Oleh: Karolus Naga (50633) 15 tahun yang lalu
CANDI BANYU NIBO mempunyai arti "air menetes" yang merupakan peninggalan Budha dari abad IX. Candi ini juga disebut "Si Sebatang Kara Banyu Nibo" karena lokasinya yang terpencil di tengah persawahan dan rumpun pisang terpisah dari kelompok candi-candi yang lain. Candi ini terletak di sebelah selatan Desa Cepit, Kelurahan Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi ini ditemukan dalam keadaan runtuh dan mulai diteliti dan digali mulai 1940. Susunan bangunan Candi Banyunibo belum dapat diketahui secara pasti. Dari bagian-bagian yang sudah tampak dapat diketahui bahwa Candi Banyunibo terdiri atas satu candi induk, menghadap ke Barat, dikelilingi oleh 6 (enam) Candi Perwara dalam bentuk stupa-stupa yang disusun berderet di selatan dan timur Candi Induk. Kaki candi yang mempunyai ketinggian 2,5 m itu dibangun di atas lantai batu. Pada sisi Barat kaki candi terdapat tangga masuk. Pada masing-masing sudut kaki candi dan dibagian tengah masing-masing sisi kaki candinya (kecuali sisi sebelah barat), terdapat hiasan berupa "Jaladwara" yang dipasang dilantai atas kaki candi dan berfungsi sebagai saluran air hujan. Pada sisi depan tubuh candi yang berukuran 11 M, terdapat penampil yang berfungsi sebagai pintu bilik candi. Oleh karena ukuran luas tubuh candi lebih kecil dibanding dengan luas kaki candi. Maka tidak seluruh bagian lantai atas kaki candi tertutup oleh tubuh candi. Bagian yang tidak tertutup tubuh candi ini disebut selasar dan berfungsi sebagai lorong untuk mengelilingi candi. Candi Banyunibo termasuk bangunan suci Budha yang cukup kaya akan hiasan (ornament). Hampir pada setiap bagian candi diisi oleh bermacam-macam hiasan dan relief, meskipun bagian yang satu dengan yang lain sering ditemukan motif hiasan yang sama. Pada dinding bilik pintu masuk sebelah selatan candi, terdapat relief yang menggambarkan seorang tokoh laki-laki. Relief tokohnya sendiri sudah rusak tinggal bagian tangan kirinya. Disebelah kirinya ada seorang pengiring (pariwara) dalam sikap duduk "ardha paryangka". Tangan kanan di atas pupu kanan, tangan kiri bersikap seolah-olah melindungi sebuah kantong besar. Dengan melihat ciri ini dapat diperkirakan, bahwa relief tersebut menggambarkan Dewa Kurawa, yang dianggap sebagai dewa kekayaan, tetapi di Indonesia dewa ini lebih dikenal oleh penganut Budha. Di atas bidang relief ini terdapat ornament dalam bentuk "rekalsitran" atau " selur gelung". Pada dinding sebelah utara terdapat relief tokoh wanita dalam sikap duduk. Kaki kiri ditekuk ke atas, kaki kanan dalam posisi bersila. Tangan kanan menumpang di pupu, sedang tangan kiri membopong (menimang) anak kecil. Disekelilingnya terdapat anak-anak kecil yang banyak jumlahnya, mengerumuni wanita tersebut. Susunan candi Banyunibo terdiri atas satu candi induk yang menghadap ke barat dan dikelilingi oleh enam candi perwara dalam bentuk stupa-stupa. Stupa-stupa ini disusun berderet di selatan dan timur candi induknya. ... baca lebih lengkap di Candi Banyunibo @ Tripod.comKarolus Naga 2008