Underneath Sawah Besar: #4 


Hak cipta karya foto ada pada fotografer dan dilindungi oleh undang-undang.

Info

  • Nilai foto: 37
  • Dilihat: 154
  • Waktu upload: Jumat, 14 Nov 2008
  • Lokasi: Sawah Besar, DKI Jakarta, Indonesia
Kategori
Manusia
Shooting Data
  • Aperture: n/a
  • Speed: n/a
  • ISO: 0
  • Kamera: Canon EOS 5D *
  • Lensa: Canon EF 16-35mm f/2.8L USM *
  • * Masih menggunakan daftar alat lama yang mungkin tidak akurat.
Kritik dan Komentar
 Antonius Yuniarko (172737)

16 tahun yang lalu

lengkap Mas fotonya kanan dan kiri.... Komennya Kak Igor... hihihihi...

 Halim Tjie Kian (6221)

16 tahun yang lalu

anglenya pas bang... cakep...

 feblu (23840)

16 tahun yang lalu

dapat semua.. framing nya jeli.. bravo... (sementara yang lain masih sibuk dengan acifix...) pasar Bogor mana nih?

Andhini Hastrida (2085)

16 tahun yang lalu

humanis, sangat. no more comment, foto ini bercerita...:) salam,

 Ari Nugroho Putranto (15376)

16 tahun yang lalu

kompo apik.. nice HI.. salam

 Akbar Ciptanto (38949)

16 tahun yang lalu

humanis om.....semua sudut terjangkau.... great momen in pic...salam

 Igor F Firdauzi (185236)

16 tahun yang lalu

Pada hari lebaran yang kedua Mintuk minta pamit dan pangestu dari segenap sanak kadang di desanya. Ia sudah bertekad mau mengadu nasib di jakarta, tidak ada gunanya menjadi buruh tani di desa menggarap sawah orang lain. Orang harus berani mengambil keputusan untuk menentukan jalan hidupnya, dan aku sudah memutuskan untuk pergi ke Jakarta. Ke Jakarta meninggalkan sawit, desa sunyi yang sudah tidak memberi harapan apa-apa lagi kepadanya. Meninggalkan ibunya yang tua dan saudara-saudaranya yang lebih suka terbengong-bengong dipinggir sungai menggembala itik, mending kalau kepunyaan sendiri. Aku akan pulang kelak dengan kacamata hitam, jaket, celana, sepatu, dan arloji seperti yang dipakai Ngatiyo, aku harus membuktikan kalau aku mampu aku akan cari duit di Jakarta. Aku mau bekerja jadi… lha! Jadi apa? Kata ngatiyo kita bisa jadi apa saja. Ah, kalu begitu Jakarta memang surga, bayangkan, kita bisa jadi apa saja! Orang-orang yang pulang kembali setelah berlebaran dikampungnya berjejal memenuhi setiap kendaraan umum yang menuju Jakarta. Setiap orang punya harapan baru untuk menggaet kehidupan yang lebih baik. Dalam bis itulah, dan dalam bis yang lain, berjejal-jejal, berbondong-bondong, berduyun-duyun orang-orang bagai semut menuju madu kea rah Jakarta. Dikampung tak ada harapan untuk kemajuan, makin lama, makin melarat, kita harus berontak melawan nasib dan tidak nrimo saja. Kita tidak mau mati konyol atau menjadi gila nembang sendirian di pasar kliwon…