Oleh: Victor Lumunon (2844) 16 tahun yang lalu
Sebelumnya saya pikir dunia fotografi di Indonesia cuma berisikan wartawan dan fotografer salon. Setelah saya belanja kamera, coba-coba motret dan ikut terlibat beberapa forum - astaga! - banyak benar penggemar fotografi seantero Indonesia nih. Dengan begitu, saya bisa menyimpulkan, fotografi di Indonesia cukup subur dengan kehadiran bejubelnya fotografer amatir dan pehobi seperti saya. Sayangnya, keriuhan ini tidak dilengkapi dengan penuhnya buku fotografi di rak toko-toko buku. Ada apa? Apakah tidak ada orang yang sanggup menulis perihal fotografi? Tidak layak jual? Minat baca khalayak yang rendah? Beberapa buku yang sempat saya temui kebanyakan mengulas hal dasar fotografi yang justru berhamburan di media lain - seperti internet. Seolah buku cuma gaung yang mengulang-ulang masalah yang sama. Kemana buku: B/W photography? Still-life? Fashion? Landscape? Sport? Macro? Portrait? (jika kedengaran "sub-forum" FN, memang saya nyomot dari situ). Anggapan beberapa kawan yang bilang "fotografi" cukup dipelajari dari pengalaman dan internet belaka, bagi saya, agak naif. Jika benar seperti itulah jalan pengetahuan fotografi kita - yang kita tidak pernah beranjak kemana-mana. Pertama Buku adalah sumber pengetahuan yang murah. Lebih murah dan mudah ketimbang mencari sumber di internet. Kedua, buku bagi saya pilar pengetahuan. Semakin banyak penulis dan buku fotografi maka semakin kokoh dunia fotografi. Sebab melalui buku kita merekam pikiran/pengetahuan sebagai mana kita merekam peristiwa lewat kamera. Ketiga, penulisan buku lebih bertanggungjawab ketimbang internet. Keempat, buku akan meningkatkan apresiasi khalayak umum dus menuntut quality of work lebih tinggi dari pekerja fotografi. Sebenarnya bahan penulisan buku fotografi tumpah ruah dimana-mana. Tidak, saya tidak bicara sumber seperti wikipedia, www.cambridgeincolour.com atau lainnya. Saya bicara soal topik yang bermunculan di forum ini. Misalnya topik soal KONSEP FOTOGRAFI, KRITIK FOTO bahkan liputan acara semacam JASH sangat layak dijadikan buku. Menarik bukan, jika kawan-kawan yang buta internet juga bisa menikmati keriuhan dunia fotografi lewat buku? Mudah-mudahan era paceklik buku fotografi tidak berlangsung lama. Para fotografer profesional bersedia membagi ilmunya lewat buku. Serta generasi pemotret baru tidak perlu meraba-raba dalam kegelapan.