Nias...oh...Nias (Catatan Geographic)

Oleh:  Feri Latief (10508)    17 tahun yang lalu

  0 

Saya ingin berbagi kisah perjalanan saya ke Nias.
Semoga bermanfaat bagi rekan-rekan yang ingin pergi ke Nias.

Salam
Feri Latief


Tanggal 14 Februari akhirnya saya berangkat ke Nias dalam rangka mendokumentasikan nilai-nilai budaya yang masih tersisa pasca bencana. Ini sebenarnya programnya UNESCO, saya cuma bantu-bantu motret saja. UNESCO sendiri membuat program ini dalam rangka memasukan Nias sebagai salah satu nominasi, World Heritage, warisan dunia dari Indonesia. Dengan dimasukannya Nias sebagai world heritage diharapkan dunia pariwisata Nias bangkit kembali setelah semaput pasca bencana. Rencananya saya berada di Nias selama 10 hari (tapi ternyata molor jadi 13 hari).

Penerbangan dari Jakarat ke Medan kurang lebih 1.5 jam. Setelah sampai di Polonia, harus ganti pesawat ke G. Sitoli. Pesawat yang saya naiki maskapai penerbangan Merpati. Selain Merpati ada satu maskapai lagi yang beroperasi ke Gunung Sitoli, yaitu SMAC. Harganya bersaing ketat, kalau Merpati tiketnya Rp. 450.000 sedangkan SMAC Rp.500.000.

Selain harus melalui Medan rute menuju Nias juga bisa melewati kota Padang. Dari Padang ada 2 alternatif , jalur udara dan darat. Kalau jalur udara bisa menggunakan pesawat SMAC yang mampir dulu ke Pulau Telo sebelum ke Gunung Sitoli. Harga tiketnya Rp.230.000. Ini penerbangan perintis, hanya menggunakan pesawat kecil. Beroperasinya hanya hari Senin dan Jumat, dan hanya satu kali penerbangan di pagi hari.

Jalur lainnya adalah dari Padang ke Sibolga lewat jalan darat menggunakan bus, memakan waktu sekitar 6 jam-an. Dari Sibolga ke Gunung Sitoli harus menggunakan kapal fery cepat, tarifnya Rp.100.000. Perjalanan kapal fery dari Sibolga ke Gunung Sitoli ini memakan waktu sekitar 3 jam. Dulu ada kapal KM Lawit yang beroperasi yang melayani trayek Gunung Sitoli-Sibolga-Padang pulang pergi, tapi sekarang pelabuhannya sedang direnovasi membuat KM Lawit tak bisa berlabuh di sana.

Sampai di bandara Binaka , Gunung Sitoli sekitar jam satu siang. Bandara Binaka adalah bandara yang kecil mungil. Setelah gempa 28 Maret 2005 memang sudah diperbaharui tapi kesan sederhananya tetap menonjol. Dari Binaka ini kalau mau ke kota Gunung Sitoli tidak ada angkutan umum. Yang ada hanya mobil-mobil omprengan. Perorangannya dikenakan tarif Rp. 25.000. Kalau ingin berjalan kaki, silahkan jaraknya lumayan jauh sampai ke jalan lingkar pulau Nias, sekitar 5 kilometer. Dari jalan raya itu bisa naik angkutan umum, bayarnya Rp. 4-5 ribu.

Untungnya saya dijemput supir, langsung diantar ke hotel Miga Beach hotel. Hotel ini terletak di jalan Diponegoro dari arah Binaka ke Gunung Sitoli. Waktu gempa dahsyat inilah satu-satunya hotel di G. Sitoli yang tidak mengalami rusak parah. Suasananya nyaman karena terletak dipinggir pantai yang menghadap ke pulau Sumatera. Tarif kamarnya dari Rp.120.000 s.d. Rp.200.000. Saya dapat kamar bertarif Rp. 200ribu, kata manager operasional yang juga suka merangkap sebagai koki, merangkap humas, merangkap agen travel, merangkap calo sewa mobil, Pak Berkat, kamarnya ada ACnya. Namun sayangnya ketika dihidupkan ACnya nggak dingin-dingin, yang keluar cuman angin doang...sebel juga nih. Hotel ada banyak di G. Sitoli, tarifnya berkisar seperti tarif Miga Hotel itu.

Belum ada komentar