Antara Fotografer dan Editor

Oleh:  Fehmiu Roffy Tavare (16427)    18 tahun yang lalu

  0 

Saya inget obrolan saya dengan senior saya tentang kamera digital. Memang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan IT. Tapi yang menarik dari obrolan itu, masalah continues shooter. Khususnya bagi pewarta foto.

Disatu sisi, fotografer ingin menghasilkan momen dan gambar terbaik dengan terus menekan shooter. Beliau bilang, kalau fotografer top itu seperti Sniper...One Shot One Kill....Bukan seperti Rambo yang bisa membunuh tapi pake pake senjata Otomatis. Komentar beliau....
Kalo itu namanya EDITOR, Pi. Bukan Fotografer (mungkin maksudnya fotografer tulen). Jadi main tembak saja sebanyak mungkin. Setelah itu tinggal di edit. Yang bagus diambil, yang jelek di DEL. Abis perkara.

Lantas, pewarta foto profesional itu bagaimana? Apa ada rasa bangga bila hasil jepretannya bagus tapi dengan serentetan tembakan seperti RAMBO atau seperti SNIPER?

Re: Antara Fotografer dan Editor

Oleh: Yuli Seperi (1448)    18 tahun yang lalu

 0 

kuliat data mas fehmiu ...ternyata masnya telah lama ngak motret n up load foto yang di hasilkan...data foto yang di up load cuman dua aja itu pun tahun september 2003...wah mas fehmiu ini sejak 2003 amp kini masih bingung untuk jadi rambo atau sniper ....kecian deh lo

Re: Antara Fotografer dan Editor

Oleh:  Fehmiu Roffy Tavare (16427)    18 tahun yang lalu

 0 

Wah, Mas YUli....Eh, masih di Jakarta-Photojurnalism?
Kalau moto si masih aktif. Cuma up loadnya kurang..he.he.he...
Oke dueh...ntar tak up load foto-foto aku. Biasa saja, cuma seorang tukang foto yang demen motret...he.he.he.h...

Thanks atas semangatnya Mas Yuli.

Re: Antara Fotografer dan Editor

Oleh:  Rony Zakaria (12972)    18 tahun yang lalu

 0 

Menurut saya seorang fotografer tidak bisa serta merta dikatakan dia adalah seorang "Rambo" atau seorang "Sniper".

Karena semua itu, seperti yang sudah dikatakan oleh rekan-rekan diatas sebelumnya, tergantung pada situasi dan kondisi.

Jika ingin meliput spot news yang kejadiannya berlangsung sangat cepat tentu akan lebih mudah jika menggunakan mode continous. Memang kita bisa saja bekerja layaknya "sniper" seperti yang anda katakan, namun resikonya tentu saja kita bisa tidak mendapatkan moment yang diinginkan. Disini tentu saja fotografer sah-sah saja menggunakan kemajuan teknologi yang ada...wong sudah beli mahal-mahal kenapa tidak boleh digunakan?

Lain lagi apabila meliput berita feature, memakai "rambo" bisa namun tidak terlalu berguna, karena event tidak terjadi secara cepat dan fotografer lebih bersifat menggali cerita yang sudah ada.

Saya bukan seorang pewarta foto atau wartawan namun saya tidak setuju jika suatu metode, continous atau single shot dijadikan cara kerja yang paling baik. Mode tersebut dibuat untuk kondisi masing-masing yang berbeda, untuk itulah mode continous dan single itu dibuat bukan?