Oleh: Victor W (263) 19 tahun yang lalu
hi, mungkin ini issue tabu untuk dibahas karena ada ujung duitnya tetapi kita hidup didunia nyata yang pada ahkirnya uang pun berbicara beberapa diantara kalian berminat untuk berkerja sebagai photographer, walaupun mungkin tidak semuanya bakal kerja full times job, mungkin sebagian freelance, and mungkin hanya sebagai part times job. saya rasa praktek business photography harus di tinjau bersama. Saya mengerti sekali kalau Kebanyak pemula yang mencoba terjun di dunia ini, mencoba mendapat pekerjaan dengan cara, membanting harga and ini bukan hal jelek, pada dasarnya ini adalah business and bersaing itu sehat. Tetapi juga Kalau sudah kebiasaan banting harga, customer juga melihat anda sebagai Photographer murahan and pada ahkirnya kalau orang cari photographer murahan yang dipanggil dulu yang kasih harga 1 juta atau 500.000 atau gratis. Perlu diingatkan kalau Digital Camera Plus Lens and Perlengkapan photo kalian ini harganya tidak 1 juta cukup dibeli. jadi investment and waktu serta kerja keras kalian seharusnya dihargai mereka yang benar benar meinginkan kualitas terbaik buat kepentingan mereka yang membutuhkan.Jelas sekali hal ini tidak bisa disepelekan and harus di bahas mungkin ada cara terbaik untuk pemula pemula, ini bisa berkerja tanpa harus membanting harga di market. jadi semuanya sama sama senang. ada pikiran buat union ? Organisasi wedding photography? Semoga banyak yang berminat membahas hal yang tabu ini. mungkin tabu buat photographer yang sudah ada business mantap. tetapi buat yang baru mulai adalah hal baik untuk dibahas.
Oleh: Pinky Mirror (6382) 19 tahun yang lalu
Mas Agung, sebetulnya kalau ada organisasi yang baik dan berwibawa (sayangnya, mungkin, belum ada) justru menguntungkan fotografer yang baru (atau anda sebut kelas bawah) Karena dengan patokan harga, fotografer kelas A nggak boleh menerima job yang dibawah patokan kelas A. Fotografer kelas B juga tidak boleh menerima job yang nilainya dibawah patokan harga kelas B, demikian seterusnya. Tapi, karena memang belum ada, jadi ini sekedar wacana. Bagaimana menghilangkan banting harga. So far, baca tulisan Mas arifin aja deh. Real life photography kadang masih seperti itu.
Hi, Saya ada pertanyaan dari pada Banting Harga ( kasih harga murah ) apa tidak sebaiknya kasih aja gratisan ? Jadi sepertinya kalian ini berbudi baik sama yang punya acara ? kalau gratisan istilahnya tidak banting harga, tetapi membantu tetapi juga membangun portfolio. Terus kalau sudah portfolio banyak and bagus bagus, kalian bisa mulai pasang harga yang hormat. Pengalaman saya jadi Photographer murahaan, Semakin murah semakin rewel itu client. Minta ini, itu and lucunya wedding mereka juga kurang bagus, diahkir kata mereka gak mau sama sekali keluar duit, sampai pakaian pengantinnya pun jelek banget, bunga kertas pun juga, Jadi terkadang malah buang waktu saya aja, pikiran saya buat portfolio tetapi malah kerja sia sia aja. karena Tempatnya juga jelek, tak ada yang berkesan di photo ini deh. Kalau yang punya acara mau keluar duit malah biasanya portfolio Bagus, tempat bagus, bunga bagus, Mobil limo bagus, Segar deh, And.......uang Tip juga bagus. diahkir kata portfolio gue juga bagus. Karena yang pengantinnya mau keluar duit untuk sewa tukang make up yang bagus, baju bagus, rambut indah. Kan semua Faktor dibusiness ini mendukung. Jadi muka dia tidak seperti Boneka berbedak tebal. hahahahahha ya itu pengalaman saya, yang lain ada cerita menarik ? pendapat saya sih daripada Banting Harga mendingan Kasih aja Gratisan. Jadi malah jadi Pahlawan, daripada jadi Photographer Bantung Harga, hahahahahahhaha.kalau gratisan juga tidak ada tanggung jawab, camera macet, CF macet, Flash macet, Sudah punya backup ini and itu ?
Oleh: Alvin Susanto (726) 19 tahun yang lalu
Wah Kak Dana mulai duluan nih banting harga buat kejar setoran
Oleh: Devi rujito (584) 19 tahun yang lalu
oleh karena itu....anggaplah sesama pemain jasa foto itu adalah teman, bukan saingan.....:D ntar gara2 harga......bisa banting bantingan sesama fotografer..:))
Oleh: dana kusuma (505) 19 tahun yang lalu
itu mah gue ..soalnya gue lagi banting bantingan harga neh... tapi gpp kan? kan kelasnya beda...saya kan kelas menengah ke bawah.
Oleh: darmaji (7) 19 tahun yang lalu
wah wah wah saya juga masih belajar dan baru masuk ke dunia wedding photography komersil. menurut saya utk menentukan harga harus dilihat situasi dan kondisi klien tersebut apa mereka melihat hasil akhir (kualitas) ataw hanya sebagai pelengkap saja. itu menurut saya kalo yang mementing kan kualitas, harga berapapun pasti dibayar karena moment yang indah belum tentu terulang 2 kali tul gak
Oleh: Dewi Sukmasari (6268) 19 tahun yang lalu
aku gak ngerti masalah bisnis fotografi di jakarta... yang jelas, di lampung, agak2 susah memulainya... kalah di modal, banyak studio foto besar bikin cabang2 kecil dengan nama lain yang otomatis udah paham betul manajemen studio foto n tingkat BEP... kesulitan saya, penghargaan masyarakat terhadap fotografi masih rendah banget... sedih... ditambah lagi saya cewek, uh... pengennya gereget, tapi orang di sini udah kebiasaan cari yang murah, meriah, dan mewah!!! aduhhhh... gedubrak!
semua berawal dari yg rendah.... jalani saja tarif dimana anda sanggup mengerjakannya,dapet untung, pengalaman dan nilai tambah laennya. Selama jasa anda diperlukan pasar..., tentunya pasar akan selektip sendiri mana yang murah mana yang mahal dan mana yg masuk budget dengan hasil yg masuk standart juga. Coba deh...2 tahun saja jalani, dari sekian banyak waktu,job dan uang yang dihasilkan, anda pasti juga akan berpikir pantaskah saya dihargai sekian sekian rupiah..?? Dari situ anda akan tetep exist di rate anda sendiri, tentu juga anda pasti mikir...: 1. Saya kerja motret 1 hari plus mondar mandir studio pp sampae 4x 2. Saya ndatengi klien, deal foto, selesai anter lagi 3. Ide foto saya dihargai berapa......?? 4. Uang lelah saya berapa..? 5. BEP alat saya berapa..?? itu bisa jadi wacana anda menghargai jasa anda sendiri.... salam lampung
Oleh: Agung Trijatmiko (1718) 19 tahun yang lalu
Usul bang Pinky bagus kok, sebenarnya saya setuju, tp dg tujuan utk kepentingan bersama, artinya, agar price relatif stabil. Stabil di sini maksudnya konsumen jg jelas "oo harga berkisar sekian sampe sekian utk yg seperti itu.. jg yg seperti ini ternyata harganya sekian lain lagi rangenya.." Tapi tetap tdk boleh dibuat "UU" utk melarang siapapun (utk yg pemain baru) menaruh harga, toh konsumen jg akan bisa melihat.. Nah, kalo gitu lumayan bagus.. itu hemat saya saat ini lho.. Kira2 begitulah... lagian, organisasi itu bagus, bisa saling berbagi info dll, yg jelas2 akan menguntungkan para "pemainnya".. Okekah?? hehee.. salam deh.. dan best regards.
Oleh: David Dewantoro (22969) 19 tahun yang lalu
Emangnya motret itu nggak capek?? Kalau capek masak mau dibayar murah?
Oleh: Reyhoboth Dillon (399) 19 tahun yang lalu
wah menarik juga nih...diskusi business... saya udah telat nih mau nimbrung.. kalau pandangan saya... fotographer muda di indoneisa memang banyak yang jago2 dan kreative2...cuma sayang banyak orang yang nggak bisa ngejual diri... sehingga harga tarif dia nggak bisa mahal...client nggak mau tau udah berapa lama kita motret dan udah berapa event yang kita hasilkan...mereka cuma lihat cara kita ngejual diri ke mereka dan mereka lihat sample2 dari hasil karya kita... hal2 yang harus diperhatikan dalam menawarkan jasa fotography (khususnya wedding)... -waktu ketemu pertama harus on time..jangan ngaret.. -kita care client maunya apa...cari tau dia senengnya fotography spt apa... -kita kasih sample yg meyakinkan...foto bagus kalo disusun di album yang jelek yah tetap kurang menarik...makanya album juga harus greng...karena ini modal juga buat mereka tertarik... -kalau expectation client tinggi dengan budget yang juga tinggi dan kita merasa nggak sanggup...jujur aja..biasa motret paling mahal 5 jt..dapat client yang budgetnya 30 jt...wah jangan nekat... -tunjukan keprofesionalan ketika dapat client...jangan pakai pakaian yang urakan...pakai pakaian yang mengangkat citra fotografer lebih baik... -banyak diskusi dengan client sebelum hari H...kasih banyak saran ke mereka (spt harus selalu senyum/ekspresif...badan jangan bungkuk..dll)... dengan demikian client merasa fotographer care dan sedang berusaha membuat hasil karya foto terbaik untuk mereka... kalau harga memang jangan dibanting2...nanti susah sendiri... kalau mau pake strategi discount tinggi (>50%)...sehingga saat mau naikin..tinggal discountnya yg dikecilin...jadi price list tetap..nggak dibanting2... mari kita jadikan hobby kita juga menghasilkan...he..he.. salam
Oleh: Suyanto, nuno (2729) 19 tahun yang lalu
menurut saya fotografer itu make a picture bukannya take a picture jadi di sini perlu ada teknik photography, lighting, insting, komposisi, dan mungkin seni di padukan dengan lanscape, interior, exterior, foto product spt cincin kawin dsb karena jika kita motret wedding kan semua harus di dokumentasikan, bagaimana memotret cincin kawin yg bgs, bagaimana agar si pempelai terlihat cantik ya....biar foto yg bicara dong....... jadi saya beda dgn tukang foto dan saya bukan tukang foto
Fotografer ada yang make a picture dan take a picture. Dua-duanya kalau dikerjakan seadanya tidak akan menghasilkan gambar yang baik apalagi yang 'dalam'. imho.
Oleh: Ario Wicaksono (4202) 19 tahun yang lalu
seorang kawan pernah berkata: anda harus bisa meng-edukasi konsumen anda agar barang dagangan anda bisa laku dijual dengan harga yang lebih tinggi. semakin ter-edukasi seorang konsumen, maka semakin ia tahu mana karya2 yang bagus dan layak mendapat "apresiasi" yang lebih tinggi. ...my bussiness is something personal.........
Oleh: Daud Hidayat S. (1423) 19 tahun yang lalu
Klo bicara bisnis fotografi, dan tentunya gak bisa gak bicara duitnya,alternatif fotografi lain selain wedding dan pre-wedding yg prospektif utk dijadikan bisnis yg besar apa ya? please share lg your minds.. thanks!
Oleh: Tri Handoko, Leonardo (16250) 19 tahun yang lalu
photography adalah hoby dan bisnis......pekerjaan yg dilakukan dengan kita enjoy itu lebih baik,bukan sekedar mencari uang saja,semua bertahap,tapi kalo kita menikmatinya, otomatis kita akan melakukan peningkatan.......kualitas dan hasil.....kita motret hasil bagus,kita juga senang,klien apalagi......duwit.....pasti d mengalir...still profesional aja.....memisahkan kesenangan dan pekerjaan.....
Standart Harga ?????? Menurut anda, berapa wajarnya harga Wedding Photographer Tingkat 1 Pemula, Hobbies, senang senang aja. Harga : ?????? Tingkat 2 Benar benar sudah ada portfolio bagus, hobbies. Harga: ?????? Tingkat 3 Portfolio Bagus, full times business and cari makan disini. Harga :??????? Menurut Pendapat saya ini, Tingkat pertama jelas itu seperti minimal gaji orang terendah. Mungkin Harga 3 / 4 juta masuk akal gak sih ? menurut saya sih masuk akal aja, ya itu saya tetapi pendapat yang lain bagaimana pendapatnya? Tingkat 2 Harga Start dengan angka 5/8 juta. ini masuk akal gak ? Tingkat 3 Harga jelas sekali, sedikit paling murah 20 juta. ini cuma biaya, datang, and kasih 4x6 cetak print and belum album ?
Oleh: George Logahan (3157) 19 tahun yang lalu
Mungkin hanya mimpi..!? Bila setiap fotografer terdaftar di suatu Badan (atau apa istilahnya), kemudian masuk dalam Tingkat (seperti di atas).Barulah kita bisa mendapatkan harga standard sesuai dgn keahlian kita (license yg cocok)....heee.!! Itulah mungkin krn agak rumit sehingga mengenai harga jadi sangat variabel....!!Mungkin kali yach...soalnya saat ini saya masih sekedar hobby yg menghasilkan,,,!!! Salam fotografer..!
Oleh: Juniono Vam (1836) 19 tahun yang lalu
Saya cuman ikut-ikutan diskusi dan cerita aja nih. Saya mempunyai seorang adik ipar, yang memulai karier fotographynya mulai pertama dgn kamera pinjaman Mamiya RB 67 dengan lensa standart 90 mm, untuk lampu studio (Hensel flash) dan peralatan lainnya dia membeli kredit pada temannya yg toko suplier alat-alat fotography. Saat itu dia menetapkan harga diatas rata-rata, hampir 1 thn dia hanya mendapatkan 2 order pemotretan saja, itu dilakukannya krn memegang teguh image yg dia terapkan, kepuasan konsumen (barang kualitas baik pasti mahal harganya, barang berharga mahal belum tentu berkualitas baik), oleh krn itu dia mengalami kerugian yg amat sangat, dia tidak bisa membayar kredit sewa tempat (studio dan kantor), tidak dapat mencicil apa yg dia kredit, sampai pada akhirnya diapun putus asa dan akan menutup sendiri usahanya. Kala akan ditutup, teman yg memberikan kredit dan sewa tempatpun sempat melihat hasil karyanya, akhirnya menyadari akan talenta yg di punyai oleh adik ipar saya, mereka memberikan keringanan yg seringan ringannya, yaitu bayarlah kewajibanmu andaikata kamu sudah mempunyai penghasilan. Dari kepercayaan yg diberikan itulah menimbulkan semangatnya untuk lebih eksis. Diapun mulai menspesialisasikan diri dgn cara melakukan riset dan pengembangan, yg salah satunya adalah dgn cara mengeksperimen lensa (rodenstok imagon), sehingga terbentuklah sebuah lensa soft yg menciptakan gambar foto yg fantastis. Dgn setiap kali dia melakukan riset dan pengembangan, setiap kali itu pulalah orderpun mulai berdatangan. Diapun menjadi seorang fotographer profesional yg ternama dan menurut saya papan atas. Hingga sekarangpun masih tetap eksis bahkan masih tetap papan atas, walaupun banyak orang yg mulai menyainginya dgn melakukan berbagai macam cara yg baik dan tidak baik (menurut pendapat saya). Kalo menurut pendapat dia, entah cara apa yg di pake oleh mereka akan semakin menunjukkan kualitas dia (orang akan lebih bisa membandingkan hasil karyanya dgn pihak lain), bagi dia dgn banyaknya pesaing akan semakin memperkuat image dia. Krn dia pernah berhutang budi pada mereka yg membantunya meraih kesuksesan dan pernah merasakan pahitnya merintis usaha photography, dia tidak pernah merasa sekalipun pesaingnya sebagai musuh ataupun lawan yg ditakuti dan dilawan, bahkan sampai sekarang apabila ada siapapun datang untuk bertukar info maupun belajar foto, diapun tidak segan-segan menularkan ilmunya dgn gratis termasuk kpd saya. Ini adalah sebuah biografi yg nyata tentang perjalanan panjang seseorang yg meraih kesuksesan dlm bisnis fotography. Thanks atas attensinya.
1.Juniono Vam....Ceritanya bagus banget and salut itu. 2.Leonardo Tri Handoko : Hobbies Photo and tukang photo itu jelas sekali beda and jangan disamakan. Hobbies gak kejar setoran, Hobbies mau mau aja gratis, and senang senang aja asal bisa klik apalagi camera baru. Hobbies sudah banyak duit, mau beli camera harga 300 juta pun gak pusing kapan duit kembali, photographer pusing pikirin hal seperti ini. Jadi saya Jelas sekali Hobbies and Tukang photo itu jelas lain Jalur Baru ada Kabar sedih dari teman lama banget, dia menyerah jadi photographer. Katanya tidak bisa bersaing harga, yang sudah Top pun sekarang berani banting harga. Yang hobbies pun ketawa asal ada makanan gratis. Katanya." sekarang ini rada susah main2 jadi photographer di jakarta...lawannya sama raksasa yang butuh dana besar sekali dan lawan sama loser yang selalu berani banting harga....dan rada banyak yang profesional ternama, duitnya habis untuk beli peralatan." ini kutipan Sahabat Photographer saya.
Lagi ya.. Betul, bang Victor, hobi dan bisnis 'bisa' beda.. tapi, bisa jadi perpaduan yang serasi.. Hobi dan senang itu lain lagi.. maksudnya, bisnis/kerja tanpa ada enjoy/senang/menikmati seringkali ndak bisa maju dg baik, di sini belum tentu dia hobi lho... tapi... kalau bisnis itu ternyata hobinya juga, nah itu baru asik banget.. Yang penting al:, niat awal, planning, konsistensi dan komitmennya, lalu jgn lupa buat managemen walau sekecil apapun bentuknya, misal: jgn lupa buat kartu nama, portfolio, brosur/flyer atau lain2 bentuk sbg bahan promosi... Penentuan harga jg sgt penting, kalau tdk bisa, coba survei atau tanya2 atau konsultasi sama yg ahli pemasaran dan akunting (krn kita jago foto blm tentu jago pemasaran dan keuangan kan..??). Yg lain2 mgk bisa ditambahkan oleh rekan2 yg sdh lbh pengalaman... Satu hal lagi, prinsip utk saya nih lho... kerja dan belajar keras, pantang putus asa, berdoa, dan bersyukur... Ini, saya cuman kasih sekedar pendapat.. Trims.
Ini ada pendapat dan survey saya pribadi, atas semua foto studio busines di surabaya. Saya dan adik ipar saya selalu secara bertahap menaikkan harga sebuah karya foto, setiap kali menaikkan harga disertai dgn inovasi dan pengembangan baru entah itu, album, laminating kanvas dan inovasi lainnya sehingga memang bertambah wah dan susah pengerjaannya (memerlukan skill). Hal ini sulit di ikuti oleh foto studio lain berdasarkan saya survey di pameran maupun datang langsung ke tempat studio mereka. Andaikan saja dlm 1 thn saya ingin mendapat hasil berupa uang setahun Rp. 100.000.000,- dgn asumsi perlembar foto Rp. 100.000,-, maka dalam setahun saya hanya memotret 1000 kali saja. Sedangkan bagi mereka yg banting harga perlembar foto rp. 50.000,- , maka dia harus memotret 2000 kali untuk mendapatkan hasil yg sama. Dari contoh diatas, dapat dilihat bahwa, apabila ingin survive, maka harus berinovasi, jgn menaikan harga tanpa disertai perubahan, orang tidak mau beli kalo barang yg dibeli tetap itu itu saja. Selama kita merintis usaha, kita sudah punya nama, saat kita sudah ada nama dan klien yg banyak, saatnyalah kita mulai memfilter dan meningkatkan kualitas hasil kita dgn inovasi-inovasi dan pengembangan. Jangan memikirkan sepinya klien krn filter tetapi dgn perhitungan diatas dan telah saya lakukan, saya kerjanya lebih fokus, lebih bisa sering berinovasi, kualitas karya saya lebih meningkat ke istimewa, Saya bisa tetap survive dan bahkan bisa menjadi fotographer papan atas. Kalo dihubungkan dgn ujung-ujungnya duit tetap samakan kerja 1000 kali dgn 2000 kali motret. tinggal pilih yg mana enaknya menurut anda? Maaf kalo ada yg tersinggung dgn pendapat saya, terima kasih,...
Oleh: hary gito p (520) 19 tahun yang lalu
salam kenal...baruikut gabungneh diforum....saaaaaya juga suka motret yangberawal dari hobi semata....tapikemudian lama kelaman ilmu yang di dapat basi juga kalo nddak dipakai...kalo pake bahasa fotografi investasi bahwa sekian frame baik itu lewatdigital maupun roll adalah berharga karena didalamnya bnyak moment.... jika kemudian kita terjun dalam bisnis fotografi jangan nanggung nanggung ... kalo itu dah menjadi harga jual kenapa nddak ngelakonin dengan harga kita sendiri artinya tetap pada porsi kualitas dan pengalaman kita... kalo kemaren dah ngobrol sama bang arbain...bahwa harga fotografer dengan fotonya tidak bisa dipukul rata ..melainkan dengan amatir ato profesionalnya fotografer tersebut....saya ngisi perut di jogja....asal tahu aja yaaa... harga di sini gila gilaan bantingannya...yang lebih parah lagi..harga yang di pakai oleh agen agen foto yang memiliki modal banyak siap menawarkan harga dengan murah...asal lakudan order jalan terus... kasihan kawan kawan mahasiswa...yang pengen nambah uang saku ato nutup biaya kuliah lewat foto.....mereka merasa dipermainkan oleh harga.... tapi rata rata mereka intinya ingin mendapatkan link juga... sehingga harga mungkin menjadimelemah tapi kita secara profesi merasa kasihan karya karya dinilai bukan lewat kualitasnya melainkan lewat harga pasar yang ttidak jelas alias banting bantingan...sehingga mereka butuhmasukan yang banyak mengenai fotogafi bisnis....mungkin pembentuikan asosiasi fotografer bisnis yang tidak terikat denganbadan usaha...alias freelens musti ada...biar standarisai harga JELAS .....makasihhh