Hak cipta karya foto ada pada fotografer dan dilindungi oleh undang-undang.
Alpin (15)
Tari Turuk Langgai adalah sebuah kesenian yang berasal dari provinsi Sumatera Barat, tepatnya di pulau Mentawai. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Mentawai dan Alam adalah dua unsur yang tidak bisa dipisahkan. Mayoritas tradisi dan adat di sana pasti berkombinasi dengan hal yang berbau alamiah, tidak terkecuali properti yang digunakan tari Turuk Langgai ini. Eksistensi tari Turuk Langgai ini memang tidak sepopuler tarian lainnya di Ranah Minang seperti Tari Piring, Pasambahan ataupun tari Payung, tapi bagi warga Mentawai, keberadaannya selalu dilestarikan sebagai budaya yang bersejarah. Tari Turuk Langgai asal suku Mentawai ini adalah salah satu kesenian tari yang sangat kuat ikatannya dengan alam. Ini bisa terlihat dengan jelas dari gerakan Tari Turuk Langgai, Gerakannya banyak diangkat dari lingkungan sekitar yang menirukan gerakan-gerakan hewan. Menurut buku Fakta Menakjubkan Tentang Indonesia, navita Kristi, dkk, 2012, berdasarkan beberapa penelitian, tarian ini muncul pada sekitar abad ke-17, artinya sudah berusia lebih dari 300 tahun. Sejak awal, tari Turuk Langgai merupakan bagian dari upacara pengobatan, yang melibatkan dukun (Sikerei). Biasanya prosesi tarian ini dilakukan pada malam hari, karena masyarakat Mentawai percaya bahwa komunikasi antara roh gaib dengan para Sikerei akan berjalan lebih lancar di waktu tersebut. Tapi, seiring dengan perkembangan zaman, sekarang tarian ini lebih sering dijadikan sebagai hiburan. Properti yang digunakan tari Turuk Langgai ini, antara lain: •Manik-manik Manik-manik merupakan aksesoris pengikat yang diletakkan di kepala si penari (Sikerei). •Dedaunan Dedaunan dipegang di kedua tangan sambil menari, dan juga diselipkan di punggung bagian belakang sebagai ekor. •Bulu unggas Bulu unggas gunanya untuk diletakkan di kepala. Ketiga properti ini memiliki fungsi dan perannya masing-masing. Selain 3 properti ini, Sikerei juga mengenakan berbagai macam motif kalung.