Oleh: Feri Latief (10508) 19 tahun yang lalu
Profesi mereka mungkin tak pernah terbayangkan oleh kita semua, namun mereka nyata keberadaannya. Mereka hidup dan memperoleh rejeki dari jalanan. Mereka hanya buruh kasar yang tenaganya belum pasti setiap orang memerlukannya…ini sedikit kisah tentang mereka….
Sebuah truk sarat bermuatan pasir melaju di atas jembatan Cibubur. Tiba-tiba di pinggir jalan seorang lelaki setengah baya sigap mengangkat tangannya seperti memberi suatu isyarat kepada supir truk. Tapi truk tetap melaju kencang seperti tak peduli. Lelaki itu memang bukan polisi yang biasa menghentikan truk di jalan. Lelaki itu hanyalah seorang buruh kasar: Kuli Sekop! Isyarat tangan itu sekedar bertanya kepada supir truk apakah perlu orang untuk membantu bongkar muat? Kalau tenaganya tidak diperlukan supir truk bisa langsung tancap gas.
Lelaki tadi bernama Pak Aca, 42 tahun, ayah lima orang anak. Sudah 20 tahun ia menggeluti profesi itu. Ia tidak sendirian, sekitar lima puluhan temannya yang juga Kuli Sekop biasa mangkal di jembatan Cibubur.
Oleh: Firmansyah Sutan (32238) 19 tahun yang lalu
Menginspirasi skali kak, memang kehidupan jalanan sangat menarik perhatian utk di explore Cuman sayang saya masih kurang ilmu pendekatan yg jitu kayak kak igor :D Kayaknya BW lebih cantik yah, nuansa kerasnya lebih berasa Salam
Sejak Cibubur berkembang jadi daerah hunian baru banyak proyek pembangunan menciptakan lapangan kerja baru seperti kuli sekop itu. Tugas mereka sederhana: Membantu supir truk untuk bongkar muat pasir atau tanah di lokasi proyek.
Asal mereka kebanyakan dari Cikarang, dan Karawang. Tapi ada juga yang datang dari Jawa Tengah. Sehari-hari mereka tinggal di atas jembatan itu. Seperti kata Raja Dangdut Rhoma Irama, “Langit menjadi atap rumahku dan tratoar sebagai lantainya”.
Kalau hari hujan baru mereka berteduh di warung-warung sekitar situ. Mereka juga punya bedeng kecil yang dibangun gotong-royong swadaya murni lengkap dengan pompa air dragonnya untuk keperluan mandi. Karena bedeng itu sempit maka fungsinya hanya untuk menaruh peralatan kerja dan pakaian mereka saja.
Tanpa di sadari mereka telah menjelma menjadi sebuah komunitas yang nomaden. Seminggu sekali mereka pulang ke kampung untuk setor penghasilan kepada keluarga mereka.
Untuk makan sehari-hari mereka mengandalkan beberapa warteg yang ada di sana. Antara warteg dan mereka sudah terjalin suatu simbioasamutualisma, saling ketergantungan.
Mereka biasa berhutangdi sana dan dibayar kalau sudah ada uang. Sedangkan warteg memerlukan mereka untuk omset harian mereka, lumayan untuk menutupi pengeluaran rutin.
Kadang ada dermawan bermobil yang datang membawakan sekedar bantuan makanan dan air mineral. Tidak sering, tapi lumayanlah apalagi jika hari itu tidak dapat kerjaan sama sekali.
Pemerintah dengan kebijakan pembangunannya memang tidak pernah langsung menyentuh mereka. Pemerintah hanya bersentuhan dengan lembaga-lembaga dan tenaga-tenaga kerja di sektor formal. Tak ada kebijakan yang dibuat untuk mengatur mereka. Padahal jelas-jelas UUD 45 mengatakan bahwa rakyat miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara dan kekayaan negara untuk hajat hidup orang banyak. Keberadaan mereka walaupun terlihat remeh tapi penting nilainya dalam sebuah proyek pembangunan. Mereka yang papa memang bukan fokus pembangunan...
Ketika sektor formal tidak menyisakan tempat untuk mereka, maka seperti pasukan tempur dengan bersenjatakan sekop mereka bergerilya mencari ruang kosong di sektor informal. Mereka mencari sekedar tampiasan rejeki dari keran rejeki sektor formal yang mengalir deras
Di jembatan Cibubur itu seharian mereka selalu bergerombol. Di jembatan itu pula sehari-harinya lewat rombongan mobil Presiden Susilo Bambang Yudoyono yang hendak menuju ke istana. Tapi yang mereka nantikan bukanlah rombongan mobil Presiden RI itu. Bagaikan punguk merindukan bulan jika menanti uluran tangan langsung dari rombongan mobil presiden yang sangat sibuk dengan urusan-urusan besar negara ini. Yang mereka nantikan hanyalah truk pasir lewat, siapa tahu tenaga mereka diperlukaan untuk membantu bongkar muat. Bagi mereka itu berarti nafkah untuk keluarga!
Oleh: Guewin_WY ( Wiwin Yulius ) (103497) 19 tahun yang lalu
Hmm, ada foto yg mereka lagi ngejar ngejar truk dan lalu dgn sigap lompat ke truk ngga fer ?
Ada bosss, tapi saya nggak puas sama hasilnya... Catt: Di Jakarta dan sekitarnya sedikitnya ada 6 lokasi tempat para kuli sekop mangkal. Yaitu di Cibubur, Ciputat, di Perempatan CocaCola Cempaka Putih ( ini khusus kuli pacul yang kebanyakan berasal dari daerah Sindang Barang), Cibinong, Cileungsi dan Tomang Jakarta Barat.
Oleh: Igor F Firdauzi (185236) 19 tahun yang lalu
quote Rhoma Irama nya cakep sekali kak Feri real blues! real life! benar-benar lagu yang didengarkan oleh mereka kalau tidak salah syair aslinya adalah: Langit sebagai atap rumahku dan Bumi sebagai lantainya Hidupku menyusuri jalan Sisa orang yang aku makan lagunya berjudul gelandangan ;) overall fotonya bagus-bagus karena di jepret dengan gusto
Oleh: david hermandy (3403) 19 tahun yang lalu
Tanya Bang, kenapa milih warna bukannya BW? apa ada pertimbangan khusus ato hanya pengen disajikan apa adanya aja?
Oleh: Ucok P. Harahap (40158) 19 tahun yang lalu
Fer : belom selesai ya upload foto dan ceritanya ? Deket rumah gw nih, kok gak mampir kerumah ?
Kak David, betul pengen apa adanya. Bang Ucok, kapan-kapan saya mampir ya. Tapi yang paling sering mampir ke Mc Donald di seberang sana...hi...hi...hi...kontras banget ya...bo'ong deng...kebetulan aku baru pindah rumah ke Cibubur. Untuk Wiwin, memang saya belum mendapat beberapa foto yang cukup kuat. Ada ide mau nambah lagi stock fotonya:
Oleh: Jessica Wuysang (28887) 19 tahun yang lalu
aku gak nyangka....nampilkan dengan versi color ternyata hasilnya bisa bagus dan menggugah rasa yah...salut dengan kak Feri :)
Oleh: Hedi Priamajar (49168) 19 tahun yang lalu
Kak Feri, terima kasih sharing-nya. Esai foto yang cakep sekali. Kalo boleh tau, butuh berapa lama bikinnya nih ?
Oleh: Barry Kusuma (61780) 19 tahun yang lalu
cakep sekali om feri..sngat mnarik, fotonya menggigit sekali :)
Oleh: Dandy Zulkarnain, Penjahat (29816) 19 tahun yang lalu
Bravo Om Fer. Aku lebih suka Color ah. Gele bener. Ini namanya motret pake hati...
Oleh: Noor Syamsi (25078) 19 tahun yang lalu
APik..apik...apik.... yg laen donk fer
Oleh: Rony Zakaria (12972) 19 tahun yang lalu
Kak Feri, terima kasih atas sharingnya, membuat saya lebih semangat dalam membuat dokumentasi dengan tema-tema serupa. kalo boleh tahu itu berapa lama proses dokumentasinya? dan tadi di fotonya ada sebuah foto dimana seorang buruh sedang memakai celana. Apakah itu langsung potret atau bagaimana?