(KONSEP) SHRINK INTO BEAUTY

Oleh:  Teguh Santosa (52497)    13 tahun yang lalu

  0 

Ingat film akhir tahun 80-an Honey, I Shrunk The Kids?

Film ini mengisahkan tentang seorang ilmuwan yang dengan mesin ciptaannya tanpa sengaja membuat anak-anaknya menyusut hingga sebesar kutu. Dengan tubuh sekecil itu, halaman rumah mereka berubah menjadi belantara penuh hewan-hewan raksasa dan benda-benda raksasa. Anak-anak tersebut tersesat di dalamnya dan terpaksa harus menjalani petualangan penuh rasa seram, takjub, serta keterkejutan tanpa henti, namun justru itu menjadi petualangan yang penuh sensasi yang tidak mereka temui di dunia normal. Mereka lari terbirit-birit dikejar nyamuk dan tawon raksasa, menunggang semut bagai mengendarai gajah, mandi di tetes embun, tidur berselimutkan bulu burung.

Sensasi-sensasi penuh ketakjuban dan kejutan itulah yang ingin saya alami dalam dunia foto makro, yang pada ujungnya melahirkan sebuah obsesi bagi saya, yaitu ingin menciptakan foto-foto makro dengan konsep yang tak lagi berkutat pada pembesaran ekstrem, ketajaman, dan keindahan semata. Karena saya pikir, sebagai sebuah ekspresi, foto makro semestinya juga harus mengusung satu nilai tertentu yang pada ujungnya mampu menancapkan impresi dalam pikiran atau perasaan penikmatnya. Konsekuensinya, karya foto makro seharusnya tidak berpuas diri pada kata-kata pujian: indah, like it, speechless, keren, amazing, dll. Karena jika hanya itu, sebuah foto hanya akan berhenti sebagai gambar indah, yang berarti memasung potensi sesungguhnya yang dimiliki sebuah foto.

Konon, sebuah foto yang semata-mata berasyik-masyuk pada tataran formal tidak akan menghasilkan wacana lebih kaya; ia sekadar berkubang di dalam genangan kata pujian tadi. Pesona visual bisa berbahaya ketika ia tidak mampu memproduksi wacana kultural lebih jauh.

Realisasinya, foto-foto makro yang saya ciptakan, biasanya tidak bertumpu pada cara membesarkan objek yg akan difoto sebagaimana kita melihat sebuah benda kecil dengan kaca pembesar, tetapi (seolah-olah) sayalah yang harus menyusut dan ternganga takjub melihat perilaku para ‘raksasa’ (semut, kepik, tetes air, dsb). Dalam ketakjuban itulah saya menyaksikan keindahan luar biasa pada tetes sejuk embun, kesigapan gerak semut, kesabaran tawon saat menghisap kembang, geletar sayap kepik yg sedang kawin, dsb.

Pelajaran penting yang saya dapatkan adalah, bahwa dengan kesediaan menyusutkan segenap akal, pikiran, dan perasaan, dunia makro mampu menyuguhkan berjuta peristiwa spektakuler. Peristiwa kecil, sangat kecil dari sisi ukuran, tetapi semoga mampu menggugah inspirasi besar tentang manusia, tentang kehidupan dengan segenap keindahannya.

Shrink yourself, and enjoy the amazing adventure in macro world!!

(maaf sekedar berbagi, saya yakin banyak cara dan konsep yang berbeda dalam berfoto macro. semoga menginspirasikan)

Belum ada komentar