Oleh: Sugeng Sugiharto (1108) 18 tahun yang lalu
Telah terbit full review Sony Alpha 100 oleh Camera Labs. Buat peminat Sony silahkan ditelaah. Reviewnya ada disini. Eniwei, menurut saya fitur Sony Alpha 100 ini yang sudah matang adalah antishakenya (karena sudah dikembangkan KM jauh hari sebelumnya). Fitur lainnya termasuk image processingnya masih butuh waktu untuk menandingi vendor yang sudah mapan terlebih dahulu. Jadi dalam beberapa waktu kedepan butuh konsistensi Sony untuk terus serius di pasar DSLR, apapun tanggapan pasar terhadap Alpha 100 ini. Konsistensi ini penting untuk meyakinkan konsumen akan prospek Sony system kedepannya, sebagaimana ditunjukkan Olympus saat peluncuran 4/3 mount dahulu. Dulu, pemasaran E-1 dibawah harapan, dan E-system baru berkembang secara geometris di tahun ke 3 setelah kelahirannya. Diharapkan Sony juga begitu, apapun tanggapan pasar, mereka tetap develop Alpha mount ini menjadi lebih matang kedepannya. Setelah melihat hasil foto Sony dan Panasonic, yang notabene keduanya adalah pemain baru di DSLR world, walaupun saat ini merekalah yang kantongnya paling dalam, mereka masih butuh waktu untuk bisa setara 4 besar DSLR(C/N/O/P). Waktu dan pengalaman memang tidak bisa dibeli. Semoga mereka + Samsung bisa cepet belajar, dan kompetisi DSLR makin rame. Hidup Kompetisi !!!!
Oleh: Kurnia Wijaya (22855) 18 tahun yang lalu
"We additionally had high hopes for the anti dust system, but during our test period, we suffered from several visible marks on images. Until more lenses become available and people start swapping them more often though, it's hard to tell how effective (or not) the A100's anti-dust system is. What we can say for now though is it's not in the same league as the Olympus SuperSonic Wave Filter."
Oleh: Radix R (2382) 18 tahun yang lalu
loh... dua orang yg di thread A100 ini kok ya zuikoholics semua?! well, make that three though ;)) come on Alpha dan Zeiss dan KM!!
Oleh: Arie Lendra Putra, ST (20556) 18 tahun yang lalu
hmm kok dari link di sini http://www.cameralabs.com/reviews/SonyA100/page4.shtml .. hasil foto Alpha.. kalah sama hasil foto 350D dengan Kit lens :|
Oleh: Hendra Putra (1255) 18 tahun yang lalu
Aku ngga percaya hasil review dan beberapa link utk foto kedua kam tsb apakah 100% benar, kita ngga tahu sebarapa besar kemampuan mereka menguasai isi dari technicalnya. Lihat saja didpreview utk SAL, hasilnya ngga mengecewakan, ttp bukan sbg acuan IMHO, dan tergantung kepada user yg menilai. Spt halnya prosumer Sony F828, R9(IMO) mampu bersaing di kelas DSLR untuk ketajamannya.:-)
tapi F828 nggak bisa bersaing untuk masalah Noise.. ;)) (dimana 828 cendeerung parah noisenya) dan lensa F828 itu .. aduh.. PFnya jg parah banget.... bener2 menggangu.. (terutama di highlight seperti lampu).. back to topic: imho dari pengamatan mata saya (dari monitor saya).. di dpreview pun.. (dan dc resource) hasil Alpha mmg cenderung lebih soft....(sperti metode bayer interpolasi di sensor cukup berlebihan)
Untuk noise bisa ditoleransi om ngga ada kata yg ngga bisa, disini lah skill, bukan kita yg dibodohin teknologi ttp teknologi yg bisa kita setting, justru dengan noise kemampuan kita bertambah cara meminimalkannya, saya lihat forum sebelah foto hasil dari F828 benar2 mengagumkan wlaupun dia itu bukan fotografer terkenal. Sebuah karya bukan dilihat dari kamera pake apa, tetapi bisa ngga membuat karya yg ditampilkan isinya lebih hidup dan mempunyai nilai art, ini intinya. Contoh fotogr. D.S (lupa namanya) yg bentuknya landscape gambarnya gak tajem ttp kesan artnya ada, isinya, mempunyai cerita, dan bisa eksis di majalah, di pameran dan punya nama, jadi salut.:D
Saya liat kayaknya calon user Alpha 100 ini kudu mikir nambah investment ke lensa. Lensa kitnya kurang mampu untuk memanfaatkan resolusi yang 10 MP itu. Kecuali keperluannya buat aplod, maka better lens diperlukan. Masalah noise itu manageable. Noise muncul atau tidak khan tergantung ratio kuantitas signal terhadap kuantitas noise. Kalau Photographernya bisa memanage Signalnya, ya ngga perlu khawatir sama noisenya. Apalagi kalau dicetak, misalkan dicetak 300 dpi, 1 pixel yang noise ukurannya jadi 1/300 inch. Apalagi kalau lebih rapat. Kalau viewing distancenya normal aja, noise bukan masalah. Sekalipun noise Sony "lumayan" yang penting ndak banding ajah. Dengan exposure yang pas, sisa noise yang ada masih bisa di manage di RAW development. Tuntutannya pake kamera noisy memang begitu, kudu canggih dalam menetapkan exposure. Tapi dari situ kita jadi belajar lebih baik. Masalah antidust, tetep kredit tersendiri buat Sony. Sony memang harus membuat mekanisme antidust yang berbeda dengan Oly atau dia dihajar masalah hukum. Tapi Sony juga belum mampu melewati hukum fisik. SSWF Oly menggetarkan filter anti debu dengan freq 25 kHz, yang ngga mungkin diterapkan di Sony. Tapi Sony mencoba, dan diharapkan kedepannya bisa lebih baik. Paling baik sih bikin pertukaran teknologi dengan Oly, sama-sama untung. Saya rasa dengan lensa yang pas, Alpha 100 dengan segala keterbatasannya masih memiliki banyak potensi. Jadi buat yang minat sama Alpha mount, sebaiknya diubah orientasinya, dari body oriented ke lens oriented. IMHO. Kayaknya standard zoomnya Zeiss 16-80 nich $-). Bikin petisi aja sama Sony buat murahin harga 16-80 ini :D
noise? noise tu apaan si? kalo F828 itu noisy, kan tinggal dimatiin aja noise-nya, beres! daripada 20D noisy banget, ga bisa dimatiin lagi noise-nya... ;))
Bro, kalo dilihat n check list harganya pasaran Eropa lensanya kudu mahal si SAL, so tp bukan masalah tetep berburu lensa2 lamanya KM dpt dimounting. Lagi pula "ada kualitas ada rupa, harga ngga bisa dibohongi", aku aja sampe mimpi punya seri G nya KM, tp kalo udah nemu lensa lawas KM udah bisa bersukur, apa iya sih lensa lawas coatingnya sama dengan lens leica.?
Hunting lensa Minolta 2nd 8->
Thx mas Sugeng infonya,itu site di Korea Kalo di Hong Kong tau ga ya..saya hunting di HK aja itupun didaerah Tsam Swie Po dpet lensanya terbatas pas waktu beli, tanya sana sini kagak ada yg jual mngkin saya nya yg gak tahu...kalo tau sitenya mohon info kan kesaya.
bung hendra: skill dan kualitas lensa yg buruk nggak ada hubungannya deh ih... mmg tergantung fotografernya, untuk masalah foto bagus atau tidak.... (tapi kita disini sedang bicara perbandingan alat toh?), mengingat harganya dulu pas masih beredar.. 828 sangat dekat, bahkan lebih mahal dari entry level DSLR .. lalu, apabila kita bicara large scale printing..(nggak usah besar2, 8R deh) keburukan lensa dengan fenomena PF yg parah semacam itu..susah ditoleransi pada percetakan besar.. jika hanya lihat dimonitor/ cetak kecil.. mmg tak akan terasa.. untuk masalah noise.. saya sih lebih prefer.. noise yg bersih.... jika mau artistik dengan noise... tambahkan belakangan via post process.. apalagi noise nya 828 nggak monokromatik.. dalam artian noisenya warna-warni.. jika lewat software penghilang noise pun yang didapat adalah "water colour" effect.. sehingga nggak natural.. mungkin untuk sebagian pemakai prosumer, nggak akan masalah , karena umumnya jarang bahkan ada yg tidak pernah cetak besar.. (sorry jadi OOT ke 828) back to topic... for KM/Alpha.. yg salut mah IS onsensornya itu loh ;)) , virtually all lens is "IS/VR" lens tapi nama KM akan tenggelam seiring merk "Sony" yg muncul... berikutnya perusahaan apa beli perusahaan apa nih.. ;)).. mungkin lama2 tinggal 1-2 merk kali ya.. gabung semuanya :P
bung Arie Lendra : tentu ada hubungannya om :-O, user thd alat harus balance, bukan asal jepret, skill kemampuan spt mas Sugeng sudah ceritakan bahkan harus digali lg, mngkn pendapat kita yg beda, namanya juga argumen pasti beda. Saya rasa bung Ari lebih ke teori tp dasarnya dilapangan beda, F828 terbaik dikelasnya sebelum DscR1 keluar. BTT: Aku rasa bagi yg udah kenal KM ngga akan hilang, toh Sony adopsi teknologi dari KM, dan sony bukannya punya market tersendiri.
justru pengalaman itu saya dapat di lapangan :) ;)) coba deh jual foto ke klien dengan noise tinggi dan ada distorsi 2 lensa (PF) , terutama ke advert media.. ;)) shot pake ISO tinggi di 800/1600 aja buat prewed.. klien dah ada ngoceh.. kok kasar ya kualitas fotonya.. apalagi umumnya noise itu menguragi resolusi...IMSL: ini menurut saya loh ;))
Saya pake kam tsb gak masalah, malahan untuk buat iklan/brosur, aman2 aja :P, kalo pun trdapat noise bisa diulang utk dicompare,dgn set range tertentu, utk pre-we set lighting nya harus bagus bukan asalan, ISO di 800 sudah ok,...kalo bung Arie Lendra mengatakan kasar kualitasnya itu salah kaprah itu namanya bukan solve problem...coba dipelajari lagi saya yakin kualitas dengan carl zeiss tetap top.
"coba dipelajari lagi saya yakin kualitas dengan carl zeiss tetap top"Calr Zeiss kan cuman lensanya deh .. bukan sensornya :| ;))...noise kan bukan karena lensa, tapi karena sensor..mungkin mas hendra pengalaman sekali dengan kamera ini.... ya mungkin mas sudah bisa toleran dengan flaw2nya.. tapi coba deh pake DSLR.. :) pasti perbedaannya jauuuuuuhhhhh.. sekali :)
Oleh: R. B. Isworo (5770) 18 tahun yang lalu
Hoooiiii ... diskusinya kok F828 sih? Aku yakin ada yang suka dengan F828, dan ada yang nggak suka. Ada yang suka dengan Sony Alpha 100 ada juga yang nggak ... (termasuk para reviewer di luar sana). So leave it at that. Sorry ya ... tapi aku anggap diskusi seperti ini itu OOT (lihat judulnya), useless, waste of bandwidth dan storage. Dan itu semua translate to cost. And we don't pay anything. Don't force me to do things that I don't like. Formulasikan diskusi dengan baik. Kalau ada kekurangan suatu barang, deskripsikan dengan baik. Kalau bisa kasih solusi. Kalau tidak bisa tanyakan solusinya. Kalau nggak ada solusi ya udah. Kalau ada kelebihan deskripsikan juga. Berdasarkan pengalaman akan lebih baik. Angka is useless except for marketing .... Wedding itu ya motret wedding, bukan resolution test target.
Jadi inget dengan F828 Ada temen yang punya studio sendiri. Dia juga pendidikannya di fotografi, sampai S-2 malah, dan juga akhirnya jadi dosen fotografi. Di studionya kameranya terakhir saya tahu ada 1Ds Mk II, Phaseone P24, D2X, E330 Oly, F828, dan KM A1. Diantara alat-alatnya yang paling banyak bikin duid bukannya yang top, tapi justru F828 dan KMA1. Waktu jualan memang yang ditunjukkin yang top, tapi ketika dipake yang prosumer malah paling rajin :)) Di tahun 2004, Alex Majoli meraih U.S. National Press Photographers Association's Best of Photojournalism Magazine Photographer of the Year Award dan the U.S. Overseas Press Club's Feature Photography Award serta beberapa award lainnya. Dia sempet 2 minggu di Kongo dan 2 bulan di Iraq buat liputan perang. Satu-satunya DSLR yang pernah dipakenya adalah EOS D30 yang dipakenya di Afghan. Kemudian dia berkenalan dengan C4040 dan diteruskan dengan C5050, C5060, C8080. EOS D30 nya sudah dipensiunkan. All of those camedias itu lelet, dan sangat noisy. Tapi di tangan jenius seperti Alex, itu gadget bisa lebih ganaz dari bazooka berat-berat yang dibawa colleagues-nya. Waktu di Iraq dia pake 2 biji C5050 dan Ini yang dikatakan Alex tentang temen-temennya waktu di Iraq: Majoli's photojournalist colleagues have been a bit more dubious. "In Iraq, [other shooters] looked at me like I'm crazy," the photographer remembers. "They said, 'What? What are you doing with this?' But many of my colleagues are influenced by this. They are trying the point-and-shoots. At the beginning, they need a little bit of instruction."
KM A1 is very noisy ... even at ISO 100. Aku punya kamera ini. But I managed to print up to 60x90 and people always thought the prints (more than 1, even more than 2, but not more than 100) came from a C DSLR ... Go figure. Dude .. still OOT.
sorry mod ;) :P
Beribu-ribu maaf om moderator, iya nih kok OOT, ...bukan resolusi test target... Thx mas sugeng infonya, ...menarik sekali...