Oleh: Adi Prawira Widagdyo (4298) 19 tahun yang lalu
Selama ini, begitu sering kita nikmati foto-foto nan indah dengan color tone kelas wahid, komposisi ultra harmonis, dan lain sebagainya... Namun, sampai sejauh manakah kita menyampaikan buah pikir kita melalui sebuah foto? apakah kesempurnaan teknis dan keindahan visual sekedar menjadi kemasan untuk memuaskan birahi mata fotografis kita? Sementara foto kita miskin karakter? Lantas apakah yang dapat membedakan kita dari fotografer2 lain yang jumlahnya bejibun ini? Sudah seharusnya kita memulai sebuah eksplorasi.. Menurut saya, sebagai seorang mahasiswa senirupa, seorang ansel adams, seorang irving penn, seorang geraldo pace, seorang darwis triadi, sampai fotografer favorit saya, davy linggar, dikenal karena diri mereka tampil dalam fotonya. kemasan tidak menjadi terlalu penting lagi karena integritas berkarya sudah tampil di balik apa yang tampak sekilas. Mungkin ada waktunya kita berhenti memperdulikan ukuran keindahan yang ada di mata kita selama ini... sekali lagi : kompo apik, warna enak, momen pas... yah, itu hal yang juga harus kita pertimbangkan, karena itu ibarat "sikap" kita.. orang yang ber"karakter" mulia takkan diterima tanpa "sikap" yang baik... lagipula, dalam seni rupa klasik, orang harus bisa ber"realis" dahulu sebelum berpindah2 jalur ke "kubisme", "dadaisme", dan lain sebagainya yang tidak terlalu penting kita bahas di sini. tapi tentunya kita juga tak boleh melupakan "karakter" kita.. "siapa kita"... saya menawarkan sebuah sidestream perspective.... alangkah baiknya jika kita memulai sebuah karya foto dengan konsep verbal.. yang kemudian diturunkan menjadi preconceived image... baru teknis yang dipikirkan belakangan... tentunya ini akan sulit untuk pemotretan yang bergantung pada waktu (momen), tetapi ini akan mengajak pikiran kita keluar sejenak dari kotaknya, berjalan kesana kemari, baru memantapkan posisinya... Einstein menjadi seorang saintis hebat karena ia tidak begitu saja menerima standar ilmuwan masa itu, menirunya baik2 dan mahir dalam lingkaran teori masa itu. Ia hebat karena pikirannya mundur sejenak, berimajinasi, berpikir, berpindah sudut pandang, dan merumuskan sudut pandang baru... Seniman-seniman legendaris seperti picasso tidak begitu saja menempakan standar keindahan masa itu ke dalam pikirannya. Ia bisa bergerak dalam kerangka itu, tapi ia tidak berhenti di sana. Ia ciptakan "dirinya" dalam "kubisme", aliran baru.... mengapa kita tidak mencoba? salam hormat buat semua
Oleh: Arbain Rambey (103716) 19 tahun yang lalu
...terlalu rumit Mas...kalau dituruti malah gak karu-karuan.... Kalau kita baca dari buku-buku yang ada, semua fotografer terkenal tidak pernah punya konsep yang rumit-rumit. Mereka hanya berkarya dengan konsisten dan sepenuh hati. Itu saja.
Oleh: Teddy Charissa (1678) 19 tahun yang lalu
Perspektif ini bisa di bilang rumit seperti yg Pak Arbain katakan atau justru bisa sangat simpel sekali di laksanakan.. Tapi harus di akui bahwa paradigma mainstream perspektif di indonesia bisa terbilang monoton dan tidak berkembang karena orang cenderung untuk berpikir melakukan sesuatu hal secara umum saja tanpa menggali suatu hal yang unik dan orang lain belum pernah lakukan... Pendapat saya berlaku dalam konteks secara UMUM, tidak hanya di fotografi saja.....
Oleh: Setia Nugraha, Kang Ujang (53656) 19 tahun yang lalu
klo menurut saya....yg masih awam.... klo blom tenar mo berkarya aneh2 susah.. he he he... jadi terkenal dulu baru yg aneh2 :d setuju ama bang arbain... mending moto aja dah.... yg penting puas....dan berkarya ;)
Oleh: Huda M Elmatsani (13502) 19 tahun yang lalu
Ia ciptakan "dirinya" dalam "kubisme", aliran baru.... Mas Adi Prawira, kalau di dalam fotografi memangnya ada aliran apa saja... bagaimana membuat aliran baru, kalau aliran yang ada saja tidak tau ... ada juga saya mah hanyut atau lebih seringnya ikut tersangkut sama sampah :) Pertanyaan berikutnya, maaf karena saya nggak pernah sekolah senirupa jadi gak ngerti: - apa itu konsep verbal ? - dan apa itu preconceived image ? Sehingga kalimat indah berikut dapat saya pahami: alangkah baiknya jika kita memulai sebuah karya foto dengan konsep verbal.. yang kemudian diturunkan menjadi preconceived image... baru teknis yang dipikirkan belakangan... tentunya ini akan sulit untuk pemotretan yang bergantung pada waktu (momen), tetapi ini akan mengajak pikiran kita keluar sejenak dari kotaknya, berjalan kesana kemari, baru memantapkan posisinya... salam:)
Oleh: Aleoni Nadia (4043) 19 tahun yang lalu
:-?:-? ini sih kuliah teori ttg seni sebagai yang gagal masuk ke FSRD ITB :(( :(( :"> ....saya rada bingung baca thread ini :-?? :D. Tapi saya pernah denger kok kalo orang - orang kreatif itu berpikir "out of box" dan penggalian karakter ntu kan ngga sebentar. Saya mah dibawa santai aja lah..:D/ mau motret aja kok repot..kayak NATO ( no action talk only ) yg penting happy. :)>-
Oleh: Budi Ariyanto, bpp (21621) 19 tahun yang lalu
Menurut saya sah-sah saja orang mau mengikuti suatu teori tertentu, mudah atau tidaknya suatu ilmu atau aliran sangatlah relatif, susah bagi sebagian besar orang, bukan berarti susah bagi yang lainnya. Dalam hal ini saya setuju pikiran pak teddy, bahwa kadang secara umum Bangsa kita sangat susah keluar dari paradigma yang terbentuk di khalayak, bahkan kalau kita berbeda dari yang lain akan di "cap" negatif dan kontroversif. Tapi dalam bidang apapun, apabila karya atau usaha kita mau di lihat dan di perhatikan banyak orang haruslah berbeda dan unique....yang seperti kata Aleoni tadi, berpikir dan bertindak yang "out of box", be diffrent, dan yang terpenting be your self and open mind terhadap suatu yang memang bagus dan baru...... Maaf ini hanya opini saja bukan pembenaran. Salam Budi Ariyanto
Oleh: Yusman Budiawan (24538) 19 tahun yang lalu
Konon Seorang Einstein sebelum menemukan konsep baru dalam fisika yg di luar pikiran pada jamannya terlebih dahulu sudah menguasai ilmu matematika dan fisika yang tercanggih pada masanya. Demikian juga seorang Jimmy Hendrik sebelum bereksperimen yang aneh-aneh dengan gitarnya juga terlebih dulu menguasai teknik dasar bermain gitar yang canggih.
Oleh: Farid Maruf (4960) 19 tahun yang lalu
Melihat judulnya yang caps semua, kayaknya Anda memang sedang mencari attention sebanyak2nya. Terus terang saya "overwhelm' dengan bigwords dan jargon-jargon yang Anda lontarkan. #:-S Walaupun demikinan, mungkin ada hal yang berguna buat saya. Bisa gak Anda: 1. Show and Tell, tunjukan dan terangkan apa yang Anda maksud dengan "memulai sebuah karya foto dengan konsep verbal.. yang kemudian diturunkan menjadi preconceived image". Mungkin Anda bisa show and tell dengan karya-karya Anda misalnya. 2. Follow through dengan thread ini. Open for discussio Lebih baik laig kalau melakukan comment on comment. Jangan hit and run. Be responsible...
Oleh: Igor F Firdauzi (185236) 19 tahun yang lalu
kang huda, maksudnya kalau lagi street hunting jangan malah mojok moto makro dengan kumbang di bawa dari rumah dan ditaruh dalam tempat film ;))
Bang Igor, itu barangkali yang disebut "out of box", seperti juga misalnya bawa durian ke Ciwidey buat dipoto di pinggir kawah.
Oleh: Budi Marjono (14917) 19 tahun yang lalu
wah rumit banget ya buat saya, mungkin kita hidup cuma untuk sekedar lewat, berbagi cerita saja apa yang kita lihat, dengar, alami, pikirkan dan rasakan satu hari nanti juga kita semua mati, kalau dikenang orang sepanjang masa dan boleh menyumbang sesuatu buat dunia, ya syukurlah, tapi kalau tidak juga ngga apa2 (?) :)
Oleh: Dwi Prabowo (12096) 19 tahun yang lalu
Melukis beda keanggunan dan keangkuhan dengan Fotografi Walopun sama-sama menyuguhkan karya 2 Dimensi. Setelah kita capek bikin konsep dan perenungan langkah selanjutnya... Seorang pelukis akan menyapukan sentimeter demi sentimeter persegi di kanvas sehingga menjadi ratusan bahkan ribuan sentimeter persegi. Seorang fotografer menghabiskan ratusan bahkan ribuan frame, kemudian memilih satu frame hasilnya. Dalam salah satu kategori fotografi, bisa saja seorang fotografer menjepret sebanyak-banyaknya, baru kemudian dibikin cerita. Dalam melukis kita tidak bisa melukis dahulu baru dibikin konsep, cerita atau perenungannya...Kali lho ya....:D
Oleh: David (5752) 19 tahun yang lalu
Sama2 mantan mahasiswa seni rupa dan design yang ngak bisa masuk FSRD ITB :P, bagi saya yang penting bukan masalah konsep yang berdasarkan teori ini dan itu atau pengalaman orang lain...si ini dan si itu....seperti yang dicontohkan diatas, tetapi mencoba untuk membuat konsep dan gaya sendiri yang bener2 membuat kita nyaman....keindahan suatu yang harus ditangkap dan disajikan untuk orang banyak.... Jadi yang diperlukan sekarang lebih kepada mengetahui dan memahami kemauan kita dalam fotografi ingin seperti apa, yang nanti lambat lain menjadi suatu konsep dan standar baku untuk kita pribadi.Dari standar kita itu nanti bakal di nilai orang banyak...apakah bisa diterima atau tidak...jika diterima...ngak menutup kemungkinan kita jadi fotografer yang mempunyai ciri tersendiri dan diakui oleh banyak orang. Belajar untuk tidak berbohong pada diri sendiri sesuai dengan kemampuan baik secara skill dan finansial :D
Oleh: Herman Sam Martino (3473) 19 tahun yang lalu
:| Motret yuk ...
Oleh: Yadi Yasin (116383) 19 tahun yang lalu
Bagaimana kalau kita memotret untuk kesenangan kita sendiri... pure self-enjoyment..... rasakan pacuan adrenalin saat memasang tripod... rasakan tangan kita bergetar menahan gejolak saat kita memilih dan memasang filter didepan lensa... rasakan nafsu naik sampai ke ubun-ubun saat akan menekan tombol dari remote releasenya... Dan rasakan nikmatnya begitu melihat di LCD... kita tersenyum puas menyadari kalau foto kita hanya butuh 1 menit utk di edit di PS ... RASAKAN BEDANYA :> PS: mencoba thinking out of the box... ;))
Oleh: Hady Pranoto (5200) 19 tahun yang lalu
memotret dengan baik dan benar dulu lah... baru kemudian memotret dengan indah lalu kemudian baru bermain main dengan konsep... menjadi fotografer yang berkonsep bukan bisa ditempuh dalam sekali waktu...
mas Yadi Yasin .... mirip sekali dengan proses pembuahan ya? link ini
Oleh: Kristianto Gunawan T (145148) 19 tahun yang lalu
Siapa bilang Ansel Adam, Darwis Triadi .... tidak memperhatikan ukuran keindahan di mata mereka ...... ????? justru dari keindahan foto mereka itu diakui banyak orang ....... :-"
Oleh: Wellington Kuswanto (37404) 19 tahun yang lalu
huaaa bingung bacanya... bahasanya terlalu berat... saya sih yang penting bisa moto aja udah bahagia.. salam ^^
Oleh: D. Setiadi (81319) 19 tahun yang lalu
Netiket butir : 13. Jangan menggunakan HURUF KAPITAL pada semua posting Anda. Di internet, penggunaan HURUF KAPITAL berarti Anda sedang marah.
Oleh: Agustinus Wibowo, Bowie (3116) 19 tahun yang lalu
Rumit..benar-benar teori akademisi cobalah terjun langsung ke lapangan mas, berkarya... maka semua teori dan idealisme tadi terasa menjadi tidak penting saat berhadapan dengan realita di lapangan Dan anda akan menemukan sejuta karakter yang anda cari salam
maklumlah masih kuliah ... :"> saya juga waktu kuliah tergila-gila berbagai teori dan pepatah, ngomong ke sana ke mari menceritakan berbagai teori yang dahsyat sementara yg mendengarkan juga diam saja atau minggat, antara bingung dan bengong lalu ngeloyong sementara saya sendiri gak bisa apa-apa dengan teori itu kecuali ngomong :P ntar kalau sudah terjun langsung ke dunia nyata dibuangnyalah teori-teori itu .... bikin aturan sendiri sesuka-suka :> kalau terlalu asyik masyuk dengan teori dan pemikiran, gawat dech bukannya jadi fotografer .... eh jadi filosof, gak jadi deh beli 20D =))
Oleh: Fr. Edy Santoso, Singomoto (189664) 19 tahun yang lalu
Saya nggak pernah mendalami teori-teori fotografi yang njelimet ... yang penting apa yang menarik ya dipotret aja .. salam dahsyat,
Oleh: Mira TJ (4738) 19 tahun yang lalu
Bang Jaya dan Kang Farid, Judul sudah saya permanis. Sori, ekke jarang muncul belakangan ini. Uda kangen blon?
Kalau dilihat-lihat, mirip dengan tulisannya Tupa yg di-stick paling atas di forum ini yah? Fotografi perlu pakai konsep ngga ya? Mengenai ajakannya. Yah... tadinya awal-awal saya klo moto selalu berusaha bikin konsep, "Ni lho Bu, kita nanti poto2nya dari sini, ke sini, ke sini. Pake baju ini-ini-ini. Nanti pindah ke sini, ke sini, ke sini. Warming up mungkin sekitar setengah jam-an dech, bbrp frame pertama mungkin kebuang. Nanti klo mesinnya dia udah panas, baru deeeeh..." Sekarang mah, udah keabisan konsep. Hahahaha. Jadi liat2 suasana ajah. Toh yg difoto tetep suka kok. Yg penting hepi. *cekikikan sendiri*