Hak cipta karya foto ada pada fotografer dan dilindungi oleh undang-undang.
Arief Setiawan (74146)
rn+ dermaga kenangan +rnrnrnIa menyeru cinta dengan degupan di dada. Meneriakkan kenanganrndengan hati hampa. Mata yang menatap nanar dan membisu. Terdiamrnseribu tangisan tanpa air mata. Air matanya mengalir lima puluh kilometerrnkemudian. Menangis dalam heningnya daun-daun pohon pinusrnyang membisu. Memeluk rumput dan menyapa embun disana. Menyatukan rntetes air mata dan butiran embun adalah mengenangkan sebuahrnkenangan. Mengingat kembali cinta yang tenggelam dalam riaknyarnmasa. Mengkhianati, membuang, membakar, menetes dan berputar-putar rndalam waktu. Dalam beningnya cermin air embun itu. Air mata ini terasa asinrndi mulutnya yang menganga. Menyeru kenangan dengan degupan dirndada. Asinnya tetes air mata bersatu dengan dinginnya butiran embun di tengahrnkabut ini. Melihat ia menguap menuju langit di angkasa sana. Arjunarnitu harus menunduk dan kalah. Bersemayam menuju angkasarntempat ia diasingkan dari cinta. Dan kenangan itu tak mau pergi rnjuga. Bersikeras tinggal dalam dadanya yang hampa. Kosong. Tik tik tik, rnhujan turun di tengah kabut ini. Entah ini air mataku, embun di rumput-rumputrnyang tertunduk atau kenangan yang datang kembali? Muka sang Arjuna basahrnoleh air hujan dan air mata. Apakah kenangan ini layak untuk diingat? Rasa rnini diseru dengan seribu nama? Mencintai sebuah cinta atau mengenangkanrnsebutir tetes air kenangan? Atau ia harus kembali mengenangkan,rnrntik tik tik, sebuah wajah gadis yang kekal di ingatannya? Bersikeras tinggal rndi dalam matanya yang basah. Diam disana, kekal, abadi, dinginrndan kesepian yang teramat menusuk. Menghujam dadanya yangrnkosong. Kenangan apa lagi yang bisa ia ingat? Sang Arjuna memeluk dadanyarnsendiri dan mengusap air yang tertinggal di pelupuk matanya. Kabutrnini terlalu tebal untuk ia halau. Bersikeras tinggal disini, menemani kenanganrnyang terus hadir di hutan ini. Mengenangkan sebuah kenangan, air mata, hujan rnyang turun dan rumput-rumput yang melihat angkasa yang menangis. Tetesan airrnmata rumput-rumput itu adalah embun kenangan. Mengingat jelasrnsebuah kenangan. Langit meneteskanrnair mata, pagi hari hari embun menitikkanrntetes air di ruas-ruas daun yang dingin. Sementara sang Arjuna menyerukanrnseribu kenangan dengan satu tetes air mata di tengahrnrnsejuta tetesan hujan dan kesendirian yang tercipta dari sebuah kenangan.rnTik tik tik.rnDi tepi dermaga tua, ia teringat sebuah wajah pada pagi itu...rnrnrnBedugul, 28 Februari 2004 16.17 rnrnrnrnDate Time Original : 2005/05/15 07:55:30rnCompressed RAW (12-bit) FinernImage Size : Large (3008 x 2000)rnLens : 18-70mm F/3.5-4.5 GrnFocal Length : 18mmrnExposure Mode : ManualrnMetering Mode : Multi-PatternrnShutter : 1/80 secrnAperture : F/16rnExposure Comp : 0 EVrnSensitivity : ISO 200rnOptimaze Image : CustomrnWhite Balance : Direct SunlightrnAF Mode : AF-SrnFlash Sync Mode : Not AttachedrnAuto Flash Comp : 0 EVrnColor Mode : Mode II (Adobe RGB)rnTone Comp : Low ContrastrnHue Adjustment : 0rnSaturation : NormalrnSharpening : NonernLong Exposure NR : Off
19 tahun yang lalu
Fotonya indah. Komposisi foto bagus. Sharp, crispy..... Tone colornya great...
komposisi dan tone lighting yang MENAWAN.... Keren banget, salut Salam.
Eksotissss.......
aduuh, foto dermaganya bagus amat... lautnya warnanya keren banget, cantik banget fotonya...
Keren abis dah fotonya!
Karena keterangannya udah panjang, komentarku pendek aja deh : TOP !! great !! PEACE !!
WADUH....PANJANG BENER BAIT-NYA PAK DE ? WAH SAYA SAMPE GAK BISA KOMEN LIAT FOTO INI, SAKING BAGUS DAN SEMPURNA-NYA.... INI PASTI JADI FPE....YAKINLAH SUMPAH SONNNN....!!!!