Oleh: Kristupa W Saragih (176444) 16 tahun yang lalu
Rabu, 26 Desember 2008 Hujan mengguyur kota Solo dan sekitarnya sejak hari Natal, Selasa (25/12) petang. Hujan turun tanpa henti, terkadang disertai angin kencang, hingga Rabu (26/12) pagi. Pada dini hari Rabu sekitar pukul 4 subuh, hujan terlihat masih rintik-rintik, tapi air menggenang di jalan seperti hujan pada hari-hari biasa. Rabu pagi itu orang-orang masih berangkat beraktivitas seperti biasa. Pegawai menuju kantor dan para pelajar bersekolah. Air memang terlihat mengalir deras di parit-parit dan permukaan Sungai Bengawan Solo meninggi serta mengalir deras. Tak dinyana, hujan deras ini mengangkat permukaan sungai terpanjang di Pulau Jawa. Perlahan tapi pasti permukaan air mulai merendam jalan yang menghubungkan Solo dan Sukoharjo sekitar pukul 10 pagi. Hingga tengah hari, air sudah menggenangi rumah-rumah penduduk di bantaran Sungai Bengawan Solo. Bahkan rumah-rumah di sekitar Jembatan Bacem, di Telukan, Grogol, Sukoharjo terendam hingga menyentuh langit-langit. Penduduk secara swadaya mulai membangun tempat-tempat pengungsian di tepi Jalan Raya Solo-Sukoharjo. Tenda-tenda lapangan milik TNI mulai berdiri beberapa jam kemudian. Sejumlah orang tua dan anak-anak mulai diungsikan ke tempat-tempat yang aman dari rendaman air bah. Belum ada catatan resmi dari pihak berwenang mengenai jumlah rumah yang terendam, korban dan kerugian akibat musibah ini. Pada saat yang bersamaan, terjadi pula musibah tanah longsor di Kabupaten Karanganyar, sekitar 20 km arah timur lokasi ini. Kabar di radio menyebutkan bahwa jalan utama yang menghubungkan Solo dan Surabaya terputus karena banjir di Sragen. Air bah ini yang merendam Jalan Raya Solo-Sukoharjo memutus transportasi antara Solo dan Sukoharjo, berikut transportasi ke Wonogiri. Sejumlah pabrik terendam air bah. Tercatat sejumlah industri utama mebel dan tekstil Jawa Tengah memiliki pabrik-pabrik di Sukoharjo yang diperkirakan turut terendam musibah air bah ini. Informasi dari berbagai sumber menyebutkan bahwa banjir besar di Solo pernah terjadi tahun 1863, 1904 dan 1966. Tercatat pula untuk mengendalikan banjir Bengawan Solo dan mengatur irigasi pertanian daerah Sukoharjo, pemerintah membangun Waduk Wonogiri (Gajah Mungkur) tahun 1981, yang merendam sejumlah desa di Kecamatan Wonogiri dan Kecamatan Wuryantoro di Kabupaten Wonogiri.Wikipedia versi Bahasa Jawa menyebutkan bahwa selain Bendungan Wonogiri, telah dibangun pula 13 bendung besar di sungai sepanjang 548,53 km ini. Data tahun 1998 menyebutkan, ada sedikitnya 15,3 juta jiwa penduduk yang hidup di bantaran Kali Bengawan Solo, atau sekitar 12,8 persen penduduk Pulau Jawa. Sungai Bengawan Solo memiliki hulu di Pegunungan Selatan di wilayah seputar Wonogiri (Jawa Tengah) dan Gunung Kidul (DI Yogyakarta) dan bermuara di Gresik, Jawa Timur. Sejumlah sejarah manusia Indonesia tercatat bermula di sungai ini tatkala menyebut situs arkelogi Sangiran yang mempopulerkan spesies Homo erectus, manusia Jawa purba.