Oleh: Harlim (146795) 17 tahun yang lalu
Sebuah camera digital jika kita nyalakan sensor selalu dalam kondisi nyala dan readout , fungsi shutter blade/tirai rana menutup agar cahaya tidak memasukinya. Prinsip ini sama seperti dgn camera film. Mengapa harus selalu ON/Nyala ? Secepat apapun clock speed suatu alat electronic tidak akan ada yg bisa instan on atau mengalahi kecepatan cahaya dalam arti segera nyala. Agar seluruh aliran data dan kerja mekanik dapat bekerja sinkron/selaras maka sensor harus dalam kondisi nyala terus dan selalu siap menerima cahaya. Pengontrolan cahaya yg masuk di alihkan ke shutter blade. Informasi lain : Perbedaaan sebuah camdig live preview dgn DSLR : Pada DSLR data yg disensor tidak dialirkan ke data processing/image processing lainnya. Pada Prosumer dgn live preview data dialirkan dgn interval tertentu agar life time lebih terjaga dgn baik. Efek sampingannya adalah shutter lag yg sangat tinggi.
Contoh selanjut ini dibuat dari 300d yg shutter blade/tirai rananya tidak ada. Agar tidak terjadi error 99 saat kita eksekusi , kita harus manipulasi rangkaian. error 99 akan muncul jika saat kita eksekusi shutter blade, tirai rana , dan diafragma ada ngalami masalah dan system melakukan system checklist. Contoh no.1 File name IMG_0609.JPG Camera Model Name Canon EOS 300D DIGITAL Shooting Date/Time 1/1/1980 00:01:14 Tv(Shutter Speed) 1/1000Sec. Av(Aperture Value) F5.6 Metering Modes Average Exposure Compensation 0 ISO Speed 100 Lens - Focal Length 55.0 mm Image size 500 x 333
no 2 Dgn speed 1/4000 area yg IR dgn intensitas tinggi tetap akan over exposure Limit speed 300d adalah 1/4000 , perkiraan saya harus sekitar 3 stop lagi atau lebih. File name IMG_0610.JPG Camera Model Name Canon EOS 300D DIGITAL Shooting Date/Time 1/1/1980 00:01:28 Tv(Shutter Speed) 1/4000Sec. Av(Aperture Value) F5.6 Metering Modes Average Exposure Compensation 0 ISO Speed 100 Lens - Focal Length 55.0 mm Image size 500 x 333
no 3 Saya hindari area yg banyak mengandung IR File name IMG_0622.JPG Camera Model Name Canon EOS 300D DIGITAL Shooting Date/Time 1/1/1980 00:00:39 Tv(Shutter Speed) 1/1250Sec. Av(Aperture Value) F5.6 Metering Modes - Exposure Compensation 0 ISO Speed 100 Lens - Focal Length 49.0 mm Image size 500 x 333
No 4. Perbandingan dgn sebuah camera yg normal File name _MG_8136.JPG Camera Model Name Canon EOS 350D DIGITAL Shooting Date/Time 12/7/2006 05:59:21 Tv(Shutter Speed) 1/15Sec. Av(Aperture Value) F5.6 Metering Modes Evaluative metering Exposure Compensation 0 ISO Speed 100 Lens 18-55mm Focal Length 46.0 mm Image size 3456 x 2304 Image Quality Fine
Analisalah contoh ke 3 dan 4 pada angka dan huruf yg saya beri BOLD dan suatu saat anda akan menemukan jawaban tentang:
Contoh no 5 Utk bahan perbandingan dgn no 1 dan 2 File name _MG_0624.JPG Camera Model Name Canon EOS 350D DIGITAL Shooting Date/Time 12/7/2006 07:03:39 Tv(Shutter Speed) 1/60Sec. Av(Aperture Value) F5.6 Metering Modes - Exposure Compensation 0 ISO Speed 100 Lens - Focal Length 55.0 mm Image size 500 x 333 Image Quality - Flash Off White Balance - AF mode - Picture Style
Pada contoh no 1 , 2 dan 5 Anda akan bisa analisa dan belajar hal lain lagi :
Oleh: Yuwono Rahman (20907) 17 tahun yang lalu
thank sharingnya om Harlim... sorry masih belum ngeh, jadi selain ada shutter blade yang mengatur speed secara mekanik, sensor juga "berkedip" secara elektronik ya? dan speed nya masih bisa "diatur" kamera....
Oleh: Salahudin Damar Jaya, Jaya (45223) 17 tahun yang lalu
Pak harlim, yang saya heran kamera prosumer sony shutter lagnya sangat cepat sekali, sekitar 8-10ms jauh dengan kamera DSLR terbaik yang sekitar 40-50 ms, kira-kira teknologi apa yah yang disandangnya? mengenai capture peluru, saya sangat tertarik sekali, berdasarkan data yang saya dapat kecepatan peluru laras pendek itu berkisar 250-350 m perdetik sehingga untuk mendapatkan gambar yang cukup frezee diperlukan kecepatan exposure yang minimal 1/100.000, sedangkan saya hanya punya flash yang durasinya paling cepatnya sekitar 1/40.000, sehingga belum cukup untuk mengcapture peluru
Oleh: Fatwa Furqana, DoF (1600) 17 tahun yang lalu
@Salahudin : Prosumer Sony tipe apa pak? Setahu saya kamdig Sony bagus di saturasi warna tapi parah di shutter lagnya... :D Ada kali stgh detik... @Yth. Pak Harlim : Kalo E-330 ikut yg mana yah? Masuk kategori prosumer ato DSLR? :D
@ Yuwono : selain shutter blade , iya sensor akan harus melakkuan reset istilah lebih gampang dimengerti yaitu berkedip @ Fatwa : e330 menbagi system livepreview menjadi 2 sensor. @ Jaya : silahkan dipelajari contoh dibawah ini . Karena keterbatasan speed saya harus naikan diafragma hingga f/32 karena keterbatasan speed 300d hanya 1/4000 dan iso 100. dan inipun masih over 1 stop f5.6 to f32 = 5 stop down jika kita tetap pertahankan di f5.6 maka speed yg bisa dicapai dgn iso 100 adalah 5 stop dari 1/4000 itu artinya 1/128.000 atau kita ingin speed yg lebih tinggi bisa turunkan ke f/2.8 maka speed harus naik 2 stop lagi 1/512.000 atau naikan iso 200 dgn f/2.8 maka 1/1.024.000 Tehnik freeze umumnya bisa menggunakan 2 tehnik durasi dari flash atau kemampuan kamera (shutter speed jika cahaya tersebut mendukung) Jika ingin capture peluru hal lain yg harus diatasi adalah kecepatan mirror lock up dan ketepatan eksekusi . frame per frame (kedipan/reset) bisa kita kontrol dgn suatu circuit namun yg harus diperhatikan adalah kemampuan data processing agar tidak terjadi bottleneck.
No 6 File name IMG_0632.JPG Camera Model Name Canon EOS 300D DIGITAL Shooting Date/Time 1/1/1980 00:00:18 Tv(Shutter Speed) 1/4000Sec. Av(Aperture Value) F32 Metering Modes - Exposure Compensation 0 ISO Speed 100 Lens - Focal Length 100.0 mm Image size 500 x 333 Image Quality - Flash Off White Balance
no. 7 File name IMG_0634.JPG Camera Model Name Canon EOS 300D DIGITAL Shooting Date/Time 1/1/1980 00:00:51 Tv(Shutter Speed) 1/4000Sec. Av(Aperture Value) F32 Metering Modes - Exposure Compensation 0 ISO Speed 200 Lens - Focal Length 100.0 mm Image size 500 x 333 Image Quality - Flash Off White Balance -
Oleh: Denny Ramon Ratulangi (68913) 17 tahun yang lalu
Thanks for sharingnya ko Harlim ...
Pak Harlim, kemungkinan kenapa dengan hilangnya rana mekanik pada DSLR lalu kita dapatkan perhitungan kecepatan menjadi sangat besar adalah sebenarnya kecepatan pencuplikan gambar ke prosesor kamera itu tidaklah sebesar itu (bisa orde seperpuluhan ribu detik). Ada selang menunggu (antara sebelum rana membuka dan setelah rana menutup), baru aliran data dari sensor (baik CCD maupun CMOS) masuk ke prosesor. perkiraan saya, ini juga tergantung dari kecepatan rana membuka dan menutup pada saat rana benar-benar terbuka full. (kita ketahui, kecepatan rana membuka dan menutup itu ada batasnya, berkisar 1/200- 1/400 detik saja, kalo sudah lebih dari itu (mis 1/500, 1/1000) maka rana pertama akan tidak terbuka full sebelum rana kedua turun sehingga total kecepatan rana membuka dan menutup sebearnya tidak berubah (yang berubah hanya lebar celah rana saja), ini yang menyebabkan ada kecepatan maks sinkro flash yang berkisar 1/125-1/250, terkecuali pda mode FP), Menurut perhitungan kira-kira saya pada kecepatan diatas sinkro sebenarnya kecepatan pencuplikan data sudah sama saja yaitu sekitar 50-100ms (kalaupun ada sangat kecil perbedaannya), ini yang menyebabkan kecepatan 1/1000 dan 1/4000 akan sama saja hasil eksposnya, perbedaan hanya akan terjadi kalau kita merubah diafragma saja, ini juga yang menyebabkan walau kita pake kecepatan tinggi jika nggak pake tripot atau objek bergerak maka gambar akan goyang. untuk mendapatkan nilai pasti durasi switching bisa memotret kipas berRPM rendah (sekitar 60-200 rpm) yang diberi bundaran ber garis seperti garis busur derajat, bisa lihat contoh gambar) dan kita menghitung dari sudut simpangan garis bantu
Berbeda dengan kamera poket/prosumer yang memang Rana-nya betul murni dari sistem switching di dalam sensor, sehingga waktu pencuplikannya memang sudah sama dengan nilai shutter speed yang dipilih, ini juga yang menyebabkan pada kamera ini kecepatan sinkro flash bisa berapa saja. Sepanjang yang saya tahu (ini benar-benar perkiraan saja saja) pada kamera d70/d50 yang menggunakan rana hybrid (campuran antara rana mekanik dan switching elektronik), jadi pada kecepatan dibawah kecepatan sinkro (perkiraan saya sekitar 1/300-1/350) maka rana mekanik yang bekerja, sedangkan pada kecepatan diatas 1/300 maka rana mekanik sebenarnya tetap pada nilai ini (1/300) sedangkan untuk offnya switching elektronik yang bekerja. ini juga yang menyebabkan kecepatan sinkro flash pada kamera d70/d50 bisa berapa saja (tapi oleh nikon dibatasi jadi 1/500, alasannya karena menyangkut durasi nyala flash maksimunm yang sekitar 1/800 detik, kalo lebih dari itu (misal 1/2000), maka sebelum durasi nyala flash habis, rana sudah keburu off, sehingga hasil ekspose akan under). ini dulu tanggapan sama, ada kemungkinan saya salah menganalisa, mohon pencerahannya. Salam Jaya
@ Kang Jaya : Analisa Kang jaya sangat tepat dan sangat logis. Utk sementara kita pending dulu sebab kamera yg bladenya rusak sdh diganti , nanti kalau ada dana saya sediakan 1 unit kang jaya silahkan lakukan percobaan lebih detail.
wah.. kalo ada kamera tersebut boleh juga kita test...
@ Kang Jaya : Kita atur waktu kang , kalau perlu kita lakukan percobaan apakah image sensor bisa ditweak