Oleh: Huda M Elmatsani (13502) 18 tahun yang lalu
IR menurut saya seperti cabe merah ... Sebuah foto yg secara fotografis bagus, akan makin bagus lagi kalau di-IR-kan, tentu saja dengan melihat kondisi kapan IR diterapkan untuk mendapatkan foto IR yg bagus, misal pada terik matahari ... Sayangnya, saking lagi demam IR, .... motret tak lagi mempertimbangkan komposisi ... hal ini seperti masakan yang gak enak kemudian diberi cabe 10 biji ... yg terasa pedasnya saja .... sebagai analogi foto yang hanya menampilkan IR-nya saja tanpa memperhatikan seni fotografinya. Foto IR yang bagus barangkali seperti masakan padang ... biarpun jika rasa pedasnya dikurangi/ditiadakan, masakannya tetap enak. Bagaimana menurut kawan2 ?
Oleh: I Gede Sudiana, De Oeboed (4116) 18 tahun yang lalu
Mas farid, ada banyak yang gagal, tapi beberapa yang sukses membuat pre-wed dengan IR, menurut saya sih... ------------------------------------ Banyak temen-temen dalam tahap petualangan, dalam masa pencarian, punya keberanian meng-upload untuk mendapatkan apresiasi dari komunitas.. Sebuah usaha yang bagus sekali, demi kemajuan fotografi indonesia. Tinggal pinter-pinternya kita memberi input, kritik, masukan dan bahan perenungan buat mereka.
Oleh: Ruzi Kosasih (46018) 18 tahun yang lalu
Bagaimanapun yang Om harlim katakan itu ada benernya.... Siapa yang lagi ngetrend saat itu maka dia yang di ikutiin terus, makanya sekarang lagi demam IR, yang ngikut banyak banget. Ngerti gak ngerti prinsip IR, pokoknya asal jepret. Urusan hasil belakangan. kalo kurang sreg, alasannya gampang, ini efek IR mannn... Persis zamannya trend foto item-putih (B/W) oleh Om Ansel Adam, banyak yang mo ngikutin cara Om ini berkarya. Utak-atik dynamic range di B/w supaya sippp persisi Karya Om Ansel. hasilnya ? yachh.. gitu deh, ada yang berhasil ada yang gagal... Trend IR ? yapppp..... yang menarik perhatian utama, warnanya yang aneh... pohon kok bisa jadi putih, langit jadi kelabu dsb-dsb. makanya banyak yang tertarik. Mengenai hasil sih relatif hampir sama. Komposisi dan objek belom ada yang bikin "heboh". Biasa objek IR kalo saya perhatikan cuma berkisar : Pemandangan (alam) dan manusia ( terutama di mata ). Padahal saya kepengen ngeliat hasil kalo moto makro/ binatang misalnya... Ataukah itu memeng keterbatasan efek IR ? Moto binatang yang berwarna cerah atawa serangga, malah bikin foto gak menarik ??? semoga ada yang mau mencoba nya....... salam... terus ber eksperimen dan berkarya.....
Oleh: Farid Maruf (4960) 18 tahun yang lalu
Setuju mas De Oeboed, Point saya... tidak selalu foto yg bagus bakal lebih bagus kalau di IRkan. Contohnya ya itu, ada beberapa foto IR prewed menurut saya mungkin lebih bagus kalau tidak IR. Mengenai komen Anda yg terakhir saya setuju sekali, spt yg saya bilang isu nya ada di sisi pemirsa...sebaiknyajangan dibilang bagus hanya karena "aneh" saja.... tapi hey! mengatakan sesuatu itu jelek atau bagus kan hak azazi kita....
Oleh: Yudhi Fiandono (34613) 18 tahun yang lalu
wah baru tau saya .. IR ada aliran .. hahaha kalau gitu saya aliran mana ya ? :D menurut saya sih bukan aliran ..lebih ke arah ciri mengolahnya itu style masing-masing. Kalau pas motretnya sih kayaknya sama aja ya .. yang jadi perbedaan adalah "tripod or no tripod" :D
Mas Yudhi masuk aliran Kristupa :D Tetapi secara umum, landscape adalah tema yg mendominasi fotografi IR di FN. Khususnya landscape yg ada pohonan, langit, awan, gunung, danau, ... + pasangan pre-weding. Ada yang sudah mencoba IR untuk air terjun ?
Oleh: Ridhwan Arief (4126) 18 tahun yang lalu
saya pernah coba ir aer terjun...hasilnya yaa gitu deh.... http://fotografer.net/lf/?id=296770&kode=a2893f9fafa4a7ed2b61
Oleh: Wellington Kuswanto (37404) 18 tahun yang lalu
foto ir saya rata2 cityscape... maklum aliran sesat sih...
Oleh: Harlim (146795) 18 tahun yang lalu
@ Bli I Gede Sudiana Wrote : Banyak temen-temen dalam tahap petualangan, dalam masa pencarian, punya keberanian meng-upload untuk mendapatkan apresiasi dari komunitas.. Sebuah usaha yang bagus sekali, demi kemajuan fotografi indonesia. Tinggal pinter-pinternya kita memberi input, kritik, masukan dan bahan perenungan buat mereka. Jika kita diskusi ttg asal2an semuanya asal-asalan bahkan sebuah foto IR yg disajikan dgn indahpun termasuk asal-asalan , keindahan dan tehnik tidak pernah berjalan berdampingan. Foto IR dalam monochrome akan indah jika daun2 tersebut putih , lalu pertanyaan saya , Siapakah yg mengatakan ? lalu mengapa Putih ? siapakah yg mengatakan daun itu akan putih jika kena cahaya IR ? Foto IR warna dgn Kodak slide EiR , dgn filter kuning mendekati orange , akan terjadi hijau menjadi magenta , kuning menjadi biru , Cyan menjadi merah , merah menjadi kuning . Pertanyaan saya lagi mengapa kodak bisa mengatakan referensi penyimpangan warna2 nya ? Tahun 2000an sebagian fotografer luar negeri melakukan channel swap , antara Merah dan biru . Pertanyaan saya lagi, apa alasannya ? apakah mereka tidak asal-asalan ? apakah yg mereka pikiran lalu betul sehingga menjadi suatu acuan langit biru daun dan kuning ? Semua dilakukan dgn suatu percobaan, percobaan utk memahami butuh waktu, dalam percobaan tidak harus selalu tampil dgn indah. Biarkan sisi tehnik berjalan jika kita paksakan percobaan harus keindahan bahkan dibutuhkan wakrtu yg lama, segi indah dan kaidah fotografi adalah sisi lain sebab unsur ini sangat menyangkut selera. Jika ada yg bertanya dgn saya apa warna IR itu sebenar jawaban sangat2 sederhana, IR tidak berwarna dan IR hanya mempunyai energy (Gelombang dan Atom, T.Young vs Einstein ) kedua unsurlah menbuat/menbentuk suatu image, media (film/digital) perwujuban dari image tersebut kembali kepada sang pembuat media , media ini sangat tergantung bahan yg reaksi terhadap gelombang dan atom. (Harlim : Ketika anda beli sebuah kamera digital anda telah beli sebuah pabrik film). Disini kita harus cermat apa kodak buat tidaklah 100% wakili IR itu sebenarnya. case ini sama dgn case grey card 18% Lalu bagaimana dgn Digital , saya bocorkan sedikit rahasia dapur oprekan saya . Pada semua sensor jika ingin hitung gelombang/atom visbile light dgn betul maka haruslah block invisble light dgn hot mirror. Dalam sebuah kamera digital mempunyai 3 s/d 5 sensor , pada kamera analog minimal mempunyai 1 atau 2 sensor . Pada light meter minimal mempunyai 1 s/d 3 sensor , kesemua sensor wajib menggunakan hot mirror . Jika kita melakukan custom white balance , preset white balance maka kita telah masuk dalam kelompok asal-asalan juga :)) , kelompok asal-asalan yg mencari keindahan, jadi mari janganlah kita mengatakan yg lain sedang mencoba tersebut dalam kelompok asal-asalan. Lalu kelompok mana tidak asal-asalan adalah kelompok yg tampil dgn auto white balance dgn sarat sensor white balance disinkron dgn image sensor. Dimana image yg tampil tersebut dimulai dari kuning menuju merah hingga mencapai putih (almost over dan over expoure). Lalu apakah kelompok ini fotonya indah , kembali kepada selera masing2 . Jadi pesan moral : bagi kita yg mempunyai selera lebih baik dalam kaidah fotografi (Komposisi,cerita, lighting, poi dll) berikan kritik sesuai apa yg kelompok sedang mancari jati diri. Ajak mereka dan ajarkan mereka cara lebih baik tanpa kita menamcapkan kuku kita. Jika kita merasa ego kita lebih pintar lebih jago ajaklah mereka lalu ambil fee, saya yakin mereka yg dalam mencari jati diri atau mencari pandangan dari manusia lain tidak pernah keberatan. Keyakinan tersebut muncul sebab begitu banyak email masuk yg minta bimbangan sebab tidak semua dapat mengikuti waktu kursus yg ada maupun biaya yg cukup besar, dan saya tidak bisa hanyalah seorang pemula yg sedang mancari jati diri juga. Saya ingat betul nasehat seorang "sahabat" tentang keindahan dgn menberikan saya perumpamaan : Jika kamu dilahirkan disebuah pulau semua penduduknya bermata satu lalu kamu berkelana dgn sejumlah pasukan dan mendarat disebuah pulau yg penduduknya bermata dua. maka kamu dan kelompokmu akan mengatakan penduduk pulau tersebut adalah orang aneh/jelek , sedangkan penduduk pulau akan mengatakan kamu adalah mahluk yg aneh/jelek. Jika kamu hanya memandang mereka dari sisi kamu maka peperangan akan terjadi jika kamu memandang dari dua sisi maka kedamaian akan tercipta, karena pada inti nya "kita tidak pernah dan ingin melihatnya, anakku"
Oleh: Andy Ong (76877) 18 tahun yang lalu
kalok saya kayaknya aliran Asal IR deh..soalnya belum pinter motret tapi udah pengen nyobain IR.. jadi ya remuk. :((
Oleh: Pinky Mirror (6382) 18 tahun yang lalu
Yang pasti saya nggak bilang asal IR sebagai aliran sesat lho :) Asal IR maksud saya adalah foto dengan medium IR baik oprekan maupun filter, yang memakai asas yang penting IR. Konsep, komposisi dan POI menjadi nomor kesekian. Kalau foto Anda nggak asal IR, ya nggak perlu marah. Karena tidak ada yang saya labelin asal IR kok :)
@ Bung pinky : Disini tidak ada terlihat ataupun dgn nada marah , yg ada kita masing berikan pandangan kita . dan saya tidak menbaca ada reply menuju anda melabel seseorang asal IR. Pada nyatanya yg kita bisa katakan asal IR/asal jepret/asal PS/Astrada dll itu adalah salah menempatkan percobaannya (Upload ke galery) dan kurangnya self censor. Dan tanpa dipungkiri sebagian belum memahami fotografi. Lain halnya dgn yg jam terbang telah tinggi diberi alatpun mereka bisa mengendalikannyan, kelompok ini telah paham alatpun dipikirkan hanyalah speed dan apeture yg tepat, sisi yg lain yg ada dalam benak adalah komposisi,lighting, makna, cerita, poi dll Sedangkan kelompok yg baru memulai sering seperti anak ayam kehilangan induk, kadang bertanya diforum menjadi bahan tertawaan, tanpa dipungkiri juga ada yg memang malas mencari. Mari kita kembalikan mereka jika mereka motret karena just for fun hanya melepaskan ketegangan dalam pekerjaan mereka yg utama , biarkan just for fun , jika mereka ingin masuk ke tahap yg serius sarankan ambil kursus atau minimal mencari guru private atau melakukan dgn ortodidak ,baca buku lalu trial dan error.
Terimakasih bang Harlim atas uraiannya dalam spektrum yang luas, meski saya belum paham benar. Bang Harlim jadi seperti filter IR yang menjelaskan apa-apa pada kita yang sebelumnya invisible. Jadi lebih mengerti juga bahwa keindahan dan tehnik ( IR ) tidak pernah berjalan berdampingan (harlim). Karena itu foto yang terlalu IR (Far IR) menjadi terasa kurang indah, karena tidak sesuai dengan persepsi keindahan. IR bahkan tidak berwarna. Kita mewarnainya karena kita suka dengan warna-warni. Kita memalsu warnanya seperti ketika kita menyemir rambut kita, seperti ketika wanita memerahi bibir mereka. Dan kita suka kepalsuan itu. :D Dari sini dapat dipetik hikmah bahwa asal IR dan IR asal-asalan adalah dua kata yang berbeda. Asal IR merujuk pada pengembangan teknik menghasilkan foto IR. Sebuah usaha yang tidak gampang, yang tidak bisa dibilang asal-asalan. Asal punya arti titik di mana kita memulai (asli). Namun inilah faktanya, tidak semua yang asli enak dinikmati. Adapun IR asal-asalan, saya gak tau seperti apa tepatnya, karena apakah foto IR asal-asalan bisa dibilang foto IR. Seperti foto IR yang dihasilkan dengan metode photoshop ... apakah itu asal-asalan? yang karena sebenarnya bukan foto IR? Namun inilah faktanya, tidak semua yang palsu tidak disukai. Jadi saya pikir, tidak ada aliran sesat, yang ada: ia belum menemukan jalannya. Dan setiap fotografer punya cara untuk menemukan jalannya. Apakah ia mengikuti jalan-jalan yang sudah dirintis senior-seniornya, ataukah ia merintis jalan baru, yang mungkin merupakan pencerahan baru atau malah kesesatan baru :). Sebentar, ... sesat juga masalah persepsi, bagi penganutnya, itu jalan yang benar. Kembali ke masalah fotografi. Memotret punya tujuan membuat foto yang bagus. Pengembangan teknik-teknik dan penerapan teknologi baru adalah dalam rangka mendukung pembuatan foto bagus, atau membuat warna baru di dunia fotografi. Adanya ahli IR di tanah air patut kita syukuri -- kita bisa berguru dari mereka, dan adanya komunitas FN membuat teknik ini berkembang biak dengan baik -- kita bisa sering sharing.
Oleh: Wahyu Eko Ariyadi (13625) 18 tahun yang lalu
Ya biarin aja IR menemukan jalannya sendiri dalam seni fotografi....! kan ntar penikmat fotografi yang akan menilainya..... seperti di FN ada IR yang dapat jempol satu dan atau ada yang dapat jempol tiga... "Besok IR model ah ! hehehe...." :) -salam-
@Harlim: baguslah kalau nggak ada yang marah :)
Oooo begitu... tadinya saya kira "asal IR" itu adalah semacam trend yang disebabkan "keunikan" foto2 IR. (sama seperti trend rambut Bob yg melanda cewek2 gara-gara film Ghost dulu...). Jadi "asal IR" lebih condong ke kualitas ya?.... (...= IR asal2an?...atau beda?)......Anyway, point taken. :) Dan kayaknya kualitas "asal IR" ini dominan di kalangan pemula yang memang rentan terhadap pesona (keunikan/keanehan) foto IR. Sementara mereka ini masih masih sarat dengan berbagai handicap (teknis), tapi penuh dengan antusiasme. Nevertheless, masalah "Konsep, komposisi dan POI " sampai saat ini saya juga masih struggle untuk mendapatkan kualitas mendekati mas-mas sekalian... jadi sebenernya IR atau no IR.. problem itu exist... jadi untuk kasus saya lebih layak disebut "asal jepret"? ;)) BTW saya sampai saat ini belum pernah IR-IRan...kepikir pernah...tapi belum sampai keracunan dah...maybe soon... ;) Nice discussion....
Oleh: I Made Davi S.J. (53611) 18 tahun yang lalu
Semua tehnik fotografy kayaknya perlu dicoba boss, jangan takut keracunan atau dibilang ikut aliran "zezat" deh.(dlm arti +).. Yang jago motret "A" belum tentu jago Motret "B" Karena fotografer yg baik pasti mau mempelajari tehnik-tehnik yg berbeda walaupun bukan specialisasi atau kegemarannya. Kalo sudah anti 'ini' anti 'itu' ya dan tdk mau mencoba gimana lagi, terserah. Thanks to Om Huda yg udah ngangkat topik ini, semakin memacu kita semua untuk berkarya lebih baik dan lebih bagus lagi..(foto IR maupun non IR). PEACE
Davi: "Semua tehnik fotografy kayaknya perlu dicoba boss...." Setuju boss!! Setuju banget.... tapi apa daya resources terbatas (tenaga, waktu...fulus....) Sekarang aja udah "Besar pasak dari tiang...." ;)) Peace!
Davi: "Semua tehnik fotografy kayaknya perlu dicoba boss...." Barangkali kita perlu berperhitungan juga ... jika semuanya dicoba dalam waktu bersamaan, bisa jadi tidak cukup waktu untuk menguasainya ... sehingga hasilnya setengah-setengah. Ada baiknya mencoba yang satu setelah yang lain sudah dikuasai, atau setidaknya sesudah menemukan rasa ketidakcocokan di sana. Dengan begitu, dalam satu kurun waktu, kita bisa fokus untuk mempelajari 1 hal. Tetapi kalau bisa belajar banyak hal dalam waktu bersamaan, dengan hasil semuanya bernilai A ... maka dapat IPK 4. Langsung naik tingkat deh dan bisa ambil SKS lebih banyak. Dan jika semua teknik2 dan seni fotografi bisa diselesaikan dengan baik dalam waktu 3 tahun, maka anda lulus sebagai Fotografer Kumload.
Oleh: Indra P, humblefisherman (71080) 18 tahun yang lalu
topik yang seru sekali :-) menurut saya IR bisa jadi bagus, bisa jadi jelek.. nggak selalu jadi sambel yang pasti enak :-D kalau sambelnya kebanyakan, rasanya pasti pedes dan sakit perut... :-) ** btw ini topik memasak ya :-D ** terkadang ada foto2 yang lebih baik tidak di IR kan.. masalah ada foto2 IR yang tidak mengikuti kaidah fotografi "umum" menurut saya ini adalah masa belajar... ketika seseorang terkena gejala awal "demam" ir, semua di jepret, semua terlihat bagus.. lama kelamaan, sesuai dengan perjalanan waktu, tentu proses belajar pun akan terjadi. si pemula akan melihat foto2 seniornya yang jauh lebih baik karena ada komposisi, permainan tone, dsb... Jadi saya justru melihat fenomena demam ir sebagai proses belajar, bagi si pemula IR tsb.. :-) yang sudah jago2 tentu akan melihat si pemula berkesan "asal2an".. tetapi mungkin kita tidak tahu betapa bangganya para pemula itu memperlihatkan foto2 IR mereka ke rekan2 sekitar mereka yang baru pertama kali melihat foto IR (rekan2 yang bukan di FN, bisa rekan kereja, kerabat, dst..). jadi jangan kita men-demotivasikan niat mereka untuk belajar, hanya karena kita anggap mereka foto asal2an.. menjawab topik ini : apakah IR jadi pelarian foto yang tidak bagus? jawaban saya ya dan tidak. **Ya** kalau (meminjam filosofinya PRT) yang memotretnya itu tidak mau "berkarya dan bereksperimen" untuk lebih baik. **Tidak** kalau ternyata memang si pemotret memang belum tau, dan sedang dalam proses belajar. Justru, sang SENIOR sangat picik kalau tidak mau memberikan pencerahaan bagi JUNIORnya.. :-) ibarat seseorang ingin maju, seorang yang sudah lebih tahu sebaiknya harus membimbing mereka.. :) salam humblefisherman
Pak Huda: Anda sudah lulus yg mana pak? =)) Siapa bilang mesti lulus semua? apalagi harus dapat nilai A, wong namanya juga mencoba... :) Kalo gak mau nyoba juga gak ada yg maksa, jangan repot-repot deh.... :D peace
Oleh: Athmam Mufti (8642) 18 tahun yang lalu
Topik yang padat, hangat, bermutu dan penuh filsafat ada petunjuk: "foto yang bagus adalah foto biasa yang diambil dengan cara yang tidak biasa". di Kompas hari ini Bang Arbain tulis, serombongan fotografer hunting di Borobodur, lagi sibuk cari sudut yang "tidak biasa" untuk mendapatkan foto yang "bagus". "cara tidak biasa" bisa seperti yang Wellington tulis, bisa dg warna, kontras, saturasi, dll. bisa juga dengan kompo, angle, distorsi lensa, flare, moment yang jarang, bisa juga dengan bagian2 tubuh yang "cantik", dll. memang, foto IR bisa jadi alat untuk mendapatkan foto "yang tidak biasa" tsb. tapi apakah "yang tidak biasa" itu pasti menjadi foto yang "bagus" ??? .... belum tentu banyak kok foto yang biasa, yang sederhana, yang ngga luar biasa, menjadi foto yang bagus, yang menang dalam lomba, yang bernilai komersial tinggi. mungkin karena lagi demam IR di FN, atau di Indonesia, IR jadi alat atau istilah Bung Huda jadi pelarian, untuk mendapatkan foto bagus. pertanyaannya "sampe kapan", akan ada titik jenuh dimana IR menjadi "sudah biasa", menjadi hambar, cabenya ngga pedas lagi. sama seperti roti unyil di bogor, bread talk, dll. tetap aja orang akan rame makan di rumah makan padang, sederhana, sari bundo, dll. pada saatnya nanti orang2 yang memang suka dengan ir akan tetap bermain konsisten di IR dan terus mencoba menghasilkan foto2 yang "bagus" dengan IR. coba tanya om Harlim brp banyak yang sudah oprek kamera DLSR nya, mungkin mereka ini yang akan tetap konsisten kelak. seleksi alam akan bicara pada waktunya. in the mean time.... keep shooting my friends.... :)
Benar Mas Athmam, cara tak biasa melahirkan pengalaman baru. Baru bagi fotografernya, baru juga bagi audiens-nya. Dan itulah daya tariknya, sehingga menimbulkan trend. Bisa jadi Bung Harlim akan lebih terkenal sebagai Oprekor IR meski sebagai fotografer IR juga ngetop. Dan Singo akan tetap dikenal sebagai fotografer model, meskipun banyak foto IRnya. Begitu juga dengan yang lain. Waktu yang akan memberitahu kita, siapakah Fotografer IR Sejati ...
Fotografer IR sejati ??? tentunya para astronom yang gemar foto2 bintang, para intel kelas kakap yang moto lewat satelit, dan fisikawan, kimiawan, dll. Fotografer cukup yg dikenal senang main IR dan UV : Bjorn Roslet, yg kalo ngga salah ahli biologi.
Oleh: Faozan Rizal (1267) 18 tahun yang lalu
siapa bilang foto yang far ir itu tersasa kurang indah ? keindahan dari siapa ? selera kita kah ? kalau sudah masalah selera sih gak usah lihat foto ir kalau gak suka... ir tidak berwarna ? bagaimana dengan V 5 dan V 6 yang pernah di hasilkan master IR kita ? apa tidak ada warna di situ ? warna nya palsu ? bukankah itu hasil dari konsekuensi ilmiah ? kalau membuat foto IR itu harus memperhatikan semua elemen fotografis di depan lensa kita itu memang iya, karena bagaimanapun juga IR adalah filter..yang menghasilkan efek....dan efek inilah yang harus diperhatikan sang fotografer...amatir ato pro... dan di FN ini amatir atau pro bisa menampilkan karyanya bukan? karena para amatir itu sedang belajar jadi yang pro seperti anda anda disini tingggal mengkritiknya kan ..memberikan saran...dan bukan mematahkan semangat hingga disebut sebagai pelarian... vivo amatreo
Oleh: Silvester H (3558) 18 tahun yang lalu
Topik kelas berat neh... gw baca mesti berulang-ulang baru ngerti... #:-S tapi, gara2 ni topik gw dapet tone gaya gw sendiri... wuuaaakakaka >:) thanks, Om-om, mas-mas senior telah membuka pikiran tentang photography itu sendiri... 8->