Oleh: Kurnia Wijaya (22855) 18 tahun yang lalu
Akhir nya ada di dpreview masih high noise but highly recomended too
Oleh: Dhidi Mulyadi (392) 18 tahun yang lalu
di compare ama D200 dan 30D :)
Oleh: pramana sudiro (30467) 18 tahun yang lalu
fitur paling menarik adalah DRO (Dynamic Range Optimization)
Oleh: M. R. Taufik (17161) 18 tahun yang lalu
Sony Alpha 100 barangkali cukup menarik untuk yang mau upgrade dari prosumernya Sony/Minolta ke DSLR. Tapi rekomendasi Highly Recommended-nya Phil Askey, apa kira2 cukup ampuh ya untuk menaikkan ekspektasi penjualan kamera DSLR Sony yang pertama ini? Saya lebih tertarik untuk cari news lanjutan mengenai rumor bahwa November tahun ini Sony akan merilis DSLR full frame dengan sensor CMOS dengan kisaran harga 300-rebu yen (sekitar Rp 20-juta) :D Kalau ada yang bisa baca tulisan Jepang, tolong dong translate news di forum ini.
Oleh: rdiditfa (5531) 18 tahun yang lalu
dan juga tetap "No vertical grip option" "High sensitivity noise at ISO 800 and 1600" padahal, katanya, yg 5D noise-handling lebih bagus? ada kemunduran dong..?
Oleh: R. B. Isworo (5770) 18 tahun yang lalu
Highly recommended ... nggak terlalu pengaruh sih ... menurutku. Aduh bener nggak tuh?? ... Full frame ... nggak jadi deh beli lensa DT ... :D Diterjemahkan dari Google .. berita pertama bunyinya: "Yesterday, it went to photographing meeting. Also the camera manufacturer 5 corporation has come, you lent out the equipment and material. Promptly, in the SONY person, you inquired about information concerning the camera which comes out next. As for contents the full size of CMOS (CCD is not), you forgot to hear picture prime. As for price 300,000 Yen or less (expectation 298,000 Yen), as for sale day end of year (expectation November 21st kana) is. Firm rise 'we would like to have going by all means, that' you said. “Because it was busy until now,…” with saying, it increased. Because you did not say that you do not do, you think that you do, but. Borrowing α100, it photographed, but because my hand is large, handling it was not and others applied. Because the picture is not inserted in the personal computer yet, appraisal is yet to come. The finder decisively with α-7D the shank." Jadi inget sapa ya ... :D
Ya ampun terjemahannya ... :-& Ayo dong yang bisa bahasa Jepang tolong terjemahin. Terjemahan google atau babelfish mah gak bisa diharapkan. Kayaknya bahasa Jepang gaul deh itu. Soalnya tulisan di forum kan ...
Baru baca detail reviewnya si Phil: We were a little surprised to see the Alpha DSLR-A100 beating the Nikon D200 on our resolution charts, ... - halaman 29 As well as shooting our studio test scene at each camera's lowest sensitivity we also shot it at ISO 800 and 1600. As you can see the approach taken by Canon (clean data in, less need for noise reduction) really pays off at ISO 800 and 1600 where it demonstrates far more detail and less visible noise than any other camera here. Between the DSLR-A100 and D200 at these high sensitivities the A100 appears to maintain more detail. - halaman 28 Shooting RAW and equalizing the image processing by using a standard converter gives us a different view on the DSLR-A100 vs. EOS 30D (or 10 vs 8 megapixel) comparison, again while the advantage isn't great there is certainly some extra detail visible in the DSLR-A100 shot. - halaman 26 Boleh juga ya Sony ...
Ini coba lagi nih: We were a little surprised to see the Alpha DSLR-A100 beating the Nikon D200 on our resolution charts, but that's how things played out. The A100 delivered slightly more absolute horizontal and vertical resolution than the D200 and continued detail much further (the 'extinction resolution' ). Here also we're seeing more of an advantage from ten megapixels over the eight megapixels of the Canon EOS 30D, however these numbers mean fractional improvements and as we have already seen don't always equate to a visibly more detailed 'real life' image. Halaman 29. Kayaknya ada perbedaan di anti-aliasing filter di depan CCD antara D200 dan A100. D200 punya AA filter yang lebih kuat. Makanya di foto A100 bisa dilihat ada jaggies terutama di foto-foto resolution test target. Efeknya emang resolusi A100 mungkin agak sedikit lebih tinggi dibanding D200. Di topik lain ada yang bilang A100 bisa IR ... di sini ada contohnya. Tapi pakai R72, IR Harlim mungkin tetap masih di dalam mimpi saja. Kata Ko Harlim ... takut ngerusak AS/SSS ....
15 detik IR nya pake 50mm at f/5.6 gile filter anti IR nya kuat banget dan warna IR nya gak bagus yah, beli D50 aja deh yg dioprek he he he
Oleh: Muhsin Pulungan (4552) 18 tahun yang lalu
Nompang nanya, Ada nggak reviewer yg bahas fitur : 1. Eye Autofocus 2. Continious drive till memory full di A-100..? Kira2 efektif (fokus tetap terjaga) u/ objek bergerak....? Kalo buat hobbist kayak gw, itu lebih penting daripada masalah selisih resolusi 100-200 atau masalah perbedaan noise di Iso 800-1600. Kalo itu efektif, khan enak. Ngikutin fokus hanya dgn ngelirik. Mo candid tingkah kucing gw, tinggal pasang memory 4 gb. Shoot kontinyu, kamera bisa ditinggal buat makan atau bobo siang.
Oleh: Putu Ashintya Widhiartha (17984) 18 tahun yang lalu
Kalau terjemahan bebas dari forum yang linknya diberikan Pak MR Taufik tentang produk Sony DSLR berikutnya, sepertinya masih berupa isu. Di diskusi2 di bawahnya kelihatannya para penulis juga tidak terlalu yakin kalau Sony akan langsung merilis full frame karena Alpha 100 sendiri masih butuh waktu untuk diterima pasar. Berikut terjemahan bebas dari penulis pertama di forum tersebut: Pada sebuah even photo session yang dihadiri oleh 5 produsen kamera, para peserta menanyakan kepada staf Sony tentang isu produk Sony berikutnya. Disebutkan bahwa kamera tersebut menggunakan full size CMOS (bukan CCD). Harga berkisar 300.000 yen dan akan dirilis ke publik sekitar tanggal 21 November.
Oleh: Tundra Laksamana (24075) 18 tahun yang lalu
Kebetulan aku udah dapet transletan ke Indonesianya mudah-mudahan bisa di upload di sini Kalo filenya make Adobe Acrobat Reader gimana masukinnya ya...hehehe gaptek nih
Oleh: Iqbal Wilis (217) 18 tahun yang lalu
Pak Muhsin, feature eye focus itu sudah dipakai di Dynax 7xi, kalau mau ngelirik kucing biar pindah point nya focus sih kayaknya jadi beda maksud deh.. walau idenya bikin saya ketawa ngakak.. Seingat saya Eye Autofocus di 7xi itu gunanya seperti kita mengaktifasi autofocusnya tanpa mencet apapun juga.. jadi kalau kita mau pindah fokus, yanh kameranya atau sensor focusnya kayaknya perlu diarahin kesana, alias perlu juga menggerakkan kameranya. Gak bisa cuman ngelirik doang =)) Kalau yang ngelirik doang itu kayaknya feature di camera Canon jaman dulu bareng 7xi itu deh..
Pak Iqbal, Iya, justru itu. Setau gw di Canon seri xxE film jg ada fasilitas itu. Kira2 yg di A-100, ada kemajuan, kemunduran atau sama aja. Kalo moto kucing nya sih, banyangan saya, itu memanfaatkan fasilitas burst till memory full. Kira2 tracking fokus nya efektif nggak kalo gw shoot burst 1/2 jam non stop 3 fps (mungkin kah..?). Kalo kucing nya pindah2 tempat, masih tetap fokus nggak..?? Kalo masih fokus, berarti TEOPE BGT..! Yg gw heran, koq nggak tertarik review ini ya..? Kenapa hrs ribut dgn resolusi yg beda2 tipis dan noise di Iso tinggi yg jarang di pake. Atau gw kali yg agak aneh ekspektasi nya.
Yang nggak bisa dibantah adalah elektroniknya: - Fastest compact flash write times: 9 MB/s utk JPEG dan 13 MB/s untuk RAW - Fastest USB transfer speed: 8,8 MB/s - Battery life: 750 jepretan bok, ini mah yang motretnya juga keburu telerrr ... Kalau ada yang ngasi, mau banget deh ... :D
Oleh: Kristy Whanarahardja (2370) 18 tahun yang lalu
tapi ujung2nya.. sayang harga lensa nya mahal2 udah gitu jarang lagi (tmsk third party)... coba gampang dicari trus harganya murah2 wah udah deh langsung embat ;)
Oleh: Heru Tjandranata (11165) 18 tahun yang lalu
Sayang... Fitur JPG Extra Fine favorit saya nggak ada lagi :(
Heru: Extra fine gak ada tapi ini kan sudah 10.2MP ... (berhubungan nggak yaaa?) Bli Putu, thanx atas terjemahannya. Kedengerannya ini jokes yah?
Numpang sekalian ... Hasil review A100 di majalah Popular Photography What's Hot: Highest image quality for price. Built-in IS. Accepts KM lenses. Dust removal system. What's Not: Nonstandard hot-shoe. ISO only up to 1600. Self-timer turns off after one shot. Hasil test lensa SAL 18-70 f/3.5-5.6 CONCLUSION: Considering the sharpness, distortion, and macro numbers this zoom produced, we're compelled to think that, among the catalog of Konica Minolta glass, Sony chose wisely for its first DSLR wide-angle kit zoom. Should you wait for the expected line of Carl Zeiss lenses being designed for the Alpha? While it's unlikely that any comparable Zeiss lens will outperform this excellent 18–70mm optically, construction quality is another question. We have trouble, for example, picturing a Zeiss zoom with a plastic lensmount. Hasil test lensa SAL 75-300 f/4.5-5.6 CONCLUSIONS: We were somewhat surprised when we heard Sony had revived an 11-year-old KM lens as a long-tele kit zoom for the Alpha DSLR, but when we saw its encouraging test results and its attractive new packaging, we have to admit this sharp, relatively compact, and almost distortion-free lens seems quite up to date…at least until Sony introduces the Carl Zeiss telephoto zoom that's been rumored. What's Hot Almost distortion-free. Unusually attractive body styling. What's Not Apparently not digitally optimized. BTW, M.R. Taufik, kayaknya 10.2 MP itu di jpg adalah dimensi dari gambar (panjang x lebar dalam pixel), sedangkan, fine, extra fine, dst adalah kualitas kompresi yang digunakan (seperti level 12, 10, 8 dst di photoshop). Jadi meskipun 10.2MP tapi fine akan menghasilkan gambar yang mungkin relatif lebih rendah kualitasnya (lebih banyak artifak) dibandingkan dengan 10.2MP extra fine. Kompresi rendah -> ukuran file besar -> artifak dikit -> kualitas lebih tinggi. Kompresi tinggi -> ukuran file lebih kecil -> artifak lebih banyak -> kualitas lebih rendah. On the other hand, ukuran 10.2MP itu mungkin juga adalah pertimbangan Sony tidak memasukkan extra fine, - supaya JPEG tidak terlalu besar. Coba lihat ukuran extra fine di 7D ... huge ... bayangkan kalau 10.2MP. Mungkin juga fine di A100 emang artifact free (test Dynax 7D di dpreview bilang kalau JPEG fine dari Dynax 7D itu artifact free). Assuming everything is more or less the same, Fine di A100 nggak terlalu banyak bedanya dengan Extra Fine di A100 (saya yakin pasti ada setting ini dulu waktu R&D, cuma dihilangkan karena nggak begitu pengaruh di JPEG yang dihasilkan) - Kecuali dalam hal ukuran file aja.
Pak MR. Taufik wrote: Bli Putu, thanx atas terjemahannya. Kedengerannya ini jokes yah? Kelihatannya forum kakaku tersebut termasuk serius Pak, dari reply2 di bawahnya pun semua menanggapi dengan serius. Cuma ya itu tadi, hampir semua agak pesimis kalau Sony DSLR berikutnya akan dirilis dalam waktu dekat, karena mereka yakin Sony masih akan menunggu reaksi pasar terhadap A100.
Akhirnya ada juga iklan Sony Alpha 100 di TV, tapi sementara ini baru keliatan di National Geographic channel saja. Keren juga, dan bener2 mengeksploitasi brand Carl Zeiss. Menarik juga mencermati langkah Sony untuk langsung nampang di channel NG ... entry level camera di channelnya para fotografer pro :D
Om Isworo, setuju,Extra Fine bikin file size nya mbludak. Tapi filenya bagus banget, khan near looseless JPG. Jadi inget jaman dulu di kamera ada fitur TIFF. Bahkan di Dynax 7D, kadang2 file JPG Large Extra Fine bisa hampir seukuran RAW nya. Cuman motret di RAW itu males ngisi2 headernya. Sebetulnya nggak masalah disediain fasilitas Extra Fine ini, tinggal mau dipake atau nggak aja khan. Cuman sayang aja, dulu file Extra Fine ini khan salah satu keunggulannya dibanding kamera merk lain. Koq skrg malah nggak ada.
cuma 2 hal yg masih mentok nih kalo liat forum di dpreview.com: - foto out-of-the-box atau lensa kit keliatan terlalu soft. ntah ini karena lensa kit yg kurang top atau emang dari kameranya. belom liat lagi foto2 yg dihasilin kalo pake lensa top nya minolta/carl zeiss. kalo bagus, berarti lensa kit ga bagus. - foto low light/night shoot sedikit keganggu karena noise yg cukup kentara di ISO tinggi. trus black-mask NR nya juga katanya bermasalah utk long exposure. mudah2an bisa dibetulin dgn upgrade firmware.
Kristy: lensa kitnya khan sama persis kayak Dynax 5D? Nggak ada masalah koq di 5D, tajem, walaupun bukan yg plg tajem. Worth the price lah. Jangan ngebandingin lensa kit sama Carl Zeiss dong. Jelas keok ;)) Coba, menurut anda, yang kelas harganya sama, dan rangenya sama, lensa apa yang lebih baik? Kayaknya malah better dibanding 28-200 yg kmrn2 anda angkat ke forum ;) Tentang noise, hati2 jangan ngarah jadi measurebator. Mana ada kamera yang makin tinggi ISO nggak pengaruh ke noise? Semua jg pasti sama masalahnya, higher ISO, means higher noise. Bandingin deh yg kelas harganya sama. A100 ini luar biasa hebatnya lho :) Usul aja untuk kristy, beli aja deh. Yang penting the man behind the gun. A100 di tangan orang yang tepat pasti dahsyat nggak karuan. Tinggal gimana cara anda menjadi orang yang tepat itu ;) Kristy lagi: tapi ujung2nya.. sayang harga lensa nya mahal2 udah gitu jarang lagi (tmsk third party)... coba gampang dicari trus harganya murah2 wah udah deh langsung embat Udah pernah nyari blm? Teknologi lensa minolta ini masih teknologi jaman batu, yaitu AF yang pake bor gigi. Artinya apa? 1. Lensa yang paling lama asal mountingnya minolta AF bisa dipake. 2. Lensa2 lama ini harganya MURAH banget,apalagi klo cuman hobby2, dapet range yg enak dengan harga lebih murah compared dengan merk lain. 3. Kalo blm pernah hunting lensa yg serius, pasti denger2 dari semua orang2 susah lensanya. Ini gue hindari, berkesan pamer, apa daya buat membantah pendapat kristy ttg lensa susah dicari dan mahal, Kalahin deh harga lensa gue :) 1. Sigma 24F2.8 gw beli 200rb =)) 2. Komin 28-75F2.8, beli 3.3jt 3. Sigma 70-210F2.8 beli 1.5jt 4. Minolta 50mmF1.4 beli 700rb 5. Sigma 50mmF2.8 macro 1:1 beli 300rb =)) Total? Cuma 6jt aja. Berani aduin harga sama DSLR merk laen? Semua nggak ada yg lebih kecil dari 2.8 ;) Dan jangan lupa, fitur Anti Shake/Super Steady Shot bekerja di semua lensa2 itu, at no extra cost :) Sorry Kristy, kalo tulisan saya sekarang ini berkesan memojokkan pendapat2 anda diatas, nggak bermaksud sama sekali, justru saya bertujuan membuka wawasan anda, bahwa anda nggak salah pilih klo ambil A100. Bukan berarti merk laen lebih jelek lho. Seperti tulisan saya diatas, tergantung orang yang pake. Mau pilih Canon kek, Nikon kek, Olympus kek, PhaseOne kek, ga ada yg jelek deh. Tergantung kitanya.
Mas Kristy, salah satu karakteristik image processing Minolta adalah, non-aggresive in-camera sharpening (defaultnya). Kalau nggak salah dpreview menyinggung masalah in-camera sharpening, dan approach Minolta ini dianggap sebagai lebih bisa diterima. Dengan demikian, image yang dihasilkan memang relatif lebih soft. By default semua image dari kamera digital akan soft (kecuali Kodak DSLR tipe yang mana ...) karena ada anti-aliasing filter di depan sensor. kalau kita menditigize garis miring, lengkung dll, maka akan timbul efek yg namanya staircasing, garis-garisnya jadi ada kotak-kotaknya seperti tangga (staircase) disebut juga jaggies atau aliasing. Anti-aliasing filter menghilangkan efek tersebut dengan memburamkan image yang ditangkap sensor. Efeknya jaggies akan berkurang, tapi image akan soft. Sharpening (mungkin dalam bentuk USM) dilakukan oleh kamera untuk mengembalikan ketajaman gambar. Semakin tinggi sharpeningnya, semakin tajam gambarnya, dengan drawback semakin muncul sharpening artifacts dalam bentuk halo dll. Nah yang biasa pegang photoshop pasti tahu, kalau sharpening bisa dilakukan di PS dengan USM, atau smart sharpening, atau dengan plug-in seperti Nik Sharpener, dll. Karena sharpening ada batasnya (semakin kita sharpen, semakin artifact akan muncul), maka non-aggresive in-camera sharpening akan memberikan kita ruang kerja yang lebih besar di post processing. Tetapi image tidak memberikan "pop" dan ketajaman yang diharapkan apabila langsung akan dipakai. Seperti kamera Minolta lainnya, sharpening bisa dinaikkan dengan setting di image quality menu. Macam-macam bisa dilakukan di situ. So it is all about choices lah. Setahuku Dynax 5D dan 7D memberikan banyak kemungkinan kepada kita untuk bereksperimen dengan foto yang dihasilkan. Kamera lain pasti juga demikian, aku yakin itu. Mengenai harga lensa yang mahal, aku rasa ada sedikit miskonsepsi di sini. Harga-harga lensa itu adalah list price (MSRP). Pada awalnya semua retailer pasti akan menjual dengan harga MSRP sampai produksi bisa digenjot dan initial demand bisa dipenuhi. Setelah itu pasti harga akan turun. Biasalah ini. Dari banyak laporan dari beberapa negara eropa (bisa dimonitor di dpreview Sony SLR Talk), harga retail lensa-lensa Sony yang sudah beredar lebih rendah dari harga retail lensa-lensa C. BTW dari hasil test majalah Popular Photography (di halaman sebelumnya saya cantumkan linknya) mencantumkan ini sebagai salah satu kesimpulan untuk test lensa kit A100: While it's unlikely that any comparable Zeiss lens will outperform this excellent 18–70mm optically, construction quality is another question. Bahkan mereka beranggapan kalau lensa Zeiss (dalam zoom range itu - yang akan direlease akhir tahun ini) belum tentu (unlikely katanya) akan mengungguli lensa ini. Hanya konstruksi lensanya ... kebanyakan plastik. So it is all about choices lah. Semakin banyak pilihan semakin bagus, dengan drawback ... semakin bingung ... seperti semua dalam hidup ini ... ada give ... ada take lah .... :D Soal noise, aku ambil crop dari salah satu foto di dpreview (for illustration only). Original ISO 1600 adalah sbb: