Oleh: Sri Sadono (6718) 18 tahun yang lalu
Baru beberapa langakah menelusuri rel kereta di depan stasiun Senen, saya berjumpa dengan seorang ibu tua yang sedang merapikan kardus bersama suaminya. Seperti biasa, saat memasuki daerah baru untuk pertama kali, saya berusaha untuk berikap wajar, dan mencoba akrap dengan mereka. Dengan memberi salam, "Permisi Bu." Suasana berubah menjadi lebih santai. Sampai Si Ibu menanyakan maksud saya ke tempat tersebut. Saya katakan, "Ingin melihat-lihat tempat sini saja Bu." "Oooo ..... Tapi kalau masuk kesana, hati-hati ya Nak!" Ibu itu menasihati. "Hati-hati". Kata itu melekat kuat, apakah berita yang ada selama ini memang benar, tempat ini begitu rawan? Sugguhpun seperti itu, saya mencoba untuk memasuki tempat ini, Perkampungan Kumuh di sekitar Rel Kereta Api Senen. Setelah berjalan lebih ke dalam, saya menjumpai tempat penangkaran merpati tinggi. Di tempat ini saya berhenti, melihat apa yang mereka kerjakan. Tetapi yang lebih utama, saya mencoba dekat dengan mereka, sampai saya merasa aman di tempat ini. Hampir satu jam saya di tempat ini, dari melihat-lihat, lebih mendekat ke mereka, kemudian mulai bertanya-tanya apa-apa saja yang mereka kerjakan. Bermain dengan anak-anak mereka, kemudian sampai saatnya untuk berkenalan. Untuk meyakinkan bahwa tempat ini sudah menjadi tempat yang aman bagi saya.
Dari nonkrong bersama di tempat itu, saya dapat merasakan bagaimana menjadi Anak Nongkrong di tempat ini. Nonkrong, di depan ada gubuk, di belakang ada kereta api yang yang melintas setiap sepuluh menit sekali. yang jauhnya tidak lebih dari sejengkal di depan hidung mereka. Setiap hari, maut berhimpit dengan hidup mereka. Seperti saat mereka sedang makan baso sekalipun, atau pulang mandi, atau saat baru melatih merpati tinggi.
Bahkan bagi yang memiliki anak balita, mereka senantiasa harus waspada. Sedikit saja anak mereka melewati batas pintu, segera harus kembali membawanya kedalam. Bagi mereka "Rumahku adalah tempat yang paling aman" adalah sebuah kebenaran.
Tapi, di tempat ini pula, mereka bisa melakukan hal-hal gila seperti di acara "Fear Factor", bahkan lebih gila lagi. Tanpa pengamanan yang memadai, mereka bisa nebeng dikepala lokomotif yang melintas di halaman mereka.
Tetapi, dari apa yang mereka perlihatkan, walaupun hanya sesaat, mereka adalah bagian dari kita, yang juga perlu hidup bersama. Keberadaan mereka adalah keragaman.Yangman kalau dilihat lebih dalam, dari kacamata yang dekat, mereka pun juga penuh dengan kehangatan dan keakraban. Seperti keakraban anak-anak mereka yang lapang berbagi satu plastik kecil minuman untuk mereka semua.
Oleh: Igor F Firdauzi (185236) 18 tahun yang lalu
cakep fotonya thanks for sharing
Oleh: Bakti Sulistyo (8629) 18 tahun yang lalu
Woww, foto-foto yg menarik Mas Sadono. Salut buat anda yg sdh merekam kehidupan mereka dgn baik.
Oleh: Kaufik Anril (37441) 18 tahun yang lalu
thx sharing nya... cakep cakep foto nya...
Oleh: A. Raditya Pratistha D,Ndoro Tuan (44548) 18 tahun yang lalu
foto2x yang bagus dan menarik, trims telah berbagi mas
Oleh: Arief Setiawan (74146) 18 tahun yang lalu
Foto2 humanis yang berbicara Mas. Salut dengan keberanian nya memasuki daerah kumuh di senen. Selamat Mas.
Oleh: Widodo T. Wibowo, Dodo (2316) 18 tahun yang lalu
Hmm..reportase yang menarik Mas Don...btw kemarin itu sendirian aja ya.. Rekaman yg menarik.Salut
Oleh: Mustakim Irsan, ICHAN (55541) 18 tahun yang lalu
Foto-fotonya cakep Mas Ceritain lebih lanjut dunk, gimana approach-nya ke daerah ini Trus terang saya penasaran dgn behind the scenes dari foto2nya Mas Sri Sadono
Buat Ichan:Simple, sendirian saja kok kesana. Lihat-lihat dulu, kamera masih blm dikeluarkan. Ngobrol dengan mereka, kenalan dgn anak-anaknya, sekolah dimana, kelas brp ... sampai akrab, rileks, samapi kita yakin sudah aman. Sedikit bercanda dgn mrk. Kalau sudah yakin .... baru kamera dikeluarin N minta ijin ambil foto mereka. Ini belum hunting aslinya kok, masih pendekatan ke mereka, rencana aku masih mau main kesana satu ato 2 kali lagi, sampai akrab bgt ke mereka. Baru nanti hunting dr pagi sampai malemnya. Ada bbrp spot yg spesial yg bisa diambil.
Oleh: Adi Bagus Ramadian (6969) 18 tahun yang lalu
wah....masih dalam taraf survey aja udah gini foto2nya....apalagi yg beneran! Pasti keren! Terima kasih sharingnya pak, saya jadi ikut belajar
Makasih Mas Sri Sadono, Ditunggu lagi foto2 hasil hunting benerannya :D Oiya, tentu behind the scenes-nya juga Hehehe....
Oleh: Fr. Edy Santoso, Singomoto (189664) 18 tahun yang lalu
Wah asli salut banget ... gue aja kalo ke pasar poncol sudah males apalagi disuruh ke seberangnya .. :D Mau nyaingin pak Leo untuk uji nyali nich mas ... :)) salam dahsyat,
Oleh: Aditya M. Pradhana, A.M.P (4622) 18 tahun yang lalu
Wah bener2 salut nih saya.. =D> Butuh banyak pengalaman, modal, kesabaran, dan tentu saja keberanian buat bikin yang kaya gini.. :) Ngomong2 jadi keinget sama fotografer VII photo agency, James Nachtwey, yang pernah bikin liputan mirip banget kaya gini, di sekitar rel kereta di Jakarta juga, cuma kayanya daerahnya sekitar2 Karet/Dukuh.., ada di film "War Photographer" yang nyeritain pengalamannya dimana2, dan "parahnya" agak banyak yang tentang Indonesia.., waktu masa2 sekitar 1998, tentang sebuah keluarga yang hidup di (bener2 di antara) rel kereta itu, terus pertambangan di daerah Jawa Timur (sulfur/belerang kalo ga salah) yang lingkungan kerjanya ngga sehat banget.. #-o
Oleh: Henry C. Widjaja (41446) 18 tahun yang lalu
WOW. Ada rasa haru. Aku pernah di salah satu masa puasa mau bagi2 sembako, tetapi baru lewat di ujung rel saja aku sudah keder. Ternyata rasa itu hanya persepsi, bukan hanya rocker mereka juga manusia, yang tidak perlu selalu ditakuti. Bung Sri Sadono sudah membuktikannya. Salam kagumku buat bung Sri Sadono dan ada keharuan buat kehidupan yang direkam dalam foto2nya. Yang tinggal dipinggir rel JUGA MANUSIA
Oleh: Setia Nugraha, Kang Ujang (53656) 18 tahun yang lalu
makasih dah sharing.... mantep liputannya... foto2nya apalagi
Oleh: Andri Irawan, Billitone (72159) 18 tahun yang lalu
Ini baru hunting.....salut dah ah
Oleh: Sisca J E (36529) 18 tahun yang lalu
kerennnnnzzzzzzzzzz.......... :x:x:x.......
Oleh: Ismawan Ismail (6941) 18 tahun yang lalu
Keren banget foto2nya Mas. Ditambah dengan kisah yang menyentuh, sisi humanis foto2 tersebut jadi semakin terasa... Salut deh... :)
Oleh: Cessy Karina (42569) 18 tahun yang lalu
very nice photo essay, foto2nya bagus, ceritanya juga. salut dengan cara pendekatan mas Sri ke tempat ini thanks for sharing
Oleh: Tati Magdalena Sahea (11059) 18 tahun yang lalu
kagum dan sangat bercerita.. salut dgn usahanya.... salut dgn keberaniannya... dan terutama salut dgn hasilnya.. ditunggu hasil hunting nya lagi....
Oleh: Mohammad Firmansyah (50682) 18 tahun yang lalu
salut mas... dgn pendekatan yg bagus dan tentunya keberanian bisa mendapatkan hasil yg positif dan bermanfaat.... saya bener2 kagum dengan usahanya... :)
Oleh: Feri Latief (10508) 18 tahun yang lalu
Mas, sampeyan sepertinya masih berjarak dengan subyek fotonya. Kata Kappa semakin dekat dengan subyeknya maka fotonya akan semakin bagus. Saya setuju dengan pendapat tersebut.