7 Alasan Menunda Membeli E-P1

Oleh:  Tri Haryanto (12909)    15 tahun yang lalu

  0 

Kemunculan Olympus E-P1 diakui cukup fenomenal. Dengan disebut-sebut sebagai kamera yang "bukan saku tapi juga bukan SLR", barang ini disebut-sebut bakalan membawa revolusi baru di bidang perkameraan. Bentuknya yang kicit serta kemampuannya bergonta-ganti lensa ditabalkan sebagai salah dua keistimewaan alat penangkap gambar ini. Mutu gambar yang dihasilkan, menurut pelbagai tinjauan di pelbagai forum, juga sangat menyenangkan

Namun, sebagai konsumen, perlu kiranya diperhatikan hal-hal berikut ini sebelum memutuskan untuk merogoh kocek berjuta-juta untuk menebus benda seberat kurang dari 4 ons ini.

Berikut ini hal-hal yang bisa menjadi alasan mengapa konsumen perlu berpikir berulang-ulang sebelum memutuskan membeli E-P1.

1. Ukuran bodi yang terlalu kecil
Ukuran dan dimensi bodi yang kecil memang indah dipandang mata sebagian orang (kesannya imut, gitu). Namun, perlu diingat, ukuran yang kelewat kecil justru dapat menyulitkan pemegangan dan pengoperasian.

2. Tiadanya optical viewfinder
Karena saking ingin mengecilkan ukuran, perancang kamera ini rupanya cukup tega untuk memangkas salah satu komponen utama dalam pemotretan, view finder. Meskipun sudah tersedia LCD, preview dengan layar kristal cair ini tidak selalu mudah. Karena, ini berarti posisi kamera harus jauh dari muka, tangan menjauh dari mata, dan ini akan memperbesar potensi goyang. Bagi sebagian orang, mendekap kamera erat-erat dengan menempelkannya di muka terasa lebih mantap.

3. Optional viewfinder yang tidak gratis dan potensi parallax.
Pengintipan citra memang bisa dilakukan dengan aksesori tambahan, namun ini berarti pengeluaran tambahan. Dari sisi fotografi, viewfinder optional ini menghadirkan masalah paralax. What you see is not what you get.

4. Hand-grip kamera terlalu lempeng
Dari sisi desain, hand-grip yang cenderung lempeng ini memang tampak stylish. Desain ini juga rupanya sesuai dengan tren desain saat ini yang cenderung memilih gaya minimalis. Namun, desain yang kelewat minimalis ini bisa mengorbankan faktor ergonomi berupa kenyamanan dan kemantapan dipegang dan dioperasikan.

5. Tidak terdapat built-in flash
Mungkin masih berkenaan dengan keinginan desainernya untuk membuat kamera yang begitu minimalis, kamera kicit ini pun kehilangan salah satu fitur fungsional sebuah kamera, yakni built-in flash. Meskipun kadang diremehkan, komponen ini kerap sangat diperlukan dalam pemotretan pada kondisi-kondisi tertentu, misalnya kondisi back-lit. Memang masalah ini bisa diatasi dengan membeli optional flash, tapi lagi-lagi ini berarti pengeluaran tambahan yang semestinya tidak perlu.

6. Sebentar lagi Lebaran
Setelah bulan lalu angka belanja keluarga membengkak karena biaya anak masuk sekolah, agaknya kurang bijaksana jika dalam waktu yang relatif dekat anggaran harus menggelembung lagi lantaran membeli barang mewah ini. Tambahan lagi, dalam hitungan minggu akan datang bulan puasa yang disusul dengan hari lebaran. Event-event ini tentunya memerlukan porsi anggaran keluarga juga.

7. Banderol barang baru cenderung tinggi
Oh ya, satu lagi yang perlu diperhatikan kalangan konsumen barang elektronik: produsen dan pedagang sering memberikan bandrol harga yang kelewat tinggi untuk produk yang baru mereka lempar ke pasar. Dengan demikian, harga barang baru tersebut sebenarnya merupakan harga yang berada di atas harga yang wajar. E-P1 dengan kit 17 mm penkeik saat ini dilabel dengan angka 9.9 juta. Jika konsumen agak bersabar sedikit (barang 1 atau 2 tahun), niscaya harga barang yang sama akan turun cukup signifikan. Fenomena ini sudah terjadi pada semua produk kamera.

Kiranya hal-hal di atas dapat menjadi masukan bagi produsen dalam mendesain produk mereka di masa yang akan datang.

Lampiran: Tabel Harga E-P1 Kit 17mm (Updatable)
Aug 2009: 9.99 - JPC
Sep 2009: 9.99 - JPC
Oct 2009: 9.99 - JPC

Belum ada komentar