[Essay] Pak Basuki : Empu Abad 21

Oleh:  Salim Dawila (33624)    16 tahun yang lalu

  0 

8 April 2008

Setelah mendapat informasi dari Pak Imam, seorang ketua jurusan di ISI Solo, Saya beserta rekan-rekan fotografer ; Andi Arsianto - Jkt, M Haekal Nahdi & Herman Sam Martino (both are Solo based), mengunjungi seorang pengrajin/seniman keris (biasa disebut empu) yang ternyata juga berprofesi sebagai dosen pengajar di ISI Solo Fakultas Seni Keris.

Beliau adalah Basuki Teguh Yuwono SSM, yang akrab disapa Pak Basuki. Tidak seperti gambaran saya akan seorang empu – laki-laki tua nan sakti mandraguna – Pak Basuki terlihat sangat muda dan tampan. Sebelum menjadi seorang empu di tahun 1993, Pak Basuki adalah seniman patung yang salahsatu hasil karyanya – berupa patung Garuda pahatan motif bali – terpajang di pelataran parkir mobil terminal 2 Bandara Soekarno Hatta.

Padepokan beliau berlokasi di dusun Wonosari Kabupaten Karanganyar – Jawa Tengah, tepatnya di Rt 01/03 Kecamatan Gondang Rejo, Kabupaten Karanganyar 57773. Di tempat yg merangkap sebagai rumah keluarganya inilah Pak Basuki mempekerjakan 35 orang warga setempat sebagai seniman keris. Mereka bukan pekerja tetap, karena umumnya adalah petani yg memiliki lahan sendiri. Selain mereka, ada juga 10 siswa SMA & STM dan 4 mahasiswa ISI Solo yang bekerja selepas jam sekolah/kuliah. Semua biaya sekolah & kuliah mereka dibiayai penuh oleh Pak Basuki. Dalam kunjungan ini, kami bertemu langsung dengan Pipit Harianto dan Joko Sugiarto, dua mahasiswa ISI Solo tersebut.

Di padepokan ini, Pak Basuki sering mendapat kunjungan tamu-tamu asing yang sengaja datang untuk mengikuti workshop/pelatihan pembuatan keris selama kurun waktu 3 bulan. Dalam kurun waktu ini, mereka tinggal di tempat tersebut. Banyak juga yang datang hanya untuk mendokumentasikan proses pembuatan Keris pesanannya atau hanya sekedar berkunjung ke tempat ini.

Selain keris, Pak Basuki juga membuat senjata tajam dari daerah lain seperti kujang, badik, mandau, rencong, bahkan katana. Uniknya, dalam proses pembuatan, Pak Basuki mengharuskan si pemesan bertemu langsung dengannya agar ukuran dan berat senjata dapat disingkronkan kepada si pemesan. Khusus pemesan VVIP, Pak Basuki akan menyempatkan diri datang menemui orang tersebut. Setiap senjata tajam yang dibuat selalu disertai sertifikat dan beberapa foto dokumentasi proses pembuatannya.

Selain di Wonosari, Pak Basuki juga memiliki beberapa padepokan binaan yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. Beliau selalu meyakinkan para pengrajin keris bahwa mereka adalah seniman, bukan tukang atau buruh yg hanya bekerja sesuai pesanan.

Pak Basuki merupakan salahsatu seniman “langka” yang berjuang melestarikan kebudayaan yang hampir punah ini. Semua ini ia lakukan demi kecintaannya yang besar akan budaya tersebut.

Belum ada komentar