Oleh: Indi Soemardjan (7483) 20 tahun yang lalu
Rekan2, Saya hanya punya pilihan ISO 100 200 400 800 1600 dan penasaran gimana caranya tambah ISO 600 atau 640 ke dalam 300D saya. Apakah mungkin dilakukan? Terima kasih!
Oleh: Rendra Kartadinata (19382) 20 tahun yang lalu
Bang Judhi suka overclocking ya :)) Gimana kalau prosesor 300D dioverclock aja sehingga performanya menyamai 1D/1Ds?? just crazy idea...
Oleh: Judhi Prasetyo. (38908) 20 tahun yang lalu
Canon 1D itu nggak ada yang nyamain dari besar sensornya yang full frame 35mm :)) Bahkan EOS 1D Mark II saja masih belum full frame. Wah pokoke EOS 1D itu legendaris banget dan kamera impian saya hehehe...
Oleh: iing Gunawan, sidoel (27236) 20 tahun yang lalu
Judhy: canon EOS 1ds kali heheh EOS 1d sih belon full frame :p
Wah diskusi yang saya pikir tidak akan ramai ternyata ujung2nya asik juga... Selain resiko hilang garansi dari Canon, apakah ada resiko lain secara teknis? Apakah 300D nya akan meletup atau overheat atau menjadi error? Omong2, kenapa namanya Firmware ya? Knp bukan Software? :)
Bang Indi, EOS 1D/1Ds/1Dii memang lebih besar sensornya dibanding 300D. Selain itu, kecepatan prosesornya juga setahu saya lebih tinggi sehingga respons kameranya jauh lebih kencang. Bicara mengenai overclock.. rasanya sih ndak dimungkinkan karena prosesornya bukan seperti AMD yang memang memberikan opsi overclock bagi usernya. Firmware ? Apa karena eksklusif dari Canon sendiri dan bukan 3rd party yang membuat softwarenya ? CMIIW... :)
Oleh: Yudanto Hendratmoko (279) 20 tahun yang lalu
Firmware soalnya systemnya melekat di ROM-nya. ROM bisa flashable dan diganti systemnya Soal firmware, kalo diliat dari dari diskusi di dpreview udah banyak yang nyoba firmware rusia, kalo gak puas, bisa dibalikin lagi ke firmware asal, di beberapa tempat katanya tetap dalam garansi canon, ini harus dicek di manual guide/ warranty cardnya perihal license dan firmware di warranty cardnya nikon sih gak ada ngomong firmware musti dari pabrik B-) yah, ada early adopter, follower atau risk-avoider, biasa-lah... ini membuka horison baru, soalnya embedded system yang saat ini dioprek baru pda dan handphone, siapa tahu nanti ada: open camera :-?
Main-main firmware resikonya bisa ringan sampai berat, misalnya seperti kerja tidak stabil, kadang-kadang hang, sampai nggak mau start sama sekali. Sebetulnya firmware adalah software juga. Disebut firmware mungkin karena media penyimpanannya sudah pasti (firm), bisa juga dibilang begitu karena dia dibuat khusus untuk hardware tertentu saja dan kegunaannya khusus dan tidak membutuhkan sistem operasi tertentu. BTW, banyak lagi yang bisa dioprek selain kamera, PDA dan HP :) misalnya radio transceiver (HT, rig) supaya frekuensinya bisa lebih lebar dan daya pancarnya lebih besar, GPS supaya bisa nampung peta bikinan sendiri dan keluar hidden feature-nya, Yamaha Portasound supaya lebih stabil dan rythmnya lebih banyak, receiver satelit supaya bisa nonton channel berbayar dengan gratis, dsb. Pokoke semua yang dikontrol dengan komputer bisa diakalin :D
Oleh: Andrian Purnama T.S. (10973) 20 tahun yang lalu
Pilihan Iso 640 bisa digunakan dengan aproksimasi, ISO 400 shoot dengan RAW lalu dilakukan kompensasi under 2/3 stop. Pada saat post processing, dilakukan kompensasi over 2/3 stop, voila, ISO 640. (I seriously recommend C1 D-Rebel) Tolong diingat ini hanya berlaku kalau anda shoot dengan RAW
Oleh: Sandjaja Kosasih, SanKo (29705) 20 tahun yang lalu
Takut ah ngoprek firmware barang ginian, kalau hang dan nggak bisa diganti firmware asli bisa celaka :( Menurut saya akan lebih penting mendapatkan ISO 50 atau ISO 3200 dibanding ISO antara per 1/3 stop seperti yang diinginkan Indi. Karena ISO antara bisa diolah menggunakan software seperti Adobe Photoshop, misalnya dengan mengubah level. Sedangkan ISO lebih rendah atau lebih tinggi dari standar-nya yang 100 s/d 1600 malah lebih berguna. Terus terang melihat pesaingnya di merk Nikon D70 cuma bisa sampai ISO 200 bener-bener kasihan deh :D
Pak Sanko, ISO 200 nya D70 belum tentu sama dengan ISO 200 nya 300D. Lha wong ternyata ISO 100 nya Canon A70 saja jauh lebih grainy daripada ISO 100 nya Canon A80 :D
Andrian, Wah menarik sekali teknik yg anda usullkan! :) Nanti saya coba!
Judhi: Iya ini memang ada fenomena yang beda untuk ukuran ISO di digital dan di film biasa, yaitu masalah grainy. Dalam pemikiran saya masalah grainy atau tidak untuk suatu setting ISO yang sama di kamera dijital yang berbeda bisa mengacu pada tingkat ketajaman jenis film biasa. Dulu barangkali film di masa ayah saya ISO 100 itu mungkin sama grainy-nya dengan film ISO 1000 saat ini. Demikian juga ISO yang sama di G3 saya dan EOS300D jelas lebih grainy yang G3. Cuma disini pada tingkat ISO yang sama kondisi pencahayaan yang sama kita dapatkan setting speed dan f/stop yang sama (meskipun tingkat grainy berbeda). Untuk fotografi arsitektur atau fotografi malam hari dulu saya suka ISO rendah, dan itu bisa diperoleh dengan Kodak Ektar 25 (ISO 25). Kita bisa memblurkan lalu lintas mobil bahkan di siang hari karena pakai speed rendah di terang hari. Foto panggung dulu saya suka pakai ISO tinggi, pakai ISO 1000 atau ISO1600 karena itu yang ada di pasaran ketika itu. Atau barangkali jejak masa lalu ini yang membuat saya mengagungkan ISO extreme rendah atau tinggi.
Yang jelas ISO-50 nya A80 top banget hehehe...