Hak cipta karya foto ada pada fotografer dan dilindungi oleh undang-undang.
Erik Estrada (89424)
15 tahun yang lalu
a simphony... wawww....
ududmu yo mas kui?
aku menanti kekasih , tapi yg jelas bukan pria berambut panjang ;))
wis musim gugur yah
16 tahun yang lalu
... apik
line line line ..shadows of line ... love the eye that shot in here..so abstract..nice shot
ckckck jauh² ke austria hasilnya gini tok? wis, bali wonosari wae rik ;p
Ada garis sikil kursi.....
ah..home already..Selamet ah...
bapak rumah tangga
kesederhanaan dan harmonisasi garisnya mantap
“Foto kaum tua yang merengek minta bobot dan pesan kini rampunglah sudah. Foto pop kaum muda yang membom segala macam kejemawaan tua tentang “aku menemukan bukan mencari†kini menukarnya dengan Foto kiwari yang menggunakan otak secara aktif. Dia memang tak mencari atau menemukan, tapi dengan otaknya dia punya kuasa untuk “membikin.†Teori tua yang suka berkecap-kecap dengan intuisi, kini perlu dicurigai. Intuisi bolehlah sekalidua nebeng-nebeng, selebihnya adalah kepercayaan pada otak. Dengan begitu Foto jadi konkrit dan rasional. Sudah lewat masanya Fotografer meliburkan otak, bermalas-malas di bawah pokok asem membangga diri selaku budayawan, tapi bobok merana ditikar balai-balai yang meruah nian kutubusuknya. Kini memotret hanya sebagian kecil dari rekreasi. FOTO bukan lagi ruang tekateki silang tempat Fotografer beronani, mengada-ada dalih untuk berindah-indah dalam bilik dengan jendela tertutup. Waktu manusia masih bodoh Foto memang bisa jadi suci. Sekarang tidak menganggap seni itu indah, menunjukkan kelewat gampangnya menyerah pada satu soal. Tugas Fotografer mbeling adalah memindahkan segala apa adanya pada seninya. Bersih-kotor, indah-buruk, tak soal, yang penting bagaimana ia menstransmisi kehidupan dengan segala kejujuran, anti kemunafikan, anti slogan-slogan, anti bergolongan, anti establishment, dan pesan untuk ini hanya terjadi melalui Gambar-Gambar yang kuat. Gambar itu satu kekuatan. Oleh sebab itu seni pop sangat mengkaji Gambar sebagai satu nilai yang hiperfisikal. Gambar itu semacam perjanjian. Perjanjian-perjanjian yang lama ternyata sudah tak cocok dengan urgensi zaman. Tahun 72 ini perjanjian kiwari dalam gerakan kesenian underground lewat teaternya, sudah dibikin, dan Gambar dikembalikan pada nilainya yang lugu. Melalui kebudayaan pop yang ternyata amat komunikatif, kaum muda menggugah kepalsuan-kepalsuan moral, termasuk dalam perjanjian-perjanjian Gambar dalam seni yang mapan atau bilanglah verjaard, yang hobby merengek minta bobot dan pesan, sementara Gambar yang jadi penghubung atas pesan-pesan itu tak sampai, karena Gambar sudah hilang maginya, diromantiskan yang tua-tua sebagai tabu. Dengan seni kiwari yang pop ini, terpaksa senimannya mengambil sikap mbeling untuk keterbukaan total, menembus segala ruang, lantas dengan keluguan Gambar yang dianggap metafisis, pesan itu disampaikan.â€
bermain garis.
Bermain garis.
playing with shaddow............cakep idenya..........