apakah dia seorang Sarjana Wartawan...

Re: Liberalisasi Jurnalisme dan Ideologi Pers, Perlukah?

Oleh: Nuryaman Chaniago (541)    18 tahun yang lalu

 0 

Sebetulnya pewarta foto/fotojurnalis lebih baik dari orang jurnalis. Ini menurut aku sih. Karena mereka umumnya sudah tau mana yang menarik dari segi penggambaran mana yang tidak. Jadi tidak perlu di training lama-lama untuk menggodog/mematangkan kemampuan fotojurnalisnya. Itulah menurut pandanganku, mungkin ada yang salah harap maklum.